Gairahkan Pelestarian Pencak Silat Asli Bali
Jantra Tradisi Bali PKB Ke-45 di Taman Budaya
Silat yang ada di pegunungan dan dekat pantai akan berbeda coraknya. Termasuk senjata yang digunakan juga berbeda tergantung budaya yang ada sebelumnya.
DENPASAR, NusaBali - Kekayaan budaya Bali tidak hanya bisa dilihat melalui tari-tarian, gamelan ataupun ritual agama HIndu. Tradisi seni bela diri di Bali juga berkembang dengan lahirnya sejumlah perguruan pencak silat asli Bali.
Melalui seni beladiri silat, tetua Bali mengasah kekuatan fisik dan karakternya. Perguruan pencak silat asli Bali seperti Bakti Negara, Kertha Wisesa, Seruling Dewata, dan Tujuh Sari merupakan perguruan pencak silat yang tumbuh di Pulau Dewata. Keempatnya telah resmi menjadi anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Bali.
Perguruan Bakti Negara, Kertha Wisesa, dan Tujuh Sari diketahui berkembang di wilayah Badung (kini Kota Denpasar). Sedangkan, Perguruan Seruling Dewata awalnya berkembang di wilayah Tabanan. Meski punya kekhasan masing-masing seluruhnya bercorak spiritual.
Perguruan Bakti Negara, misalnya, terbentuk dari Hinduisme Bali kuno dan filosofi Indonesia. Beberapa gerakannya mirip dengan gerakan tarian Bali dan seni pertunjukan seperti tarian Barong. Perguruan ini dilahirkan empat pendekar terkenal, yaitu Anak Agung Rai Tokir, Bagus Made Rai Keplag, Anak Agung Meranggi, dan I Ketut Tantra pada tahun 1955. Perguruan silat ini digemari oleh masyarakat Bali secara luas bahkan sampai diberikan nama pencak Bali atau kuntao Bali.
Selain di wilayah Badung, perguruan pencak silat juga lahir di daerah lumbung beras Tabanan. Silat Bali kuno Seruling Dewata konon telah berkembang sejak ratusan tahun lalu.
Perguruan Silat Seruling Dewata menerapkan suatu sistem falsafah yang sangat tinggi dan dalam yang pada hakikatnya berfokuskan pada ajaran cinta kasih. Prinsipnya yakni kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kekejamam, dan kekuatan dengan kasih sayang adalah kemenangan dan kejayaan.
Ketua Umum IPSI Denpasar I Bagus Jagrawinata mengakui ada corak khas yang dimiliki masing-masing perguruan pencak silat yang ada di Bali. Saat ini ada 11 perguruan pencak silat yang menjadi anggota IPSI di Bali, dan empat di antaranya diakui sebagai seni silat asli Bali.
Jagrawinata menambahkan topografi wilayah dan kebudayaan suatu tempat di Bali juga ikut memengaruhi perkembangan seni bela diri yang ada. "Silat yang ada di pegunungan dan dekat pantai akan berbeda coraknya. Termasuk senjata yang digunakan juga berbeda tergantung budaya yang ada sebelumnya," ujar Jagrawinata, ditemui pada acara Jantra Tradisi Bali III Tahun 2023 di Taman Budaya (Art Centre) Bali, Jumat (23/6).
Jagrawinata berharap regenerasi pendekar pencak silat di Bali terutama yang berakar dari budaya Bali terus berjalan. Dia mendukung kegiatan Jantra Tradisi Bali yang memberikan kesempatan seni bela diri pencak silat memperkenalkan diri lebih jauh kepada masyarakat luas.
Dia mengungkapkan, generasi muda yang sejak dini dilatih seni bela diri pencak silat akan mendapat bekal pembelajaran karakter selain menempa fisik mereka menjadi semakin kuat. "Mereka akan diajarkan untuk hormat kepada orang tua. Saat ini anak-anak lebih suka bermain gadget, lupa dengan pendidikan karakter," sebutnya.
Panglingsir Bakti Negara Kabupaten Bangli I Wayan Selamet,60, mengatakan pencak silat dapat melatih mental, disiplin, dan fisik anak-anak. Jika di masa lalu pencak silat digunakan sebagai disiplin mengusir penjajah, kini pencak silat digunakan untuk membentuk otot dan mental generasi muda.
Dia mengakui saat ini pencak silat masih lebih banyak diajarkan di perguruan-perguruan, namun ia berharap sekolah-sekolah juga lebih bisa memperkenalkan seni bela diri asli Bali dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikulernya.
"Sekolah supaya lebih menggiatkan ekstrakurikuler tradisi Bali seperti pencak silat. Persaingan ke depan makin ketat, mental yang kuat berperan dalam pekerjaan maupun pendidikan," ujarnya.
Sementara itu, salah satu anggota Perguruan Pencak Silat Bakti Negara Denpasar Ni Made Bintang Nirmala Sari,15, mengakui secara fisik dan mental dirinya lebih terasah dengan mengikuti latihan bela diri pencak silat. "Fisik jadi lebih kuat dan potensial berprestasi," ujarnya.
Meski awalnya dia sekadar ikut-ikutan temannya yang lebih dahulu belajar pencak silat. Sejumlah prestasi diraih siswi kelas IX SMP Negeri 8 Denpasar. Antara lain, dalam ajang Pekan Olahraga Seni dan Pelajar (Porsenijar) dan kejuaran pencak silat lainnya.7cr78
Komentar