Terjebak di Bali, Ari Bayuaji Ubah Sampah Laut Jadi Karya Tenun Motif Pemandangan Laut
MANGUPURA, NusaBali.com – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Bali saat pandemi virus corona memberi kenangan manis bagi Seniman Internasional, Ari Bayuaji. Kebijakan 'lockdown' Pemerintah Indonesia membuat Ari ‘terjebak’ di Bali.
Untuk mengisi waktunya selama tinggal di daerah Sanur, Ari menceritakan dirinya menghabiskan waktu untuk membersihkan sampah di Pantai Mertasari, Sanur.
Ia pun menyusuri sekitar pantai hingga hutan bakau untuk mencari sampah yang didominasi dengan tali bekas nelayan. Proses artitisnya melibatkan pengambilan sampah laut dari masyarakat pesisir setempat, berkolaborasi dengan nelayan, dan terlibat dalam pembersihan pantai untuk mengumpulkan bahan.
Media yang diolah Ari adalah menenun, kerajinan tradisional yang mengakar kuat dalam warisan budayanya. Dengan menggunakan jaring ikan bekas, tali, dan sampah laut lainnya, dia mengubah bahan-bahan ini menjadi permadani rumit yang menggambarkan keindahan.
“Jadi tali itu kami uraikan satu persatu. Kalau zaman dulu kita menenun dari alam semua, sekarang yang kami panen dari tali plastik yang warna-warni itu kami tenun dengan teknik tradisional. Sehingga menghasilkan karya seni yang berkonsep strong dan indah untuk dilihat,” terang pria yang kini menetap di Montreal, Kanada.
Ia menerangkan, tantangan terbesar dalam menenun tali plastik itu adalah sampah tali plastik yang ditemukan memiliki ukuran yang tidak sama dan pendek. Sehingga, setelah tali itu diuraikan menjadi seperti benang, ia harus mengikat satu persatu tali itu hingga panjang.
Selain itu, menenun tali plastik dengan benang memiliki tekstur yang berbeda. Hal ini pun menyebabkan proses pengerjaan menenun dari tali plastik sangatlah lama.
Dalam pembuatannya pun, ia dibantu oleh penenun asal Gianyar, Desak Nyoman Rai.
“Ada satu penenun yang membantu saya dan untuk menenun tali plastik hampir memakan waktu sekitar satu bulan lamanya dengan panjang 2 meter dan lebar kira-kira 100 centimeter,” terangnya saat ditemui di The Apurva Kempinski Bali, Selasa (18/7/2023) siang.
Motif tenun yang dibuatnya pun, terinspirasi dengan kain endek atau songket khas Bali. Sehingga, karya yang ia tuangkan saat ini bermotif garis-garis, yang mengutamakan warna tali plasti yang ditentukan. Style dibuat horizontal dengan motif sedehana yakni dengan gradasi pemandangan laut bertemakan ‘Weaving the Ocean’.
Karya yang dibuatnya kini dipamerkan di iconic Koral Restaurant, The Apurva Kempinski Bali hingga bulan Juni 2024.
“Jadi awal kolaborasi saya di The Apurva Kempinski Bali ini karena ajakan dari General Manager The Apurva Kempinski Bali, Vincent Guironnet. Saya merasa terhormat sekali bisa berkolaborasi dengan institusi yang peduli dengan Budaya Indonesia,” ungkapnya bangga.
Projek ini terang Ari tidak akan berhenti sampai di sini, meski pandemi telah usai, pihaknya tetap aktif melakukan aksi bersih-bersih pantai dan area mangrove untuk mengambil tali plastik.
Melalui karyanya ia berharap dapat menginspirasi individu untuk mengambil tindakan dan menjadi pendukung konservasi laut, dengan menekan keterkaitan antara satu sama lain. Antara aktivitas manusia dan kesejahteran lautan.
“Ke depan saya ingin membuat sekolah yang mengajarkan anak-anak muda untuk menenun. Jangka panjangnya seperti itu dengan membuat sekolah menenun. Hasil pembuatan karya ini nantinya akan dijual dan fee akan diberikan kepada orang yang sudah membantu saya,” paparnya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, General Manager The Apurva Kempinski Bali, Vincent Guironnet menerangan The Apurva Kempinski Bali berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan. Sehingga, pihaknya menggandeng Ari Bayuaji untuk meluncurkan proyek inovatif tersebut untuk dipamerkan di ikonik Koral Restaurant, The Apurva Kempinski Bali.
“Ke depan akan ada banyak program yang akan dilaksanakan, pastinya berkolabolari dengan powerful people lagi. Serta akan mengajak lebih banyak lagi komunitas yang memiliki visi dan misi dalam kesadaran lingkungan,” ungkapnya. *ris
1
Komentar