STAHN Mpu Kuturan Angkat Ukiran Khas Buleleng di Batu Paras Sangsit
STHAN
Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja.
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN)
Batu Paras
Ukiran Khas Buleleng
Gapura
SINGARAJA, NusaBali - Wajah kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja tampak berbeda setelah proses pembangunan infrastruktur selesai dikerjakan.
Yang paling mencolok adalah gapura di bagian depan kampus, menampilkan keelokan ukiran khas Buleleng. Warna merah muda dipancarkan secara alami dari batu paras Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng.
Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja Dr I Gede Suwindia MA, Senin (3/7), menjelaskan sejak direncanakan pembangunan kampus bernuansa Hindu di Buleleng ini, berkomitmen untuk mengadopsi budaya dan seni lokal Buleleng. Selain ornamen bangunan menggunakan gaya khas Bali, menuangkan seni budaya khas Buleleng melalui ukiran.
Secara kasat mata ukiran khas Buleleng memiliki perlawatan dan pola kembang yang lebih besar daripada ukiran Bali Selatan. Bentuk itu akan terlihat jelas pada bentuk ukiran bunga dan daun rambat yang diilhami dari daun semangka.
Bagian terpenting yakni menggunakan bahan baku lokal yang juga merupakan identitas seni Buleleng. Yakni batu paras yang hanya di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan. Batu paras ini nampak unik dan khas, karena warna kemerahan yang mengandung nilai estetik yang tinggi.
"Ini salah satu upaya kami ikut melestarikan seni budaya lokal Bali dan Buleleng pada khususnya. Ukiran batu paras Sangsit di kampus kami menjadi simbol kebanggaan dan semangat untuk menghargai kearifan lokal serta memperkuat identitas lokal Buleleng," terang Suwindia.
Hasil karya seni ini juga secara langsung akan menjadi bahan pembelajaran langsung bagi mahasiswa STAHN Mpu Kuturan. Selain kecantikan ukiran batu paras, juga diadopsi sejarah Buleleng dari salah satu relief di Pura Maduwe Karang, di Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Relief itu menunjukkan seorang seniman asal Belanda WOJ Nieuwenkamp yang menjelajahi Pulau Bali pada tahun 1904. Perjalanan seniman Belanda ini pun diabadikan dalam bentuk relief di Pura Maduwe Karang. Relief yang sama kini dapat ditemui di pintu masuk STAHN Mpu Kuturan sebagai salah satu adopsi sejarah di Buleleng. Sosok WOJ Nieuwenkamp diabadikan seniman Buleleng saat itu karena merasa terheran-heran dan belum terbiasa melihat teknologi alat transportasi sederhana seperti sepeda. 7k23
1
Komentar