Seniman asal Luwu, Sulawesi Selatan Tampil di Arena Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 2023
Pentaskan 'I Lagaligo', Salah Satu Epos Terpanjang di Dunia
I Lagaligo
Sulawesi Selatan
Pesta Kesenian Bali (PKB)
Epos
PKB XLV Tahun 2023
PKB XLV 2023
Kerajaan Luwu
Cerita Rakyat
I Lagaligo bukanlah sekadar legenda, namun bernapaskan sejarah Kerajaan Luwu, pementasannya di PKB diharapkan bisa dikenal luas, khususnya di Bali.
DENPASAR, NusaBali
Sanggar Seni Sapa'na, Desa To'bia, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan membawakan rekasadana (pergelaran) serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023 di Wantilan Taman Budaya (Art Centre) Provinsi Bali, Jumat (14/7). Sanggar Seni Sapa'na mementaskan drama tari berdasarkan epos termasyur 'I Lagaligo'.
I Lagaligo merupakan epos yang lahir di Sulawesi Selatan yang panjangnya bahkan melebihi epos Mahabharata. Pementasan kali ini mengambil sebagian kecil epos yang sudah telah dikenal hingga mancanegara. Pementasan Sanggar Seni Sapa'na kali ini mengambil judul 'Pelayaran Cinta Sawerigading'.
Ketua Sanggar Seni Sapa'na, Ulvha Riska Safitri merasa bangga sanggar yang dipimpinnya bisa tampil di ajang PKB meskipun jumlah penonton yang hadir terbilang terbatas. Pihaknya melakukan latihan intensif selama sekitar dua bulan agar bisa tampil maksimal.
"Sanggar ini didirikan tahun 2018 sebagai wadah pemuda Kabupaten Luwu untuk menggali dan mengekspresikan budaya Luwu," jelas Ulvha ditemui usai pementasan.
Disebutkan ada 29 seniman yang tampil, baik pemain drama maupun pemain musik.
Sebelum dipentaskan di Bali, Pelayaran Cinta Sawerigading oleh Sanggar Seni Sapa'na ini sempat melakukan pentas 'pemanasan' di hadapan para pejabat Kabupaten Luwu dalam sebuah kegiatan seremoni. Ulvha menceritakan, dalam naskah I Lagaligo dijelaskan Raja II Kerajaan Luwu, yaitu Batara Lattu menikah dengan We Addi Luwu Datu Sengngeng, putri dari Kerajaan Matahari Terbit atau 'TompoTikka'.
Hasil dari perkawinan itu, melahirkan anak kembar, perempuan dan laki-laki, yaitu Sawerigading dan We Tendri Abeng, kemudian kedua anak kembar itu dipisahkan atas nasihat neneknya, karena apabila mereka bersama, Sawerigading akan jatuh cinta kepada adik kandungnya sendiri.
Setelah berumur 17 tahun, Sawerigading benar-benar jatuh cinta kepada adiknya, lalu We Tendri Abeng menasihati Sawerigading agar tidak jatuh cinta kepada dirinya apalagi ingin menikahinya. Karena jika hal itu terjadi kosmos akan marah.
We Tenri Abeng lalu berkata, ada seorang gadis sepupu mereka yang tinggal di Negeri China bernama We Cudai. Sawerigading menghadapi tujuh kali perang di dalam perjalanannya menuju Negeri China, dan dengan segala kekuatan dan kerja kerasnya 'Sawerigading' mampu mengalahkan semua musuh, hingga 'Sawerigading' berhasil memperistri putri China tersebut dan melahirkan seorang anak yang bernama I Lagaligo Rujangnga yang mengarang I Lagaligo, salah satu epos terpanjang di dunia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Luwu, Tandi Raja Tosan Dewa mengakui ada hubungan dekat antara Kerajaan Luwu dengan Negeri China di masa lalu. Ia menyebut I Lagaligo bukanlah sekadar legenda namun bernapaskan sejarah Kerajaan Luwu. Ia pun berharap dengan pementasan di Pesta Kesenian Bali epos I Lagaligo bisa semakin dikenal luas khususnya di Pulau Dewata.
Tandi Raja menyebut epos I Lagaligo sarat dengan pesan-pesan universal mengenai kebijaksanaan dan keberanian. Di samping itu I Lagaligo juga memberi pesan kepada masyarakat keturunan Kedatukan Luwu yang tersebar di Sulawesi Selatan agar bisa bersatu. "Dahulu kala nenek moyang orang Luwu adalah orang-orang yang bijak, cerdas dan pemberani. Kenapa sekarang ini justru kerap tejadi perselisihan. Padahal telah jelas tersurat dalam kitab I Lagaligo," ucapnya.
Tandi Raja juga mengajak para seniman Bali untuk mengadaptasi cerita I Lagaligo. Ia mengatakan I Lagaligo telah menarik para seniman dunia untuk dipentaskan di atas panggung teater. "Kami dari Pemerintah Daerah (Luwu) siap mendukung," tandasnya. 7 cr78
1
Komentar