Jelang Ngaben Massal Dadia Tutuan, Diawali Ngagah 19 Sawa
AMLAPURA, NusaBali - Krama pangempon Dadia Tutuan Manik Tirta, Desa Adat Culik, Kecamatan Abang, Karangasem, akan menggelar ngaben massal pada Buda Pon Tolu, Rabu (21/6).
Pengabenan diawali ngagah atau ngebet (menggali) jenasah atau sawa pada 19 liang kubur untuk mendapatkan kembali tulang-tulang jenazah jelang
Upacara itu dipimpin Kelian Dadia Tutuan Manik Tirta I Wayan Mangku di Setra Wang Bungbung, Banjar Lebah, Desa Adat Culik, Kecamatan Abang, Karangasem, Wraspati Paing Kulantir, Kamis (15/6).
I Wayan Mangku memaparkan ngaben massal nanti mengupacarai 36 sawa, termasuk 19 sawa yang baru digali. "Kami menggelar upacara ngaben massal setiap 10 tahun sekali, upacara sebelumnya berlangsung, tahun 2013," jelas I Wayan Mangku di sela-sela menggelar upacara prateka tulang-tulang hasil galian tersebut.
Hadir di Setra Wang Bungbung, 78 KK warga pangempon Pura Dadia Tutuan Manik Tirta, masing-masing menggali liang kuburan milik keluarganya, selanjutnya tulang-tulangnya mereka kumpulkan lalu bersihkan kemudian mereka prateka, dengan posisinya seperti jenazah sebelumnya. Bagian tulang kepala posisinya paling di hulu, berlanjut tulang leher, tangan hingga kaki, setelah seluruh tulang-tulang tuntas meprateka berlanjut membungkus gunakan kain kapan.
Prosesi berikutnya membakar tulang-tulang jenazah itu, prosesinya di bawah koordinasi Jro Mangku Wayan Darta.
Ngaben setiap 10 tahun sekali di lingkungan krama Dadia Tutuan Manik Tirta menurut I Wayan Mangku, sebelumnya telah melalui paruman dan sepakat tiap KK kena urunan Rp 6 juta. "Setiap KK kena urunan Rp 6 juta, untuk upacara ngaben, entah punya atau tidak sawa tetap kena, guna meringankan beban biaya krama yang punya sawa," jelasnya.
Di samping itu seluruh keperluan upakara, mereka kerjakan bersama sehingga semua keperluan selalu tersedia. "Jadi, semua krama pangempon dapat keringanan dengan adanya ngaben seperti ini," jelasnya.
Jro Mangku Wayan Darta juga memaparkan demikian. "Jadi kami menggelar ngaben setiap 10 tahun sekali, sehingga jika ada krama meninggal, upacaranya mesti menunggu jadwal ngaben massal. Terpenting jadwalnya setiap 10 tahun sekali, entah berapa ada sawa upacara jalan terus," katanya.
Kata dia, krama Dadia Tutuan Manik Tirta tidak mengenal ngaben perorangan. Saat menggali liang kubur kemarin, kebanyakan jenazah yang dikubur rata-rata telah meninggal sekitar 5 tahun ke atas. Sebab, yang mereka dapatnya berupa tulang-tulang bercampur tanah.7k16
Komentar