Akhir 2023 Bali Target 100 % Vaksinasi Rabies
Tim Siaga Rabies akan Dibentuk di Seluruh Desa/Kelurahan
Tim Siaga Rabies
Distan Pangan
Vaksinasi Rabies
Hewan Penular Rabies
Tisira
Australia Indonesia Health Security Partnership
DENPASAR, NusaBali - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali melakukan percepatan vaksinasi Hewan Penular Rabies (HPR) hingga akhir tahun 2023 ini.
Untuk itu Distan Pangan Bali mendorong seluruh desa/kelurahan di Bali membentuk Tim Siaga Rabies (Tisira).
Distan Pangan Bali melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Majelis Desa Adat dan komponen masyarakat lainnya, di Kantor Distan Pangan Bali, Selasa (27/6).
Dalam rapat tersebut diputuskan untuk mendorong seluruh desa/kelurahan di Bali segera memiliki Tisira. Kepala Distan Pangan Bali, I Wayan Sunada menyebut Tisira saat ini baru terbentuk di beberapa desa/kelurahan di empat kabupaten, yakni Kabupaten Buleleng, Jembrana, Badung dan Karangasem.
"Kita sepakati dengan kabupaten/kota akan membentuk Tisira yang lebih luas. Kita harus turun ke bawah, di desa-desa. Tisira adalah garda terdepan untuk menuntaskan rabies di Bali," ujar Sunada usai rapat. Lebih jauh, Tisira terdiri dari berbagai komponen di desa/kelurahan meliputi Kepala Desa/Lurah, Bendesa, bidan desa, Babinsa/Bhabinkamtibmas, hingga para yowana desa. Nantinya Tisira akan berperan dalam pendataan dan pemetaan kasus rabies, sosialisasi, termasuk membantu masyarakat mendapatkan vaksin untuk HPR seperti anjing ataupun untuk orang yang terkena gigitan HPR.
Sunada menjelaskan, penanganan rabies tidak bisa hanya melibatkan pemerintah saja, namun peran masyarakat juga sangat vital. Ia mengungkap, estimasi jumlah HPR anjing di Bali sebanyak 599.719 ekor, di mana 49,82 persen di antaranya sudah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).
"Penyakit rabies juga urusan masyarakat, termasuk yang ada di desa-desa, ayo bahu membahu," ajak birokrat asal Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan ini.
Sunada mengajak masyarakat yang memelihara anjing untuk tidak melepasliarkan begitu saja. Mengingat hewan peliharan tersebut rentan tertular penyakit dari anjing liar yang membawa virus rabies. Menurutnya korban meninggal akibat rabies banyak disebabkan gigitan anjing peliharaannya sendiri.
Tahun ini sudah 4 orang meninggal akibat rabies. Meski jumlahnya turun jauh dari korban meninggal tahun lalu sebanyak 22 orang, Sunada berharap tidak ada korban jiwa lagi pada tahun ini. Distan Pangan Bali menargetkan pada bulan Agustus ini vaksinasi HPR anjing di Bali telah mencapai 80 persen dan sudah mencapai 100 persen pada akhir tahun ini. Dengan capaian tersebut nantinya pada 2028 Bali sudah bisa mendeklarasikan bebas rabies kembali seperti telah terlepas pada 2008 silam.
"Tahun 2023 gigitan anjing yang menyebabkan meninggal sudah tidak ada, 2028 sudah bebas rabies," bebernya. Untuk itu, lanjutnya, Bali telah telah mendatangkan VAR untuk HPR sebanyak 30.000 pada Minggu kemarin, dan pada 7-8 Juli siap digelontor lagi sebanyak 350.000 dosis. Jumlah tersebut belum termasuk bantuan asing, melalui program Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), sebanyak 200.000 dosis dalam waktu dekat ini.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes, dalam kesempatan yang sama mengingatkan masyarakat untuk tidak meremehkan jika terkena gigitan anjing. Ia mengimbau untuk segera membersihkan luka dengan sabun dan air mengalir selama 10 menit sebelum mendatangi fasyankes terdekat. Ia meyakinkan bahwa stok VAR Diskes Bali sebanyak sekitar 60.000 dosis mencukupi untuk diedarkan ke seluruh Bali sampai akhir tahun ini.
"Masyarakat jangan menyepelekan gigitan anjing. Setiap ada gigitan anjing cuci dengan air mengalir dan segera bawa ke fasilitas kesehatan. Dengan begitu saya yakin tidak ada kematian lagi akibat rabies," pesannya. Dokter Anom mengatakan, pada tahun ini, hingga 17 Juni 2023, dilaporkan 19.035 orang terkena gigitan anjing. Sebanyak 285 kasus di antaranya positif rabies. Dan, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 4 orang. Keempat korban meninggal, kata dia, adalah korban yang belum mendapatkan VAR.
Menurutnya, pasien yang datang karena digigit anjing liar akan langsung diberikan suntikan VAR (untuk korban gigitan). Lain halnya jika anjing yang menggigit merupakan hewan peliharaan, maka perlu melihat perkembangan situasi anjing yang bersangkutan dalam beberapa waktu berikutnya.
"Kemungkinan besar akan dievaluasi satu minggu. Sambil melihat anjingnya kalau rabies dua tiga hari akan mati. Tapi kalau dua minggu tidak mati berarti tidak rabies," ungkap dr Anom. Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa gejala terkena rabies pada manusia tidak langsung muncul pada orang yang terkena gigitan anjing rabies. Cepat lambatnya muncul gejala rabies juga dipengaruhi letak gigitan anjing pada bagian tubuh seseorang. Semakin dekat dengan kepala maka akan semakin cepat juga gejala rabies muncul.
"Kalau digigit di leher satu bulan sudah muncul. Kalau di kaki mungkin dua sampai tiga bulan. Tapi pada saat muncul dua sampai tiga bulan itu sudah mulai ada ketakutan dengan air, cahaya, itu sudah fatal, menyerang otak virusnya. Dan itu sudah bisa dipastikan 100 persen meninggal," jelas dr Anom. 7 cr78
1
Komentar