Menengok Pura Puncak Landep di Wilayah Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng
Diyakini Sebagai Tempat Disungginya Raja Panji Sakti oleh Panji Landung
Keberadaan Pura Puncak Landep sebagai pengayatan stana Raja Buleleng Panji Sakti dan Panji Landung hingga saat ini belum banyak diketahui umat Hindu.
SINGARAJA, NusaBali
Daerah Puncak Landep, kawasan dataran tinggi wilayah Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng merupakan salah satu kawasan yang cukup fenomenal. Nama Puncak Landep sangat kental dengan folklore (cerita) sejarah Raja Buleleng I Gusti Panji Sakti yang bertemu dengan sosok mahluk astral bernama Panji Landung. Mahluk alam gaib yang konon penguasa kawasan Puncak Landep ini menghadang rombongan Raja Panji Sakti beserta ibu dan 40 orang pengawalnya saat perjalanan menuju Buleleng.
Panji Sakti yang merupakan anak Raja Gelgel Dalem Segening dikirim untuk kembali ke daerah asal ibunya Si Luh Pasek Gobleg yang berasal dari Desa Panji saat berumur 11 tahun. Panji Sakti sejak dilahirkan sudah memiliki ciri kekuatan dan kepintaran dengan ubun-ubun yang bersinar. Seiring berjalannya waktu Panji Sakti bertumbuh besar menjadi ancaman dan kekhawatiran keluarga kerajaan. Dia yang hanya anak selir raja dinilai mengancam tahta putra mahkota.
Dalam perjalanannya menuju Buleleng saat tiba di kawasan Puncak Landep rombongan dihadang oleh sosok Panji Landung. Mahluk alam gaib yang bertubuh tinggi besar. Saat itu langsung Panji Sakti disunggi di bahu kiri. Panji Landung pun saat itu menunjukkan kepada Panji Sakti, sejauh mata memandang daerah yang dilihat Panji Sakti kelak akan menjadi daerah kekuasaannya.
Foto: Pura penyawangan tempat memohon izin sebelum menuju Pura Puncak Landep. -LILIK
Tempat yang dipercaya menjadi sejarah kisah Raja Buleleng I Gusti Panji Sakti ini pun hingga kini dikeramatkan. Di kawasan hutan Desa Panji ini tepat di puncak bukit yang memiliki ketinggian 1.700 mdpl dipercaya sebagai tempat bersejarah antara Panji Sakti dengan Panji Landung. Di kawasan itu pun kini distanakan 3 palinggih sebagai pemujaan Raja Panji Sakti, Panji Landung dan Padmasana.
Camat Sukasada I Gusti Ngurah Suradnyana mengatakan kawasan Pura Puncak Landep ini sudah lama ada dan diyakini masyarakat setempat. Hanya saja stana hanya berupa bebaturan. Pada tahun 2019 lalu, baru dibuatkan palinggih turus lumbung (berbahan kayu). Pura Puncak Landep ini bisa diakses melalui jalan raya Wanagiri kemudian masuk ke Desa Gobleg lalu menuju kawasan Banjar Dinas Mekar Sari, Desa Panji. Sebelum sampai ke areal utama pura pamedek wajib meminta izin di panyawangan yang berlokasi sekitar 700 meter sebelum pura utama.
"Kawasan ini memang sudah ada dari dulu dan diyakini masyarakat sekitar sebagai tempat yang memiliki taksu dan kekuatan spiritual. Sejak tiga tahun terakhir masyarakat sering datang membersihkan kawasan termasuk menanam pohon di kawasan hutan Puncak Landep ini," ucap Suradnyana.
Hanya saja keberadaan Pura Puncak Landep sebagai pengayatan stana Raja Buleleng Panji Sakti dan Panji Landung ini belum banyak diketahui umat. Pengelolaan pura ini pun masih sangat umum. Belum ada pangempon, pangemong maupun piodalan pura. Namun siapa saja yang mau datang untuk sembahyang dan memohon petunjuk spiritual dipersilahkan datang secara mandiri.
Foto: Camat Sukasada, I Gusti Ngurah Suradnyana. -LILIK
"Terpenting bagi kami-kami yang sering ngayah di sini percaya daerah ini memiliki tarikan energi yang sangat kuat. Meskipun pengayatan bukan palinggih yang megah dan mewah," imbuh Camat Suradnyana yang juga penekun spiritual ini. Biasanya krama dan umat yang tangkil ke Pura Puncak Landep ini mencari hari-hari raya, seperti Purnama, Tilem atau hari raya besar keagamaan. Mereka datang dengan kesadaran sendiri. Beberapa juga disebut tangkil karena mendapat pawisik secara niskala.
Sementara itu Perbekel Panji, Jro Mangku Made Ariawan mengatakan Pura Puncak Landep memang salah satu kawasan yang memiliki nilai historis yang sangat kental dengan Raja Buleleng Panji Sakti. Selama ini Pemerintah Desa dan masyarakat Panji sering melakukan penanaman pohon dan gotong royong di sekitar pura.
Menurut Mangku Ariawan, kawasan ini pula menjadi salah satu sumber mata air yang dimanfaatkan untuk warga Panji dan sekitarnya. Hanya saja sampai saat ini, status pura dan pangemponnya masih sedang dibahas bersama Desa Adat Panji. "Rencana untuk menjadikan Pura ini sebagai kahyangan desa sudah ada. Kita akan tata dari Pura Penyawangan dengan memanfaatkan Dana CSR dari pihak ketiga. Ini sedang kami rembugkan dengan Desa Adat, pelan tapi pasti," terangnya. 7 k23
1
Komentar