Senyuman Buddha, Karisma Shiva
..."Perlihatkanlah kelembutan Buddha di luar, simpan keberanian Shiva di dalam"...
Karena tersentuh sekali dengan pengalaman diusir pecalang (satpam desa) di sebuah Pura, kemudian terdengar pesan sangat indah seperti ini dari dalam.
"Itulah yang terjadi jika belajar Buddha tanpa dimurnikan energi Shiva".
Karena demikian keadaannya, beberapa hari menjelang Waisak 2023 Guruji belajar Shiva di sebuah pojokan Ashram.
Di pojokan ini energinya tinggi sekali. Pernah jatuh Cahaya berkali-kali dari langit. Dibekali ilmu Vigyam Bhairawa Tantra plus naluri spiritual, banyak bimbingan indah di tempat ini. Awalnya, Guruji seperti kena stroom listrik dari arah bawah. Kemudian mulai muncul energi-energi berbahaya seperti amarah.
Bahkan mendengar anjing tetangga menggonggong pun dari dalam muncul amarah. Syukurnya, Guruji sudah membadankan Buddha sejak umur 20-an tahun. Sehingga energi berbahaya itu - yg menganggu selama berhari-hari dan bermalam-malam - bisa dinetralkan oleh compassion-nya Buddha.
Tiap kali energi negatif itu mau membakar dari dalam, compassion berbisik di dalam: "It's ok to feel nok ok". Tidak apa-apa merasakan kemarahan.
Compassion tidak saja muncul utk orang yg melukai, compassion juga mendekap kemarahan di dalam. Yang lahir dari tumpukan luka jiwa dari masa kecil.
Dari situ juga jadi ingat mantra pemuja Shiva: "I am both darkness and light". Dan ini dibenarkan oleh psikologi holistik yg menganjurkan utk mendekap baik kegelapan dan Cahaya di dalam. Syukurnya, di hari Waisak kemaren energi berbahaya itu berlalu digantikan oleh keseimbangan. Di sekitar tempat itu juga terdengar pesan indah.
"Perlihatkanlah kelembutan Buddha di luar, simpan keberanian Shiva di dalam". Maksudnya berani menyebarkan kedamaian. Anehnya, di sore hari kemaren tidak ada yang meminta, tidak ada yang memerintahkan, Ibu membuat Mandala (lingkaran sempurna) di tempat itu.
Padahal, Guruji tidak bercerita sama sekali tentang belajar ilmu Shiva di sana. Mandala artinya kesempurnaan. Warna yg dipilih warna matahari terbit. Untuk diketahui bersama, tetua Bali menyebut matahari dg sebutan Shiva Raditya. Saat terbit warnanya merah. Naik sedikit jadi kuning. Begitu berwarna putih, ia tidak boleh dilihat. Mata bisa buta. Ada pesan rahasia yang disembunyikan di sana. Hanya ia yang dalam yang bisa mengerti ini. 7
Komentar