Program Orangtua Asuh Karang Diluncurkan di Tanjung Benoa, AquaNest Ajak Keterlibatan Masyarakat
MANGUPURA, NusaBali.com – Program Coral Foster Parent Experience bagi masyarakat umum secara resmi diluncurkan oleh AquaNest di Tanjung Benoa, Bali, pada Sabtu (10/6/2023).
Coral Foster Parent Experience adalah sebuah pengalaman menyelam sekaligus ikut terlibat dalam restorasi dan konservasi ekosistem terumbu karang.
Program ini adalah satu-satunya yang bersifat komersil dan terbuka bagi semua kalangan masyarakat dengan mengangkat asuh anak karang tersertifikasi dari Mari Culture di Indonesia.
“Selama ini kegiatan konservasi hanya dilakukan oleh pemerintah dan non-government organization saja. Melalui program Coral Foster Parent Experience, masyarakat bisa ikut terlibat dalam upaya pemulihan dan konservasi ekosistem terumbu karang serta laut Indonesia, selain merasakan pengalaman kegiatan wisata air yang populer di Bali,” ucap Dirga Adhi Putra Singkarru, CEO AquaNest Experience.
Pengelola spot water ecotourism ini menargetkan kawasan Tanjung Benoa yang mereka kelola akan menjadi salah satu coral base Indonesia, yang ditujukan untuk kegiatan restorasi dan pelestarian ekosistem terumbu karang. Termasuk untuk penelitian yang bersifat edukasi dan konservasi.
Sebagai kawasan maritim tropis, Indonesia menjadi rumah bagi 569 jenis atau 67% dari 845 total spesies karang dunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan areal terumbu karang di Indonesia, yang sempat menyentuh 2,5 juta hektare (2018), kini tinggal 1,7 juta hektare lebih, dengan kondisi 16,32 persen rusak.
Khusus di wilayah Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Bersama dengan Laboratorium Geomorfologi dan Manajemen Pantai (LGMP) Universitas Hasanuddin, pada 2005, terdapat 13 wilayah penyebaran terumbu karang.
Sayangnya konsentrasi kerusakan ekosistem terumbu karang ditemukan di 9 wilayah, yaitu Tanjung Ujung Dato, Pulau Karamassang, Pulau Pasir/Gusung Toraja, Ujung Labuan, Pulau Karama, Palippis, Taka Killing, Pulo Panampeang dan Timur Pulau Battoa.
Kerusakan yang terjadi antara lain disebabkan oleh penggunaan bahan peledak, racun dan pengambilan karang sebagai bahan pondasi rumah.
Selain akibat aktivitas manusia, perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis pada tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%.
Saat itu, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3°C di atas suhu normal.
Kelestarian terumbu karang juga terancam oleh sampah plastik. Setiap tahun diperkirakan laut Indonesia mendapat kiriman 70-80 persen sampah plastik bekas konsumsi manusia, dengan jumlah antara 480 ribu-1,29 juta ton sampah yang masuk ke laut dan pesisir. Penelitian mendapati bahwa terumbu karang yang tertutup oleh sampah plastik dapat mati karena tidak mendapatkan sinar matahari untuk tumbuh.
“Saya ingin mengajak masyarakat Polewali Mandar, tempat saya ingin berkontribusi untuk masyarakat, bangsa, dan negara, mengembangkan praktik perikanan yang lebih bertanggung jawab untuk memulihkan kondisi terumbu karang. Sebab biar bagaimana pun, pemulihan terumbu karang akan sangat berdampak positif pada sektor perikanan tangkap di mana wilayah ini memiliki potensi perikanan tangkap yang besar, bahkan berkontribusi hingga 40,54 persen terhadap perikanan tangkap Sulawesi Barat, serta laju pengembangan pariwisata baharinya,” kata Dirga Adhi Putra Singkarru.
Mengingat terumbu karang sangat penting bagi kehidupan biota laut dan potensial bagi industri pariwisata, restorasi terumbu karang harus menjadi salah satu prioritas banyak pihak di Indonesia, termasuk Asosiasi Koral, Kerang, dan Ikan Hias Indonesia (AKKII) sebagai salah satu stakeholder yang memiliki kepentingan dengan terumbu karang Indonesia.
Bekerjasama dengan beberapa stakeholder lain termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), misalnya, AKKII telah memberikan pelatihan kepada warga Bali untuk merestorasi terumbu karang melalui pembangunan kebun karang di bawah program ICRG (Indonesia Coral Reef Garden) salah satunya di kawasan Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.
AquaNest Experience sebagai ‘one stop’ water adventure experience dan diving course bagi semua kalangan dan usia (termasuk anak-anak dengan pengawasan orang tua), melangkah lebih jauh dengan meluncurkan paket wisata Coral Foster Parent Experience.
Dengan layanan baru ini, AquaNest Experience kini memberikan peluang tak terbatas kepada siapa saja untuk healing di Bali sekaligus berkontribusi dalam penyelamatan terumbu karang.
Siapapun, tua dan muda, anak-anak dan dewasa, solo traveler maupun keluarga, traveler lokal maupun internasional, pecinta lingkungan sampai pegiat olahraga menyelam, dapat merasakan pengalaman ini dengan datang ke AquaNest Experience di Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali, dan membeli paket mulai dari Rp 750 ribu.
Dilanjutkan dengan merasakan experience Discover Scuba Diving atau diwakilkan jika memiliki fobia terhadap penyelaman. Setelah itu, mereka akan dipandu oleh instruktur untuk melakukan prosesi transplantasi anak karang dari indukannya di kedalaman 0 sampai 5 meter.
Setelah transplantasi, dilanjut dengan melakukan planting di area penanaman anak karang yang terpisah.
Anakan karang yang baru ditanam ini akan diberikan tagging berisi nama anakan karang dan nama orang tua asuh. Setelah penanaman, wisatawan yang telah menjadi orang tua asuh itu akan mendapatkan sertifikat, dan disarankan untuk menjenguk anak asuhnya dalam jangka waktu 6 bulan sampai satu tahun setelah penanaman.
AquaNest menjamin tingkat keberhasilan penanaman kembali anak karang ini mencapai 99 persen. Terkecuali terjadi force majeure yang tak diinginkan, seperti gempa bumi bawah laut, ocean warming, atau sesuatu yang bersifat alami, kemungkinan anakan itu gagal tumbuh dan berkembang, adalah sangat kecil.
“Coral Foster Parent Experience ini telah menempatkan AquaNest sebagai one stop water adventure solution bagi siapapun yang berkunjung ke Bali dan menikmati kesempatan tak terbatas untuk go healing and make the coral smiling,” kata Dirga Adhi Putra Singkarru.
“Kami berharap program restorasi atau pemulihan ekosistem terumbu karang yang rusak melalui program orangtua asuh karang yang kami lakukan di AquaNest bisa diterapkan di wilayah-wilayah lain di Indonesia sehingga restorasi terumbu karang di Indonesia semakin luas dan devisa negara dari wisata bahari semakin meningkat,” pungkasnya.
1
Komentar