Tri Upaya Sandhi: Menjanjikan Suputra
SEBENARNYA, Tri Upaya Sandhi merupakan tiga ajaran kepemimpinan dalam Hindu. Ketiganya terdiri atas ‘rupa’ (mampu mengenali wajah, ‘wamsa’ (mampu mengenali struktur sosial), dan ‘guna’ (mampu mengenali keintelektualan).
Anak generasi milenial atau generasi Y yang akrab dengan sebutan ‘me generation’ atau ‘echo boomers’, ditengarai tidak kenal dengan rupa sendiri, tidak paham struktur diri dan keluarga, dan tidak kenal dengan kemampuan diri. Seandainya, ketiga ajaran tersebut disinergikan dengan keseimbangan antara hak dan kewajiban, kemandirian, independensi, dan kreativitas maka akan terbentuk seorang suputra. Suputra adalah anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana, membanggakan keluarga, dan mengangkat harkat dan martabat diri dan keluarganya.Anak yang buta wajah disebut prosopagnosia.
Prosopagnosia bisa disebabkan oleh kelainan genetik atau masalah pada otak yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengingat wajah. Penderita kondisi ini umumnya akan sulit mengenal dan membedakan wajah orang lain, baik yang belum atau sudah dikenalnya. Buta rupa bisa disembuhkan dengan melatih berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut Leech (1983), ada 6 prinsip dasar kesantunan berbahasa, yakni: maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan , maksim kerendahan hati, maksim kesederhanaan, dan maksim kesimpatian. Bersikap bijak, berperilaku dermawan, menghargai orang lain tanpa beda, rendah hati tidak angkuh, sederhana dan bersahaja, dan bersimpati pada saat orang lain berduka dan bersuka. Ia harus bercermin pada diri bukan pada orang lain agar keseimbangan antara hak dan kewajiban dijamin, kemandirian dihargai, independensi selaras, dan kreativitas bermanfaat bagi diri dan lingkungan.
‘Wamsa’ merupakan kemampuan mengenali struktur diri. Sigmund Freud, penemu teori kepribadian Psikoanalisa, juga menyebutnya sebagai struktur diri atau struktur mental, yang meliputi empat aspek: (1) bagaimana orang mengamati dirinya sendiri, (2) bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri, (3) menilai dirinya sendiri, dan (4) mencari cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri. Keempat aspek itu akan membantu anak menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, mewujudkan kemandirian yang dihargai, menjaga independensi agar tetap selaras, dan membangun kreativitas yang bermanfaat. Konsep diri berperan penting dalam menentukan perilaku, mempertahankan keselarasan jiwa, mengatasi konflik, dan menafsirkan pengalaman yang didapatkan. Karena itu, konsep diri diperlukan untuk dijadikan acuan dan pegangan hidup dalam menghadapi segala tantangan dan hambatan guna memenuhi tuntutan kebutuhan.
‘Guna’ merupakan kemampuan mengenali keintelektualan. Apa itu keintelektualan? Keintelektualan berkait dengan kecerdasan, berakal budi dan berpikiran jernih, dan berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Keintelektualan adalah kombinasi kemampuan dalam memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berpikir. Secara umum, kecerdasan intelektual adalah potensi yang dimiliki oleh individu untuk mempelajari sesuatu, kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri, dan kapabilitas untuk bertindak secara terarah, berpikir secara bermakna dan dapat berinteraksi secara efisien dengan lingkungan. Kalau disarikan, maka anak milenial yang suputra adalah mereka yang memiliki indikator, yaitu berkeseimbangan, kemandirian, kreativitas, dengan menggeluti ‘rupa’ atau mampu mengenali wajah, ‘wamsa’ atau mampu mengenali struktur sosial, dan ‘guna’ atau mampu mengenali keintelektualan.
Dengan variable milenial, yaitu keseimbangan, kemandirian, kreativitas, dan tiga upaya, yaitu ‘rupa, wamsa, guna’ dapat dikembangkan indikator operasional agar dapat mengukur indeks kesuputraan lebih lanjut. Indeks tersebut amat bermanfaat untuk merancang dan mengembangkan stimulan, intervensi atau sejenisnya dalam rangka pembuatan Indeks Pembangunan Karakter (IPK) berdasarkan susastra Hindu. Semoga hal yang positif demikian dapat terwujud dan terselenggara dengan baik dan benar. 7
‘Wamsa’ merupakan kemampuan mengenali struktur diri. Sigmund Freud, penemu teori kepribadian Psikoanalisa, juga menyebutnya sebagai struktur diri atau struktur mental, yang meliputi empat aspek: (1) bagaimana orang mengamati dirinya sendiri, (2) bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri, (3) menilai dirinya sendiri, dan (4) mencari cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri. Keempat aspek itu akan membantu anak menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, mewujudkan kemandirian yang dihargai, menjaga independensi agar tetap selaras, dan membangun kreativitas yang bermanfaat. Konsep diri berperan penting dalam menentukan perilaku, mempertahankan keselarasan jiwa, mengatasi konflik, dan menafsirkan pengalaman yang didapatkan. Karena itu, konsep diri diperlukan untuk dijadikan acuan dan pegangan hidup dalam menghadapi segala tantangan dan hambatan guna memenuhi tuntutan kebutuhan.
‘Guna’ merupakan kemampuan mengenali keintelektualan. Apa itu keintelektualan? Keintelektualan berkait dengan kecerdasan, berakal budi dan berpikiran jernih, dan berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Keintelektualan adalah kombinasi kemampuan dalam memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berpikir. Secara umum, kecerdasan intelektual adalah potensi yang dimiliki oleh individu untuk mempelajari sesuatu, kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri, dan kapabilitas untuk bertindak secara terarah, berpikir secara bermakna dan dapat berinteraksi secara efisien dengan lingkungan. Kalau disarikan, maka anak milenial yang suputra adalah mereka yang memiliki indikator, yaitu berkeseimbangan, kemandirian, kreativitas, dengan menggeluti ‘rupa’ atau mampu mengenali wajah, ‘wamsa’ atau mampu mengenali struktur sosial, dan ‘guna’ atau mampu mengenali keintelektualan.
Dengan variable milenial, yaitu keseimbangan, kemandirian, kreativitas, dan tiga upaya, yaitu ‘rupa, wamsa, guna’ dapat dikembangkan indikator operasional agar dapat mengukur indeks kesuputraan lebih lanjut. Indeks tersebut amat bermanfaat untuk merancang dan mengembangkan stimulan, intervensi atau sejenisnya dalam rangka pembuatan Indeks Pembangunan Karakter (IPK) berdasarkan susastra Hindu. Semoga hal yang positif demikian dapat terwujud dan terselenggara dengan baik dan benar. 7
Komentar