Tim Bali IT Community Raih Medali Emas di Ajang Japan Design, Idea and Invention (JDIE) Expo 2023
Usung Inovasi Heart Pulmo Monitor, Terinspirasi dari Pembina yang Sakit Paru-paru
Inovasi Heart Pulmo Monitor berupa alat stetoskop yang bisa merekam suara organ dalam seperti paru, napas, jantung, hasil rekaman lalu diolah menggunakan teknologi AI
MANGUPURA, NusaBali - Membanggakan! Pelajar dan Mahasiswa Bali yang tergabung dalam Tim Bali IT Community berhasil meraih medali emas di ajang Japan Design, Idea and Invention (JDIE) Expo 2023.
Dalam kompetisi Pameran Desain, Ide, dan Penemuan Jepang (JDIE 2023) tersebut Tim Bali IT Community terdiri dari 8 siswa dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan universitas, yakni I Putu Agus Restu Astika Putra (SMAN 2 Negara), Putu Jerry Kusuma (Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa), I Nyoman Arya Rudynantha dan I Putu Ryan Hendra Saputra (SMAN 3 Denpasar), I Gusti Suryabrata Satrya Cahaya Natha (SMAN 7 Denpasar). Selain itu ada tiga siswa SMPN 9 Denpasar, yakni Ni Luh Gede Liudmila Dewi Suastra Putri, I Made Pramanata Yuana dan IN Anom Jangkar Bajashkara Wandhira.
Dalam event yang diselenggarakan di Tokyo Ariake Garden Convention Center, 7-8 Juli lalu, Tim Bali IT Community menampilkan produk inovasi bernama Heart Pulmo Monitor. Inovasi itu berupa alat stetoskop yang bisa merekam suara organ dalam seperti paru, napas, jantung. Kemudian, hasil rekaman tersebut diolah menggunakan teknologi AI (Artificial Intelligence).
“Jadi kami olah menggunakan AI untuk diklasifikasikan apakah suara rekaman itu memiliki kemiripan dengan paru normal, paru kronis, pneumonia dan infeksi saluran napas,” ungkap I Made Pramanata Yuana, anggota Tim Bali IT Community, Senin (17/7). Lebih lanjut Prama menjelaskan ada beberapa alasan utama yang mendukung mereka membuat inovasi tersebut. Ia menilai, produk rancangan itu dapat mendeteksi penyakit paru-paru lebih awal dan mendiagnosis dengan cepat.
Masih menurut dia, dengan penggunaan AI dalam pengolahan dan klasifikasi suara rekaman organ dalam, dapat memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam mendiagnosis kondisi paru-paru. Selain itu, dapat memberikan kemudahan dalam hal aksesibilitas dan pengembangan teknologi medis.
“Menggabungkan stetoskop digital dengan AI untuk klasifikasi penyakit paru-paru merupakan pengembangan teknologi medis yang menarik dan inovatif. Dalam era digital saat ini, pemanfaatan kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan telah menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan perawatan pasien dan memajukan bidang kedokteran,” jelas siswa SMPN 9 Denpasar ini.
Dalam proses perancangan inovasi ini, memakan waktu hampir lima bulan lamanya. Mulai dari menentukan ide project, membuat prototipe, mengikut seleksi nasional, pembuatan video, hingga melakukan pengujian kembali. “Tetapi ada sedikit kendala seperti dalam hal mencari sampel pasien, mengingat karena pasien yang diteliti memiliki potensi mudah menular,” terangnya,
Kompetisi di Jepang ini diikuti oleh 350 tim dari 25 negara. Sedangkan dari Indonesia sendiri, tampil 17 tim dalam event bergengsi tersebut. Beberapa bidang dilombakan, di antaranya science, teknologi, engineering, matematic dan lain-lain.
Berdasarkan hasil seleksi panitia terhadap proposal yang telah diajukan, Tim Bali IT Community terpilih sebagai finalis dan berhak melaju ke babak penjurian pameran expo dan mempresentasikan karya berbahasa Inggris di hadapan dewan juri secara langsung di JDIE Expo 2023 pada Jumat (7/7) lalu.
Dikonfirmasi secara terpisah, Pembina Denpasar IT Community, I Ketut Nugraha Swadharma SE SPd MM menerangkan produk inovasi bernama Heart Pulmo Monitor itu juga tercipta karena Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang ia idap.
Sehingga ia mencetuskan ide produk inovasi bernama Heart Pulmo Monitor, yang selanjutnya dibawa oleh anak didiknya untuk berlomba di Negeri Sakura. “Kebetulan saya sedang perawatan penyakit paru, kemudian saya punya ide bagaimana caranya mendengarkan suara paru. Sehingga saya kumpulkan anak-anak untuk membuat inovasi tersebut,” terangnya.
Pria yang sekaligus menjadi Pembina di Denpasar IT Community mengaku, setelah melanglang buana mengantarkan siswa berlomba ke ajang internasional, baru kali ini ia mendapat sebuah tantangan baru. Pasalnya, ia mengaku negara Jepang terkenal sebagai negara maju yang tidak awam dengan teknologi AI. Ia juga menjelaskan untuk membuat teknologi itu, pihaknya menghabiskan dana di bawah 100 dollar atau sekitar Rp 700.000 sampai Rp 800.000.
Namun, berkat kerja keras dan tekad yang kuat mengantar anak didiknya, dewan juri pun memutuskan Tim Bali IT Community terpilih sebagai penerima medali emas pada, Sabtu (8/7) lalu. Bahkan, ia mengaku para dewan juri asal Kroasia dan Korea pun sampai dibuat takjub akan produk yang telah ditampilkan.
“Kalau lomba di Jepang tentu inovasi yang dilombakan di sana tidak yang biasa-biasa saja tentunya harus bisa lebih dari biasanya, karena di sana barang-barang AI sudah tidak ketinggalan zaman. Untungnya saat presentasi teknologi, juri asal Kroasia dan Korea sampai heran. Juri bilang, mereka belum pernah melihat teknologi ini sebelumnya,” ungkapnya bangga.
Rencana ke depan, Nugraha dan anak didiknya akan kembali menyempurnakan produk inovasi Heart Pulmo Monitor tersebut. Kemudian, dalam waktu dekat pula anak didiknya akan kembali dikirim untuk mengikuti perlombaan di China secara daring dan membentuk tim baru untuk berlomba di Indonesia dengan inovasi yang sama.
“Akan disempurnakan dan akan dilombakan lagi. Tentunya kami berharap para peneliti muda khususnya yang ada di Bali lebih mendapat perhatian dari Pemerintah dan ketika mengikuti perlombaan di suatu ajang. Minimal mendapat perhatian untuk bisa kemudian dibimbing dan dikembangkan lagi produknya agar tidak berhenti di tempat lomba saja,” harapnya. 7 ol3
1
Komentar