Tampil Memukau di PKB XLV, Fragmentari Kalango Prabaneka Sandi Puncaki Penampilan Kolaborasi Tiga Barungan Gong Kebyar Denpasar
I Gusti Ngurah Jaya Negara
Fragmentari
Kalango Prabaneka Sandi
Gong Kebyar
Duta Kota Denpasar
PKB XLV Tahun 2023
Pesta Kesenian Bali (PKB)
DENPASAR, NusaBali - Kolaborasi Tiga Duta Gong Kebyar yang menjadi Duta Kota Denpasar pada Utsawa (Parade) Gong Kebyar Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV Tahun 2023 sukses memukau dan mengundang decak kagum penonton yang menyesaki Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Center Denpasar, Rabu (21/6) malam.
Dimana, tiga barungan Gong Kebyar yakni Sekeha Gong Kebyar Dewasa Asta Gurnita Sandi, Desa Dangin Puri Kaja, Sekeha Gong Kebyar Anak-Anak Kencana Wiguna, Banjar Kehen, Desa Kesiman Petilan dan Sekeha Gong Wanita Wahana Swara Githa, WHDI Kota Denpasar.
Pementasan Gong Kebyar Duta Kota Denpasar ini dihadiri langsung Gubernur Bali, Wayan Koster, Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede. Hadir pula Ketua TP. PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar, Ny, Ayu Kristi Arya Wibawa, Ketua DWP Kota Denpasar, Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana serta undangan lainya.
Adapun materi yang dibawakan yakni Sekeha Gong Kebyar Dewasa Asta Gurnita Sandi, Desa Dangin Puri Kaja membawakan Tabuh Dua Lelambatan Kreasi Pusering Ding Ro dan Tari Kreasi Kali Mawungu. Selanjutnya Sekeha Gong Kebyar Anak-Anak Kencana Wiguna, Banjar Kehen, Desa Kesiman Petilan membawakan Tabuh Kreasi Anyingar Cingar dan Tari Kreasi Ngaro.
Sementara Gong Wanita Wahana Swara Githa, WHDI Kota Denpasar membawakan Tabuh Kreasi Paksi Ngelayang dan Tari Pelegongan Kembang Ura. Sedangkan Fragmentari Kalango Prabaneka Sandi dibawakan bersama-sama secara kolaborasi oleh ketiga gong kebyar Duta Kota Denpasar.
Dalam kesempatan tersebut, Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara memberikan apresiasi atas berbagai persiapan yang dilaksanakan duta kesenian Kota Denpasar, khususnya Tiga Sekeha Gong Kebyar Duta Kota Denpasar yang sukses memberikan penampilan terbaik dan luar biasa.
Jaya Negara mengaku bangga dengan ide dan konsep berkesenian seniman Denpasar. Hal tersebut dapat dilihat dari konsep, pola tabuh dan tari serta penggunaan properti yang disesuaikan dengan tema. Sehingga garapan yang dibawakan dapat dinikmati penonton dengan baik.
“Tadi kita saksikan penampilanya sudah maksimal dan luar biasa, penggunaan properti juga sangat apik, selain makna yang mendalam sesuai dengan tema, pementasan juga memberikan semangat sekaligus warna baru dalam kesenian gong kebyar dengan berkolaborasi, luar biasa Denpasar,” jelasnya
Sementara, Kadisbud Kota Denpasar, Raka Purwantara mengatakan, sajian Gong Kebyar Kota Denpasar tahun ini sama dengan tahun sebelumnya. Dimana, ketiga duta gong kebyar, yakni Sekeha Gong Kebyar Dewasa, Sekeha Gong Kebyar Anak-Anak dan Sekeha Gong Wanita berkolaborasi untuk tampil bersama dalam satu panggung.
"Seperti yang kita saksikan tadi, tiga barungan gong kebyar tampil dalam satu panggung, dimana Kalango Prabaneka Sandi sebagai penampilan puncak," jelasnya.
Untuk diketahui, Fragmentari Kalango Prabaneka Sandi menceritakan sosok pendeta hidup di pesisir Sanur yang sangat mencintai kisah perjalanan Ida Pedanda Made Sidemen dan serta merta mengikuti langkah perjalanan beliau diantaranya menulis sastra berupa kekawin, membuat topeng serta bangunan suci. Disaat sosok pendeta melantunkan salah satu kekawin karya Ida Pedanda Made Sidemen yang berjudul Candra Bairawa, para sisya sangat tertegun mendengar seraya menanyakan makna dan isi kekawin tersebut. Sehingga, Ida Pedanda menceritakan kisah Candra Bairawa yang sarat dengan ajaran agama.
Disisi lain, suasana griya yang dipenuhi dengan pengerajin topeng. Para sisya pun menanyakan berbagai macam karakter dan rupa dari topeng tersebut diantaranya topeng Telek, Topeng Bang, Rangda dan Barong. Ida Pedanda pun menjelaskan tokoh tersebut, kemudian dikaitkan dengan karya sastra Ida Pedanda Made Sidemen yang berjudul Siwa Tatwa, yang mana menggambarkan kerinduan Dewa Siwa kepada Dewi Durga sehingga turun ke dunia berubah wujud menjadi Ludra Murti yang membuat dunia berguncang hingga wabah penyakit dimana-mana.
Akhirnya Sang Hyang Tri Semaya dan Catur Loka Pala menetralisir dengan turun ke dunia menjadi Topeng Telek, Topeng Bang dan Barong Iswari serta Rejang, Baris dan seorang Dalang. Dari perwujudan tersebut membuat Dewa Siwa dan Dewi Uma kembali ke wujud aslinya dan berstana di Siwa Loka. Sehingga, dunia pun kembali menjadi tentram. Namun demikian, tidak akan sempurna jika tidak mendapat percikan air suci dari pantai (Segara Kertih) yang disebut dengan pemelastian. Sehingga dunia beserta isinya Santhi Jagadita Ya Ca Itti Dharma. @mis
Komentar