Petani Subak Tabang Keluhi Pembagian Air Irigasi
SINGARAJA, NusaBali - Petani krama Subak Tabang, Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Buleleng mengeluhkan pembagian air irigasi yang dinilai tidak adil sehingga tanaman padi yang baru berumur sebulan mulai kekeringan. Tanah sawah mereka sudah nampak retak-retak dan berpotensi gagal panen.
Salah satu krama Subak Tabang Gede Arpana, Senin (3/7), menyampaikan, persoalan pembagian air irigasi yang bersumber dari Desa Galungan yang berada di hulu berulang setiap tahun. Krama Subak Tabang mengeluh dengan sistem pembagian air yang dirasa tidak adil itu membuat petani hanya bisa menanam padi dua kali dalam setahun. Itupun saat musim tanam kedua tahun ini, air sudah mulai seret.
Kondisi musim kemarau tahun ini yang terjadi lebih awal membuat petani kalang kabut memikirkan nasib lahan padi mereka. Tetapi di satu sisi petani di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Buleleng yang lokasinya lebih di hulu dari Desa Bebetin, bisa menanam 3 kali dalam setahun dengan suplai air irigasi yang lancar.
"Tahun lalu, air irigasi mulai surut saat kemarau pada Bulan Agustus, ini sekarang baru satu bulan sudah turun airnya. Masa-masa sekarang ini harusnya padi yang sudah ditanam terendam air. Karena kering begini yang tumbuh malah rumput," kata Arpana.
Jika kondisi ini terus terjadi, Arpana meyakini akan terjadi gagal panen yang juga berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena petani tidak bisa membayar pajak. Luasan lahan petani Subak Tabang saat ini mencapai 60 hektar yang dimiliki oleh 90 orang petani.
Sementara itu Penjabat (Pj) Bupati Buleleng yang mendengar langsung keluhan masyarakat saat melakukan kunjungan kerja meminta dinas terkait berembuk mencarikan solusi, Dia meminta Dinas Kebudayaan, Dinas Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng mencari akar masalah dan menyiapkan solusi.
"Leluhur kita sudah memprediksi bahwa air akan jadi masalah. Makanya ada pola tanam padi-palawija. Kalau tidak diatur juga dengan baik makin lama manusia yang akan rebutan air dengan tanaman," ungkap Lihadnyana. 7k23
1
Komentar