Wisata Selfie Bakal Dibatasi
Ada empat objek wisata selfie yang berdekatan di kawasan Wanagiri sehingga membuat suasana kumuh dan semrawut.
Terkesan Kumuh dan Semrawut
SINGARAJA, NusaBali
Menjamurnya objek wisata foto selfie di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng mendapat perhatian dari Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali dan Dispar Kabupaten Buleleng. Pemerintah berharap objek wisata selfie bisa dikelola dan diatur lebih baik lagi, sehingga tidak terkesan semrawut.
Saat ini di Desa Wanagiri tercatat ada empat objek wisata selfie. Tiga objek di antaranya ada di tepi Jalan Raya Wanagiri-Banyuatis. Ketiga objek ini memanfaatkan keindahan panorama ‘twin lake’ Danau Buyan dan Danau Tamblingan sebagai latar belakang.
Satu objek wisata selfie lainnya ada di Air Terjun Cinta Wanagiri. Objek wisata ini juga terletak di tepi Jalan Raya Wanagiri-Banyuatis. Bedanya objek ini memanfaatkan panorama hutan yang masih rimbun dan hijau, sebagai latar belakang.
Keberadaan objek wisata ini dinilai sudah terlalu banyak. Jaraknya juga berdekatan. Akibatnya pada saat-saat tertentu, objek wisata ini terkesan semrawut dan kumuh. Pengunjung yang membeludak, mengakibatkan parkir tidak tertata dan sampah-sampah yang mulai berserakan. Selain itu pedagang kaki lima juga menjamur pada waktu-waktu tertentu.
Perbekel Wanagiri, Wayan Gumiasa mengatakan, pihaknya bersama desa pakraman sudah beberapa kali membahas masalah tersebut. Pihaknya pun berharap ada pembinaan dan penataan lebih serius dari pemerintah. “Kalau dibilang kumuh sekali, belum juga. Tapi kalau membludak, jadinya ya terlihat semrawut. Kami juga sudah imbau warga, bagaimana caranya. Biar jangka panjang bermanfaat. Jangan gara-gara semrawut begitu, akhirnya wisatawan lari,” katanya yang ditemui di sela-sela penghijauan di seputar objek wisata selfie, Selasa (20/6) pagi.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali. Hasil koordinasi lisan, BKSDA Bali kini hanya memberi lampu hijau pada objek wisata selfie yang sudah berdiri. Kalau toh ada lagi, tidak menutup kemungkinan akan dibongkar.
Sutrisna mengatakan, lokasi objek wisata selfie itu berada di kawasan konservasi. Sehingga menjadi wewenang BKSDA Bali memutuskan boleh atau tidaknya keberadaan objek wisata itu. Dari pengamatan Dispar Buleleng, keberadaan objek-objek itu sudah termasuk maksimal. Apalagi beberapa objek berada dalam jarak yang berdekatan.
“Kami berharap biar lebih ditata lagi, biar tidak semerawut, tidak kumuh. Pedagang juga ditata. Tata kelola ini yang penting. Jangan sampai kumuh, apalagi sampai mengganggu wilayah konservasi. Kami sudah lakukan pembinaan dan edukasi, biar tidak terlalu kumuh. Wisatawan juga biar nyaman,” tegas Sutrisna.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Dispar Provinsi Bali menggandeng Dispar Buleleng melakukan penghijauan di seputar objek wisata selfie Desa Wanagiri. Ada ratusan pohon yang ditanam juga, beberapa papan imbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan memasang spanduk yang mengganggu kebersihan dan keberlanjutan tumbuhan di kawasan konservasi tersebut. Aksi tanam pohon itu pun melibatkan sejumlah instansi baik di instansi pemerintahan, termasuk siswa di Pancasari dan masyarakat setempat. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Menjamurnya objek wisata foto selfie di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng mendapat perhatian dari Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali dan Dispar Kabupaten Buleleng. Pemerintah berharap objek wisata selfie bisa dikelola dan diatur lebih baik lagi, sehingga tidak terkesan semrawut.
Saat ini di Desa Wanagiri tercatat ada empat objek wisata selfie. Tiga objek di antaranya ada di tepi Jalan Raya Wanagiri-Banyuatis. Ketiga objek ini memanfaatkan keindahan panorama ‘twin lake’ Danau Buyan dan Danau Tamblingan sebagai latar belakang.
Satu objek wisata selfie lainnya ada di Air Terjun Cinta Wanagiri. Objek wisata ini juga terletak di tepi Jalan Raya Wanagiri-Banyuatis. Bedanya objek ini memanfaatkan panorama hutan yang masih rimbun dan hijau, sebagai latar belakang.
Keberadaan objek wisata ini dinilai sudah terlalu banyak. Jaraknya juga berdekatan. Akibatnya pada saat-saat tertentu, objek wisata ini terkesan semrawut dan kumuh. Pengunjung yang membeludak, mengakibatkan parkir tidak tertata dan sampah-sampah yang mulai berserakan. Selain itu pedagang kaki lima juga menjamur pada waktu-waktu tertentu.
Perbekel Wanagiri, Wayan Gumiasa mengatakan, pihaknya bersama desa pakraman sudah beberapa kali membahas masalah tersebut. Pihaknya pun berharap ada pembinaan dan penataan lebih serius dari pemerintah. “Kalau dibilang kumuh sekali, belum juga. Tapi kalau membludak, jadinya ya terlihat semrawut. Kami juga sudah imbau warga, bagaimana caranya. Biar jangka panjang bermanfaat. Jangan gara-gara semrawut begitu, akhirnya wisatawan lari,” katanya yang ditemui di sela-sela penghijauan di seputar objek wisata selfie, Selasa (20/6) pagi.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali. Hasil koordinasi lisan, BKSDA Bali kini hanya memberi lampu hijau pada objek wisata selfie yang sudah berdiri. Kalau toh ada lagi, tidak menutup kemungkinan akan dibongkar.
Sutrisna mengatakan, lokasi objek wisata selfie itu berada di kawasan konservasi. Sehingga menjadi wewenang BKSDA Bali memutuskan boleh atau tidaknya keberadaan objek wisata itu. Dari pengamatan Dispar Buleleng, keberadaan objek-objek itu sudah termasuk maksimal. Apalagi beberapa objek berada dalam jarak yang berdekatan.
“Kami berharap biar lebih ditata lagi, biar tidak semerawut, tidak kumuh. Pedagang juga ditata. Tata kelola ini yang penting. Jangan sampai kumuh, apalagi sampai mengganggu wilayah konservasi. Kami sudah lakukan pembinaan dan edukasi, biar tidak terlalu kumuh. Wisatawan juga biar nyaman,” tegas Sutrisna.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Dispar Provinsi Bali menggandeng Dispar Buleleng melakukan penghijauan di seputar objek wisata selfie Desa Wanagiri. Ada ratusan pohon yang ditanam juga, beberapa papan imbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan memasang spanduk yang mengganggu kebersihan dan keberlanjutan tumbuhan di kawasan konservasi tersebut. Aksi tanam pohon itu pun melibatkan sejumlah instansi baik di instansi pemerintahan, termasuk siswa di Pancasari dan masyarakat setempat. *k23
1
Komentar