Nelayan Tewas saat Panen Terumbu Karang
NEGARA, NusaBali - Seorang pria bernama Sahfri Julian Akbar meninggal dunia saat memanen terumbu karang di perairan Teluk Gilimanuk, Gilimanuk, Melaya, Jembrana, pada Senin (17/7).
Pria berusia 28 tahun itu diduga kelelahan hingga tenggelam saat selesai memanen terumbu karang.
"Kami mendapatkan laporan adanya warga yang tenggelam di kawasan Water Bee, yakni Teluk Gilimanuk sekitar pukul 13.55 Wita dan segera menerjunkan anggota untuk memastikan peristiwa tersebut," kata Kapolsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk Kompol I Dewa Putu Werdhiana saat dikonfirmasi detikBali, Senin sore.
Werdhiana mengungkapkan Akbar memanen terumbu karang bersama lima orang rekannya, yakni Eka Sapta Fauzi, Niam Mullah, Bagas Sopiyan Bahari, Ali Mustofa, dan Suherman Tanto. Kepada polisi, Fauzi menjelaskan Akbar sempat sarapan bersama sekitar pukul 09.30 Wita atau sebelum menyelam untuk panen terumbu karang. "Mereka menggunakan peralatan selam berupa selang kompresor yang diletakkan di atas perahu di tepi pantai dengan kedalaman sekitar lima meter," imbuh Werdhiana.
Setelah menyelam selama 1,5 jam, Fauzi dan beberapa temannya beristirahat sejenak. Sementara itu, Tanto dan Akbar kembali menyelam untuk mengambil hasil panen. Setelah sekitar 30 menit menyelam, Akbar sempat menyadari ada barang yang tertinggal di dalam air.
"Oleh karena itu, korban turun lagi untuk menyelam dan mengambil barang tersebut," kata Werdhiana. Teman-teman Akbar mulai curiga karena Akbar cukup lama di dalam air dan tak kunjung kembali. Mereka memberi kode dengan menarik selang kompresor, namun Akbar tidak merespons. Fauzi pun memutuskan untuk menyusul Akbar dan mengecek keadaannya.
"Saat ditemukan, korban terlentang di atas rak terumbu karang. Fauzi melepaskan pemberat yang digunakan oleh korban. Setelah itu, Fauzi dan rekan-rekannya membawa korban ke Puskesmas Gilimanuk," imbuhnya.
Berdasarkan pemeriksaan medis di Puskesmas Gilimanuk, nadi Akbar sudah tidak berdenyut lagi dan mulutnya mengeluarkan busa. Tim medis menyimpulkan Akbar meninggal akibat tenggelam. Terlebih, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Akbar.
Menurut Werdhiana, Akbar dan teman-temannya tidak memiliki lisensi penyelaman meski telah melakukan kegiatan selam selama dua tahun. "Mereka semua memang tidak memiliki sertifikasi untuk melakukan aktivitas menyelam," tandas Werdhiana. 7
"Kami mendapatkan laporan adanya warga yang tenggelam di kawasan Water Bee, yakni Teluk Gilimanuk sekitar pukul 13.55 Wita dan segera menerjunkan anggota untuk memastikan peristiwa tersebut," kata Kapolsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk Kompol I Dewa Putu Werdhiana saat dikonfirmasi detikBali, Senin sore.
Werdhiana mengungkapkan Akbar memanen terumbu karang bersama lima orang rekannya, yakni Eka Sapta Fauzi, Niam Mullah, Bagas Sopiyan Bahari, Ali Mustofa, dan Suherman Tanto. Kepada polisi, Fauzi menjelaskan Akbar sempat sarapan bersama sekitar pukul 09.30 Wita atau sebelum menyelam untuk panen terumbu karang. "Mereka menggunakan peralatan selam berupa selang kompresor yang diletakkan di atas perahu di tepi pantai dengan kedalaman sekitar lima meter," imbuh Werdhiana.
Setelah menyelam selama 1,5 jam, Fauzi dan beberapa temannya beristirahat sejenak. Sementara itu, Tanto dan Akbar kembali menyelam untuk mengambil hasil panen. Setelah sekitar 30 menit menyelam, Akbar sempat menyadari ada barang yang tertinggal di dalam air.
"Oleh karena itu, korban turun lagi untuk menyelam dan mengambil barang tersebut," kata Werdhiana. Teman-teman Akbar mulai curiga karena Akbar cukup lama di dalam air dan tak kunjung kembali. Mereka memberi kode dengan menarik selang kompresor, namun Akbar tidak merespons. Fauzi pun memutuskan untuk menyusul Akbar dan mengecek keadaannya.
"Saat ditemukan, korban terlentang di atas rak terumbu karang. Fauzi melepaskan pemberat yang digunakan oleh korban. Setelah itu, Fauzi dan rekan-rekannya membawa korban ke Puskesmas Gilimanuk," imbuhnya.
Berdasarkan pemeriksaan medis di Puskesmas Gilimanuk, nadi Akbar sudah tidak berdenyut lagi dan mulutnya mengeluarkan busa. Tim medis menyimpulkan Akbar meninggal akibat tenggelam. Terlebih, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Akbar.
Menurut Werdhiana, Akbar dan teman-temannya tidak memiliki lisensi penyelaman meski telah melakukan kegiatan selam selama dua tahun. "Mereka semua memang tidak memiliki sertifikasi untuk melakukan aktivitas menyelam," tandas Werdhiana. 7
Komentar