Mageret Pandan Tandai Usaba Sambah di Tenganan Pagringsingan
Tradisi Mageret Pandan
Makare-kare
Usaba Sambah
Desa Adat Tenganan Pagringsingan
Desa Tenganan
Kecamatan Manggis
AMLAPURA, NusaBali - Ritual Mageret Pandan atau Makare-kare menandai prosesi Usaba Sambah di Desa Adat Tenganan Pagringsingan, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Soma Wage Kulantir, Senin (12/6) pukul 13.00 Wita. Mageret Pandan di atas panggung, depan Bale Petemu Tengah.
Mageret pandan tersebut merupakan hari kedua, sedangkan mageret pandan hari pertama di depan Bale Patemu Kaja, Desa Adat Tenganan Pagringsingan. Mageret ini mempertemukan kalangan remaja, Redite Pon Kulantir, Minggu (11/6) pukul 13.30 Wita, tanpa panggung.
Mageret Pandan setelah seluruh rangkaian upacara berakhir, di bawah koordinasi 6 Bendesa Adat Tenganan Pagringingan, yakni I Gede Wiradnyana, I Putu Suarjana, I Kadek Suradnyana, I Komang Arnawa, I Putu Yudiana dan I Ketut Jaya.
Lima orang menabuhkan selonding sakral, mengiringi atraksi mageret pandan masing-masing I Putu Surya Mahardika, I Ketut Sudiarsana, Putu Rio Wedayana, Putu Soni Astika, dan I Wayan Mudana.
Sebagai atraksi awal, bendesa adat menghadirkan sepasang remaja bersenjata pandan berduri dan masing-masing pegang Tameng sebagai alat penangkis. Perang sepasang remaja berkecamuk, dengan iringan tabuh Selonding.
Dalam Mageret Pandan, peserta hanya boleh menyerang bagian dada dan punggung, berlaku larangan menyerang bagian wajah. Sehingga setiap peserta mageret selalu mengalami luka gores di dada dan punggung.
Usai Mageret, krama yang mengalami luka-luka akibat tergeret duri, dapat pengobatan menggunakan ramuan isen, kunyit, dan cuka. Hanya dalam tiga hari, lukanya bisa sembuh dan kembali normal karena tidak sampai infeksi.
Ritual mageret tersebut dilaksanakan setahun sekali pada Sasih Kalima (bulan kelima) sistem penanggalan adat setempat. Ritual ini sebagai rangkaian upacara Usaba Sambah yang puncaknya pada Purnamaning Kalima.
Sebelum atraksi mageret dilaksanakan, menurut salah satu Bendesa Adat Tenganan Pagringsingan I Putu Suarjana, atau istilah setempat jabatannya adalah Tamping Takon Tebenan, menggelar acara perang massal di tengah malam, Redite Umanis Ukir, Minggu (4/6). Perang massal dimaksud menghadirkan taruna desa, terbagi dua kelompok. Kedua kelompok taruna desa itu keliling desa tengah malam, setelah kedua kelompok bertemu, maka mereka saling tangkap gunakan tangan kosong.
Menurut Bendesa Putu Suarjana, ritual mageret itu merupakan tradisi turun temurun krama Desa Adat Tenganan Pagringsingan. Sesuai keyakinan, Desa Adat Tengah Pagringsingan menganut Sekta Indra, di mana Dewa Indra sendiri identik dengan Dewa Perang. “Siapa pun penyembah Dewa Indra adalah kesatria, karena sebagai pengikut Dewa Indra mesti rutin latihan perang. Agar bisa lestari, maka atraksi latihan perang dalam bentuk Mageret Pandan dilaksanakan setiap upacara Usaba Sambah,” terang Putu Suarjana.7k16
1
Komentar