Yang Tidak Layak Belajar Bhagavadgita
Idam te nātapaskāya nābhaktāya kadācana, Na cāsusrūsave vācyam na ca mām yo’bhyasūyati. (Bhagavad-gita, 18. 67)
Ajaran ini jangan diajarkan kepada orang yang tidak melakukan pertapaan, orang yang tidak menyembah-Ku, orang yang tidak melakukan pelayanan dan kepada orang yang mencela-Ku.
SECARA umum teks menyebut bahwa ajarannya rahasia, sehingga tidak boleh sembarangan diajarkan. Siapa yang meminta agar dirahasiakan? Guru kepada murid tentunya. Teks sebagian besar menyajikan ajaran dalam bentuk dialog antara guru dan murid. Guru memberikan ajaran, sementara murid dengan patuh mendengarkan. Di akhir, saat pembelajaran telah usai, guru berpesan agar tidak sembarangan membawa ilmu itu, tidak diajarkan kepada orang yang belum siap. Mengapa? Pertama, berbahaya di tangan orang yang tidak siap. Seperti pisau dipegang orang gila, bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Kedua, berhubungan dengan supremasi ajaran, politik ajaran. Ajaran itu bersumber dari kelompok atau golongan atau marga atau tradisi tertentu, sehingga hanya mereka yang telah berada di dalamnya yang berhak.
Krishna, saat memberikan ajaran kepada Arjuna pun tidak lupa berpesan agar percakapan itu tidak diperdengarkan kepada mereka yang tidak patut mendengar. Siapa saja orang yang tidak patut? Krishna menyebut empat kategori orang. Pertama, orang yang tidak mempraktikkan tapa. Orang yang hidupnya hanya mengumbar nafsu, tidak cocok untuk ajaran ini. Jika ajaran ini diberikan, tidak hanya sulit baginya, tetapi bisa jadi membahayakan bagi dirinya maupun orang lain. Ajaran ini bisa dibuat berbeda wajahnya, dan ini sangat berbahaya. Rasanya, ajaran agama yang semakin lama semakin menjauhi nilai-nilai kemanusiaan kejadiannya seperti ini, ajaran yang salah di tangan orang, sehingga ajaran yang awalnya dipakai untuk kemuliaan manusia justru berbalik, menghancurkan mereka.
Kedua, mereka yang tidak menjadi bhakta. Orang yang tidak berserah kepada-Nya tidak layak memperoleh ajaran ini. Mengapa? Sebab, ajaran ini tidak akan dijadikan sebagai penuntun hidupnya. Dia akan seenaknya menggunakan ajaran ini. Tanpa diikuti bhakti, apapun ajaran itu akan membahayakan, cepat atau lambat. Ketiga, orang yang tidak melakukan pelayanan juga tidak berhak memperoleh ajaran Krishna. Mengapa? Orang ini selfish, sepenuhnya tentang diri sendiri. Orang yang tidak bisa berbagi memiliki pikiran yang sempit, dan ajaran tentang kalepasan memerlukan pikiran yang luas. Jadi, orang ini tidak layak, kalaupun dia belajar, pikirannya sendiri yang akan menutupi esensi ajaran ini. Dia akan memiliki pandangan yang negatif tentang ajaran ini karena tidak sesuai dengan keinginan dirinya.
Keempat, dia yang mencela Krishna. Orang yang menjelekkan pemilik ajaran tidak layak mendapat pelajaran itu. Sama seperti orang yang membenci orangtuanya tidak layak mendapat berkatnya. Ini adalah hukum alam yang tak terelakkan. Orang yang membenci ajaran artinya orang yang tertutup dengan ajaran itu. Sebaik apapun ajaran itu akan tampak jelek. Apakah Krishna marah jika dicela ajarannya? Persoalannya bukan marah atau tidak, tetapi, orang ini tidak memiliki kapasitas untuk sebuah ajaran rahasia. Sehingga, orang ini tidak layak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada tipikal orang yang memang tidak diperkenankan mendengarkan ajaran ini, sebab akan membahayakan baik bagi dirinya, orang lain dan ajaran itu sendiri.
Lalu bagaimana dengan saat ini? Bukankah teks ini telah tersebar luas? Buku ini telah dicetak secara besar-besaran, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik, bahkan bisa didengar dan ditonton di youtube. Bagaimana bisa merahasiakan ajaran ini? Aksesnya sangat mudah bagi semua orang. Bagaimana dengan pantangan ini? Apakah sudah tidak berlaku lagi? Fenomena ini tentu menarik. Dulu, hanya orang yang telah dinyatakan sebagai guru yang boleh mengajarkannya, sehingga penyampaiannya sangat terbatas kepada orang-orang yang concern. Namun saat ini tidaklah demikian, siapa saja bisa. Mungkin inilah yang sering menimbulkan kekisruhan atas nama ajaran. Orang boleh ngomong apa saja tentang teks itu. Lalu apakah kerahasiaannya hilang? Jika yang dimaksudkan ‘rahasia’ adalah teksnya, maka dipastikan telah hilang kerahasiaannya. Tetapi, jika yang dimaksudkan adalah esensi ajarannya, pengalaman langsungnya, maka selamanya akan menjadi rahasia. Bahkan, bagi mereka yang telah menjadi bhakta pun kerahasiaan-nya tidak serta merta tersingkap. 7
I Gede Suwantana
Bali Vedanta Society
1
Komentar