Perhiasan Emas dan Berlian di Mal dengan Harga Terjangkau
DENPASAR, NusaBali.com – Tak perlu takut masuk toko perhiasan di mal. Karena banderol harga perhiasan berlian sudah bisa ditebus dengan Rp 888 ribu.
Keengganan kaum wanita masuk ke toko perhiasan di mal itu pun disadari oleh The Palace Jeweler, sehingga konsep toko dibuat tanpa pintu alias terbuka.
“Agar masyarakat yang ingin melihat koleksi perhiasan dapat leluasa datang ke lokasi,” terang General Manager The Palace Jeweler, Jelita Setiva.
“Selama ini orang tahunya toko perhiasan itu mahal, mau masuk ke toko saja takut. Kami ingin memberikan kesan kenyamanan kepada masyarakat sehingga kami konsepkan tidak ada pintu. Kami ingin menjangkau orang dengan pintu yang terbuka dan kami perlihatkan barang yang terjangkau di depan,” tuturnya.
Terbaru, The Palace Jeweler membuka gerai ke-3 di Living World Denpasar setelah sukses membuka gerai di Trans Studio Mall Bali dan Level 21 Mall Denpasar.
“The Palace Jeweler ini adalah gerai ke-3 di Bali dan 53 di seluruh Indonesia. Pangsa pasar di Bali sudah besar apalagi sudah di masa pemulihan. Pandemi kami lihat ekonomi sudah membaik dan marketnya sudah mulai agresif,” terang Jelita, Senin (19/6/2023) siang.
Jelita menerangkan, pihaknya menawarkan emas dan berlian dengan kualitas terbaik. Seluruh informasi mengenai ragam kualitas berlian maupun ketepatan kadar emas juga akan disampaikan secara terbuka dan transparan kepada pelanggan.
Perhiasan yang dipajang pun dinilai terjangkau. Untuk yang dipajang depan toko pun, adalah perhiasan emas dan berlian dengan harga di bawah Rp 3 juta.
Satu koleksi ‘MOELA’ juga dipajang pada bagian depan toko agar masyarakat atau penikmat perhiasan bisa mendapatkan berlian mulai harga Rp 888 ribu. Hal ini memudahkan konsumen yang ingin memiliki beragam koleksi perhiasan berkualitas namun dengan harga terjangkau.
Konsumen juga bisa langsung membuktikan kualitas perhiasan melalui Karatimeter, sebuah alat pengukur kadar emas pertama di Indonesia yang memberikan jaminan kadar emas pasti bagi setiap pelanggan.
Sementara itu segmen yang dibdidik 75-80 persen warga lokal. Sementara sisanya wisatawan, terutama dari Australia. “Pada dasarnya turis tidak berkunjung secara rutin ke Bali. Namun, perhiasan yang dibeli di sini nantinya juga bisa dijual kembali,” tutupnya. *ris
“Agar masyarakat yang ingin melihat koleksi perhiasan dapat leluasa datang ke lokasi,” terang General Manager The Palace Jeweler, Jelita Setiva.
“Selama ini orang tahunya toko perhiasan itu mahal, mau masuk ke toko saja takut. Kami ingin memberikan kesan kenyamanan kepada masyarakat sehingga kami konsepkan tidak ada pintu. Kami ingin menjangkau orang dengan pintu yang terbuka dan kami perlihatkan barang yang terjangkau di depan,” tuturnya.
Terbaru, The Palace Jeweler membuka gerai ke-3 di Living World Denpasar setelah sukses membuka gerai di Trans Studio Mall Bali dan Level 21 Mall Denpasar.
“The Palace Jeweler ini adalah gerai ke-3 di Bali dan 53 di seluruh Indonesia. Pangsa pasar di Bali sudah besar apalagi sudah di masa pemulihan. Pandemi kami lihat ekonomi sudah membaik dan marketnya sudah mulai agresif,” terang Jelita, Senin (19/6/2023) siang.
Jelita menerangkan, pihaknya menawarkan emas dan berlian dengan kualitas terbaik. Seluruh informasi mengenai ragam kualitas berlian maupun ketepatan kadar emas juga akan disampaikan secara terbuka dan transparan kepada pelanggan.
Perhiasan yang dipajang pun dinilai terjangkau. Untuk yang dipajang depan toko pun, adalah perhiasan emas dan berlian dengan harga di bawah Rp 3 juta.
Satu koleksi ‘MOELA’ juga dipajang pada bagian depan toko agar masyarakat atau penikmat perhiasan bisa mendapatkan berlian mulai harga Rp 888 ribu. Hal ini memudahkan konsumen yang ingin memiliki beragam koleksi perhiasan berkualitas namun dengan harga terjangkau.
Konsumen juga bisa langsung membuktikan kualitas perhiasan melalui Karatimeter, sebuah alat pengukur kadar emas pertama di Indonesia yang memberikan jaminan kadar emas pasti bagi setiap pelanggan.
Sementara itu segmen yang dibdidik 75-80 persen warga lokal. Sementara sisanya wisatawan, terutama dari Australia. “Pada dasarnya turis tidak berkunjung secara rutin ke Bali. Namun, perhiasan yang dibeli di sini nantinya juga bisa dijual kembali,” tutupnya. *ris
1
Komentar