Kerajinan Bojog-Bojogan Khas Tanah Lot Hampir Punah
TABANAN, NusaBali - Kelapa kosong atau yang disebut Nyuh Puyung ternyata bisa bernilai ekonomis.
Di tangan I Ketut Wisma, warga Banjar Batugaing, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, nyuh puyung ini bisa disulap menjadi hiasan rumah dan tempat tanaman anggrek yang disebut Bojog-Bojogan Sambuk (kerajinan bentuk monyet dari serabut kelapa).
Ternyata kerajinan ini adalah khas dari Tanah Lot (Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan). Bahkan dalam Festival Tanah Lot 2023 kerajinan tersebut dimunculkan sebagai bagian dari penyelamatan kerajinan unik ini. Karena di Desa Beraban hanya perajib Ketut Wisma yang masih bertahan membuat kerajinan yang sudah pernah masuk pasar ekspor itu.
Ketut Wisma menuturkan dia mulai membuat kerajinan Bojog-Bojogan ini sekitar tahun 1970. Awalnya dia hanya sebagai pengambil barang di rumah yang disebutnya Kak Kandya pembuat Bojog-Bojogan dari Banjar Batugaing Kaja, Desa Beraban.
Namun karena pembuat bernama Kak Kandya ini tak bisa memproduksi lagi akhirnya dia sendiri mulai mencontoh. "Jadi belajarnya otodidak hanya mencontoh saja," jelas Wisma saat ditemui sebagai salah satu pengisi stand di Festival Tanah Lot, Minggu (26/6).
Dari hasil karyanya ini terutama sebelum pandemi Covid-19, dia banyak mempunyai pelanggan. Mulai pelanggan dari Kabupaten Klungkung, Kabupaten Badung hingga dari Kecamatan Sukawati, Gianyar. Pelanggan ini mengambil barang ke dirinya kemudian barang tersebut diekspor. "Kalau yang dari Badung itu dokter gigi diambil ke saya kemudian diekspor ke Australia. Dan pelanggan dari Klungkung bernama Ibu Jero mengeskpor ke Italia," tutur pria 59 tahun ini.
Karena semakin banyaknya pelanggan sehari dia sampai bisa memproduksi 15 buah kerajinan Bojog-Bojogan. Bahkan yang untuk ekspor sekali ambil bisa mengirim sebanyak 200 pcs per bulan. "Wisatawan asing suka kerajinan saya karena masih alami. Saya buat tanpa cat artinya lebih menonjolkan bahan baku kelapa aslinya," tutur Wisma. Sayang sekarang Ketut Wisma tak bisa memproduksi terlalu banyak. Di samping karena faktor umur dia juga harus bekerja di sawah dan menjual jasa foto di sekitaran objek Tanah Lot.
"Saya juga tidak berani kalau menyanggupi untuk ekspor, karena harus tepat waktu pengerjaan, pernah dulu join dengan tamu China, jumlah pesanan belum lengkap, kemudian saya carikan dengan pengerajin lain, ternyata tidak mau tamunya dan seluruh barang akhirnya dikembalikan. Sedikit trauma karena saya tidak punya modal besar," kenangnya.
Untuk itu dia sendiri sekarang hanya menyanggupi pesanan yang jumlahnya skala sedang dan di lingkungan lokal. Artinya tetap berkarya supaya tidak hilang kerajinan Bojog-Bojogan dari serabut kelapa tersebut. Sebab menurut Wisma kerajinan ini adalah khas Tanah Lot, selain itu sekarang hanya dia saja yang masih bertahan dari 3 perajin sebelumnya.
"Sekarang memang saya saja yang bertahan, dulu ada 3 orang. Nanti kerajinan ini akan saya wariskan ke anak, karena anak juga sudah mulai menekuni hal yang sama. Mudah-mudahan tidak sampai hilang ciri khas Tanah Lot," katanya.
Dia menceritakan tak mudah juga membuat kerajinan dari serabut kelapa ini. Perlu kehati-hatian karena harus membentuk rupa. Kerajinan yang dibuat ini bahan bakunya memang hanya kelapa kosong artinya kelapa yang gagal. Sengaja memilih kelapa kosong agar hasil karyanya menjadi tahan lama. Jika menggunakan kelapa biasa akan cepat busuk dan bertumbuh tunas.
"Dulu saya mencari bahan baku sampai ke Jembrana, kalau sekarang hanya mengandalkan di persawahan jika ada kelapa yang kosong saya bawa pulang. Di samping itu sekarang juga tidak memproduksi dalam jumlah banyak," sebut Ketut Wisma.
Dia menambahkan kerajinan yang dibuat ini paling banyak disukai oleh wisatawan India dan China. Biasanya mereka akan menggunakan untuk tempat anggrek atau hiasan di dalam rumah. Per biji kerajinan yang dibuat dibandrol harga Rp 40.000. Harga ini dipasang sudah dipertimbangkan karena sekarang untuk mencari bahan baku agak susah serta dari sisi kesehatan abu dari serabut bisa merusak mata. "Dari sisi ketahanan, kerajinan saya ini bisa awet puluhan tahun jika tidak kena hujan. Cukup dibersihkan saja menggunakan kuas supaya tidak dikerumuni sarang laba-laba," pesannya.
Dia berharap kerajinan Bojog-Bojogan dari serabut kelapa ini tetap bisa bertahan dan tidak punah. Sehingga kerajinan Tanah Lot bisa terus eksis. "Mudah-mudahan nanti anak saya juga ikut mempertahankan dan banyak pesanan," harap ayah dua anak ini. 7 des
Komentar