Lama Tak Ada Event, Sampi Gerumbungan Terancam Punah
Parade Sampi Gerumbungan akan Meriahkan Lovina Festival 2023 di Desa Kaliasem, Banjar, Buleleng
Beberapa Kelompok Tani Ternak (KTT) yang selama ini memelihara sampi gerumbungan sudah menjual sapi-sapi mereka, karena tidak ada event sejak Pandemi Covid-19.
SINGARAJA, NusaBali
Parade sampi gerumbungan akan memeriahkan Lovina Festival 2023 yang bakal dihelat selama tiga hari pada 21-23 Juli 2023. Atraksi budaya yang memamerkan keelokan sapi ini akan ditampilkan pada hari kedua festival yakni Sabtu 22 Juli 2023 di lapangan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva mengatakan pihaknya telah memasukkan parade sampi gerumbungan dalam agenda Lovina Festival 2023 ini. Sampi gerumbungan ditampilkan sebagai atraksi wisata budaya. Selain itu sebagai upaya pelestarian budaya asli Gumi Panji Sakti supaya tidak punah.
Parade sampi gerumbungan akan menampilkan sebanyak 4 akit sampi gerumbungan yang berasal dari Sekaa Sampi Gerumbungan Desa Panji dan Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, serta Desa Bebetin, Kecamatan Sawan. Sampi gerumbungan akan ditampilkan mulai pukul 15.00 Wita hingga 18.00 Wita.
"Kami dibantu pemerintah Desa Kaliasem serta melibatkan kelompok sampi gerumbungan yang ada di Desa Kaliasem sebagai panitianya. Nanti akan ditampilkan sebanyak 4 akit sapi gerumbungan, 2 akit dari wilayah Buleleng tengah, yakni Desa Panji dan Desa Sambangan, dua akit dari wilayah Buleleng timur dari Desa Bebetin," kata Dody saat ditemui, Selasa (11/7) di ruang kerjanya.
Foto: Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva. -Dok.NusaBali
Menurut Dody, parade sampi gerumbungan di Lovina Festival ini merupakan langkah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melestarikan budaya asli Buleleng. Dispar pun berencana akan menggelar pertemuan dengan sekaa atau komunitas sapi gerumbungan di Kabupaten Buleleng pada Agustus 2023.
Pertemuan itu untuk merancang perlombaan sampi gerumbungan yang rencananya akan digelar pada Desember 2023 mendatang. "Kami akan rancang bersama komunitas sampi gerumbungan, lomba sapi gerumbungan pada Desember 2023. Untuk menggeliatkan kembali keberadaan sekaa-sekaa sampi gerumbungan di Buleleng," jelasnya.
Dody menjelaskan, sampi gerumbungan berbeda dengan tradisi karapan sapi di Pulau Madura, Jawa Timur, dan makepung di Kabupaten Jembrana yang menonjolkan kekuatan dan kecepatan sapi. Sampi gerumbungan lebih menekankan unsur keindahan, keserasian melalui gerakan sapi yang selaras, dan menonjolkan postur sapi yang baik, tegak dan gagah.
"Terkait usulan event berkelanjutan, selain di festival lovina yang kembali kita gelar tahun ini, kedepannya seperti lomba sampi gerumbungan akan kita koordinasikan dengan Dinas Kebudayaan dan Dinas Pertanian. Agustus nanti kita akan duduk bareng membahas hal ini," terang Dody Sukma.
Keberadaan sampi gerumbungan sendiri saat ini bisa dikatakan terancam punah. Beberapa Kelompok Tani Ternak (KTT) yang selama ini memelihara sampi gerumbungan sudah menjual sapi-sapi andalan mereka, karena tidak ada event yang mewadahi kreasi mereka sejak Pandemi Covid-19.
Kondisi tersebut tercetus saat rapat persiapan Festival Lovina di Kantor Dinas Pariwisata Buleleng, Selasa kemarin. Penampilan sampi gerumbungan di lapangan Desa Kaliasem yang sedianya diisi oleh 6 pasang sampi gerumbungan hanya siap 4 pasang. KTT Desa Kaliasem dan Desa Pedawa Kecamatan Banjar Buleleng menyatakan tidak siap, karena sampi gerumbungan mereka sudah dijual.
Perbekel Kaliasem Ketut Sukiarta mengatakan KTT Putra Kemala di desanya sebelum Pandemi Covid-19 memiliki banyak pasang sampi gerumbungan. Mereka selain membudidayakan sapi Bali, juga memelihara khusus sampi gerumbungan yang memiliki kualitas dan postur tubuh yang super. Sampi gerumbungan ini dipelihara dan dilatih khusus untuk pertunjukan. Hanya saja sejak Pandemi Covid-19 melanda tidak ada event pementasan. Sehingga petani memutuskan untuk menjual sampi gerumbungan mereka untuk kelangsungan hidup.
"Terancam punah, karena dulu punya 4 pasang, sekarang tidak ada lagi karena tidak ada event. Satu-satunya membangkitkan lagi pemerintah mengadakan event rutin seperti mekepung di Jembrana," terang Sukiarta.
Menurutnya untuk bisa dipentaskan pemeliharaan sampi gerumbungan yang bertitik pada keindahan gerak dan hiasan sepasang sapi ini memerlukan waktu dan ketelatenan peternak. Sampi gerumbungan tidak hanya dipilih dari sapi yang memiliki postur tubuh yang super. Tetapi juga yang memiliki ekor yang bisa menjulang ke atas dan latihan gerakan kaki yang seirama saat melangkah dan berlari. 7 mzk, k23
1
Komentar