Dinkes Ajukan Tambahan Anggaran
Kasus Gigitan Anjing Tinggi di Buleleng
Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari mendukung rencana pengajuan anggaran untuk pengadaan VAR melalui APBD Buleleng
SINGARAJA, NusaBali - Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng berencana akan mengajukan anggaran tambahan untuk pengadaan Vaksin Anti Rabies (VAR), secara mandiri menggunakan APBD Buleleng. Usulan ini disampaikan kepada Pemkab Buleleng mengingat jumlah kasus gigitan anjing dan permintaan VAR cukup tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr Sucipto dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPRD Buleleng, Senin (17/7) kemarin mengungkapkan, selama ini penyediaan VAR disuplai Pemerintah Provinsi Bali. Hanya saja sejak sebulan terakhir pasca video viral korban gigitan rabies yang diderita seorang anak viral di media sosial, jumlah permintaan VAR meningkat tajam.
“Peningkatan VAR meningkat 3 minggu terakhir. Sehari bisa sampai 100 permintaan di layanan kesehatan kita. Pernah yang sehari itu sampai 180 kasus. Ini yang menjadi kekhawatiran kami sehingga mengajukan anggaran pengadaan VAR lewat APBD Buleleng,” ucap Sucipto.
Dia menyebut distribusi VAR dari Pemprov Bali masih aman. Terakhir pada Juni lalu Buleleng mendapatkan suplai 3.000 vial. Hanya saja jika dilihat dari jumlah kasus gigitan yang masih tinggi saat ini dikhawatirkan akan mengancam ketersediaan stok VAR. Jumlah pemakaian vaksin hingga bulan Juli ini mencapai 15.000 vial.
Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr Sucipto dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPRD Buleleng, Senin (17/7) kemarin mengungkapkan, selama ini penyediaan VAR disuplai Pemerintah Provinsi Bali. Hanya saja sejak sebulan terakhir pasca video viral korban gigitan rabies yang diderita seorang anak viral di media sosial, jumlah permintaan VAR meningkat tajam.
“Peningkatan VAR meningkat 3 minggu terakhir. Sehari bisa sampai 100 permintaan di layanan kesehatan kita. Pernah yang sehari itu sampai 180 kasus. Ini yang menjadi kekhawatiran kami sehingga mengajukan anggaran pengadaan VAR lewat APBD Buleleng,” ucap Sucipto.
Dia menyebut distribusi VAR dari Pemprov Bali masih aman. Terakhir pada Juni lalu Buleleng mendapatkan suplai 3.000 vial. Hanya saja jika dilihat dari jumlah kasus gigitan yang masih tinggi saat ini dikhawatirkan akan mengancam ketersediaan stok VAR. Jumlah pemakaian vaksin hingga bulan Juli ini mencapai 15.000 vial.
Sucipto mengatakan data terakhir VAR yang masih tersisa sebanyak 1.476 vial. Jika dihitung-hitung persediaan VAR ini hanya cukup sampai bulan September mendatang. “Kami harapannya agar kasus gigitan tidak meningkat lagi, tetapi sebagai langkah antisipasi menjamin ketersediaan stok VAR diperhitungkan dampak terburuknya,” imbuh pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.
Masih tingginya kasus gigitan anjing diduga rabies di Buleleng, disebut Sucipto karena masyarakat masih banyak yang abai. Bahkan dari beberapa kasus yang terjadi, penanganan pada korban gigitan rabies sudah terlambat. Pasien baru dibawa ke rumah sakit ketika sudah positif rabies. Kasus gigitan anjing sering diabaikan dan masih dianggap remeh.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari mendukung rencana pengajuan anggaran untuk pengadaan VAR melalui APBD Buleleng. Hesti menyebut untuk kasus-kasus yang berakibat fatal ini harus ditangani secara serius. Srikandi Partai Demokrat ini pun tidak menginginkan ada kasus VAR kosong karena penyediaan terbatas.
“Ini bisa fatal kalau ketersediaannya kosong, karena sejauh ini kasus gigitan anjing ada saja setiap hari. Saya tidak mau ada kasus gigitan yang tidak tertangani,” terang istri Dandim 1617/Jembrana ini.7 k23
Komentar