Ratusan Ribu VAR Digelontor ke Bali
Kejar Target Vaksinasi untuk Hewan Penular Rabies (HPR)
Masyarakat tak perlu khawatir terkait ketersediaan VAR untuk HPR dalam beberapa waktu ke depan juga ada tambahan 200.000 vaksin dari Pemerintah Australia.
DENPASAR, NusaBali
Vaksinasi yang massif merupakan salah satu cara mengembalikan status bebas rabies di Bali. Untuk itu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali segera menambah stok vaksin anti rabies (VAR) sebanyak 350.000 dosis yang didatangkan dari Pusvetma (Pusat Veteriner Farma) di Surabaya, Jawa Timur.
Ratusan ribu VAR tersebut rencananya akan didatangkan pada 7-8 Juli 2023. Sementara kiriman VAR sebanyak 30.000 dosis juga telah diterima Distan Pangan Bali pada, Minggu (25/6) malam. "Hari ini (kemarin, Red) sudah ada pengiriman vaksin dari Surabaya. Nanti malam (semalam, Red) pukul 20.00 Wita sampai di Denpasar sebanyak 30.000 dosis. Dan, tanggal 7-8 Juli juga akan menyusul 350.000 dosis," ujar Kepala Distan Pangan Bali, I Wayan Sunada saat dikonfirmasi, Minggu (25/6).
Dia menuturkan masyarakat tidak perlu khawatir terkait ketersediaan VAR untuk HPR (hewan penular rabies) dalam beberapa waktu ke depan, karena tambahan 200.000 vaksin juga akan segera dikirimkan Pemerintah Australia melalui program Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP).
Diakui Sunada, persediaan VAR di tiga kabupaten mulai menipis saat ini meliputi Kabupaten Karangasem, Bangli dan Gianyar. Untuk itu pada, Senin hari ini pihaknya akan mengirimkan VAR sebanyak masing-masing 500 dosis sebagai awal.
Sunada menjelaskan, jumlah populasi anjing sebagai HPR utama di Bali diperkirakan mencapai 599.719 ekor dengan Kabupaten Gianyar memiliki populasi anjing terbanyak sebesar 88.742 dan paling sedikit di Kabupaten Klungkung sebanyak 21.134 ekor. Sunada menuturkan sampai 24 Juni 2023 pencapaian vaksinasi rabies di Bali rata-rata telah mencapai 49,82 persen. Pencapaian tertinggi ada di Kabupaten Badung sebesar 85,96 (populasi anjing sebanyak 82.543 ekor). Sementara itu pencapaian terendah ada di Kabupaten Gianyar sebesar 31,81 persen.
"Rabies sudah kita tangani secara serius, baik dari vaksinasi maupun sosialisasi. Memang belakang ini viral gigitan anjing rabies, tapi kalau melihat data sementara (kasus rabies) jauh lebih menurun tahun ini dibanding tahun 2022," ucap Sunada. Lebih jauh ia menyampaikan, pada tahun 2022 dilaporkan korban terkena gigitan anjing sebanyak 38.524 orang, dan sebanyak 690 kasus di antaranya positif rabies. Sementara jumlah korban meninggal tahun lalu mencapai 22 orang.
Pada tahun ini, hingga 17 Juni 2023, dilaporkan 19.035 orang terkena gigitan anjing. Sebanyak 285 kasus di antaranya positif rabies. Dan, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 4 orang.
Sunada berharap angka kasus rabies semakin menurun seiring waktu dan meningkatnya capaian vaksinasi HPR. Pihaknya menargetkan pada 2028 nanti Bali telah kembali menyandang bebas rabies setelah terlepas pada tahun 2008 silam. Sunada berharap dukungan masyarakat untuk mencapai target tersebut. Setelah menutup pintu masuk Bali dari pengiriman HPR utamanya hewan anjing, ia mengharapkan peran serta masyarakat untuk memelihara hewan peliharaan anjing dengan baik.
Selain proaktif memberikan vaksinasi, Sunada mengharapkan pemilik hewan anjing tidak melepaskan anjing peliharaannya begitu saja. Karena menurutnya anjing peliharaan tersebut berisiko tinggi tertular rabies dari anjing liar atau anjing yang tidak memiliki pemilik yang terinfeksi rabies.
"Kebanyakan (korban) yang meninggal itu digigit oleh anjing miliknya sendiri," tandas birokrat asal Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan ini.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes menjelaskan, jika pasien yang datang digigit oleh anjing liar maka tenaga kesehatan akan langsung memberikan suntikan VAR (untuk korban gigitan).
Lain halnya jika anjing yang menggigit merupakan hewan peliharaan, maka perlu melihat perkembangan situasi anjing yang bersangkutan dalam beberapa waktu berikutnya. "Kemungkinan besar akan dievaluasi satu minggu. Sambil melihat anjingnya kalau rabies dua tiga hari akan mati. Tapi kalau dua minggu tidak mati berarti tidak rabies," ungkap dr Anom. Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa gejala terkena rabies pada manusia tidak langsung muncul pada orang yang terkena gigitan anjing rabies. Cepat lambatnya muncul gejala rabies juga dipengaruhi letak gigitan anjing pada bagian tubuh seseorang. Semakin dekat dengan kepala maka akan semakin cepat juga gejala rabies muncul.
"Kalau digigit di leher satu bulan sudah muncul. Kalau di kaki mungkin dua sampai tiga bulan. Tapi pada saat muncul dua sampai tiga bulan itu sudah mulai ada ketakutan dengan air, cahaya, itu sudah fatal, menyerang otak virusnya. Dan itu sudah bisa dipastikan 100 persen meninggal dunia," jelas dr Anom. 7 cr78
Komentar