Mendag Bantah Impor Telur Unggas
JAKARTA, NusaBali - Indukan ayam mulai bertelur, harga diprediksi turun dua minggu lagi. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) menampik Indonesia masih mengimpor telur unggas.
Hal ini menyusul adanya data yang didapatkan oleh Komisi IV DPR RI dari BPS bahwa Indonesia diketahui mengimpor telur unggas ke dalam negeri pada saat Rapat Kerja dengan Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional, dan Perum Bulog di Jakarta, Selasa (13/6).
"Enggak ada impor telur," kata Mendag Zulhas singkat di Jakarta, seperti dilansir kompas.com, Kamis (15/6).
Berdasarkan data dari BPS, Indonesia di tahun 2023 awal, telah mengimpor telur unggas sebesar 167.000 kilogram. Angka ini naik sebesar 118,46 persen dibandingkan importasi pada Januari 2022 sebanyak 76.000 kilogram. Mayoritas impor telur unggas di Indonesia diperoleh dari India sebanyak 165.000 kilogram. Kemudian disusul oleh AS sebanyak 23 kilogram.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi juga membantah Indonesia masih mengimpor telur unggas. Sebab dijelaskan dia, pendistribusian telur dari pulau Jawa ke Papua saja masih tergolong susah apalagi sampai melakukan pengadaan dari luar negeri. Selain itu neraca perdagangan telur di Tanah Air menurut Arief masih surplus 10 persen.
"Telur mindahin dari sini ke Papua saja susah. Ngapain impor dan neraca kita surplus 10 persen kok untuk telur. Agak aneh, telur kok impor," ujarnya saat dijumpai di kawasan DPR RI, Selasa (13/6).
Sementara untuk menanggapi pernyataan anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Gerindra Dwita Ria Gunadi yang menyebutkan Indonesia telah mengimpor telur unggas sebanyak 165.234 kilogram pada Februari 2023, menurut dia itu bukanlah data telur unggas melainkan data tepung telur.
Arief tak menampik jika Indonesia masih mengimpor tepung telur lantaran harganya jauh lebih murah dibandingkan harga tepung telur di lokal.
"Coba tolong dicek, kok telur itu kita impor, mungkin tepung telur. Karena tepung telur itu isunya harga dari luar yang murah. Kita bukan tidak bisa buat tepung telur tapi tepung telur untuk industri tinggi," jelas Arief.
Terkait masih mahalnya harga telur, Mendag mengatakan, pemerintah telah menambah jumlah indukan ayam petelur agar bisa memproduksi telur lebih banyak sehingga harga stabil. Menurut Zulkifli, dalam dua pekan ke depan harga telur akan stabil lantaran indukan ayam telah bertelur.
"Untuk stabil perlu waktu lagi. Karena indukannya kan enggak cepat jadi (bertelur) sehingga perlu waktu kira-kira, ini sekarang sudah tiga minggu mungkin dua minggu lagi," ujar Zulkifli ditemui usai peluncuran buku "Kerja Bantu Rakyat" di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis.
Beberapa waktu lalu harga telur ayam di sejumlah daerah naik. Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), secara nasional rata-rata harga telur dibanderol Rp32.600 per kilogram.
Zulkifli menjelaskan, kenaikan harga komoditas telur terjadi akibat beberapa faktor. Salah satunya adalah lantaran banyak indukan ayam petelur yang dipotong untuk dijual pada saat Lebaran.
Induk ayam yang seharusnya memproduksi telur pun akhirnya menghilang. Hal ini kemudian menyebabkan produksi telur menipis atau berkurang sehingga berpengaruh pada harga jual di pasaran.
Lebih lanjut, selama periode Lebaran harga ayam dan telur sempat mengalami penurunan. Ayam per kilogram berkisar antara Rp33 ribu hingga Rp34 ribu. Padahal untuk mencapai kestabilan harga dan cukup untung, ayam per kilogram berada di harga Rp37 ribu hingga Rp38 ribu. Begitu juga dengan telur, selama periode Lebaran harga telur disebut sangat murah yakni Rp25 ribu, padahal seharusnya Rp28 ribu.
Menurut Zulkifli, untuk membuat harga normal membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun demikian, Zulkifli memastikan harga telur akan stabil dalam waktu dekat. 7
Komentar