Gubernur Koster Panen Raya Bunga Gemitir Bali Sudamala
Hasil Kerja Cerdas Gubernur Koster Bersama Profesor Pertanian
TABANAN, NusaBali - Gubernur Bali Wayan Koster melakukan panen raya dan stek bunga Gemitir Bali Sudamala di Kebun Percobaan Bali Gemitir, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (19/7).
Didampingi Tim Peneliti Gemitir Bali Sudamala dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada, Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta selaku Anggota Tim Peneliti IPB, para petani, hingga pengurus Tim Penggerak PKK Desa Antapan.
Bunga Gemitir Sudamala yang dipanen Gubernur Koster memiliki 5 jenis warna, seperti warna merah, putih, emas, kuning dan orange. Dalam kesempatan itu, Gubernur Koster meluapkan kebahagiaannya karena apa yang telah dipikirkannya sejak menjadi Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, akhirnya bisa terwujud melaksanakan pengembangan varietas bunga gemitir sebagai upaya nyata Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali mensejahterakan para petani di Bali dengan menekan arus impor bunga gemitir yang sudah terjadi bertahun-tahun di Pulau Bali.
Mengapa ini dilakukan, karena bunga gemitir memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dan menghasilkan perputaran uang yang sangat besar, sehingga hal ini membuat para petani di Bali harus membeli benih bunga gemitir per tahunnya ke luar, masing-masing ada yang mencapai 20-30 kilogram. “Di Bali terdapat 15 penyemai bunga gemitir. Kalau masing-masing penyemai membeli jumlah yang sama, maka ditafsirkan mereka membeli benih bunga gemitir dari 300 sampai 450 kilogram per tahunnya, dan ini belum termasuk individu-individu yang melakukan transaksi pembelian benih secara impor,” jelas Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Harus diketahui, transaksi harga pembelian benih secara impor nilainya sudah mencapai Rp 20 miliar hingga Rp 30 miliar per tahun ke luar negeri. Uang senilai Rp 30 miliar sangat besar, namun bukan itu saja yang dipikirkan Gubernur Koster, tetapi itu berarti petani di luar negeri yang memperoleh penghidupan sebesar Rp 30 miliar. “Untuk itu kita harus berpikir, bagaimana kalau Rp 30 miliar itu kita pakai untuk menghidupi para petani di Bali, kan lebih bagus, para petani menjadi sejahtera,” ujar Gubernur Bali yang dikenal berjiwa ideologis dalam memikirkan nasib para marhaen (petani, red) di Bali, seraya mengajak mulai sekarang harus berhenti melakukan impor.
Kebutuhan masyarakat Bali terhadap bunga gemitir sangat tinggi, karena dimanfaatkan sebagai bahan upakara hingga taman hiasan dengan peredaran jualan secara terorganisir pertahun telah mendekati Rp 100 miliar. Namun siapa yang mendapat manfaat ini? Sekali lagi paling banyak manfaatnya dinikmati oleh luar. Benih yang diproduksinya pun terus menjadi incaran para petani di Bali, karena sekali panen, tanaman bunga gemitir akan mati. Sehingga pembelian benih bunga gemitir ke luar Bali (impor) akan terus berputar. “Sudah berapa tahun kegiatan impor ini berjalan? Kalau kita bayangkan pembelian benih bunga gemitir terjadi selama 10 tahun dengan transaksi pertahunnya mencapai Rp 30 miliar, maka kalau ditotalkan nilainya bisa mencapai Rp 300 miliar dan secara tidak langsung kita sudah menghidupkan petani di luar Bali,” ungkapnya.
Bunga Gemitir Sudamala yang dipanen Gubernur Koster memiliki 5 jenis warna, seperti warna merah, putih, emas, kuning dan orange. Dalam kesempatan itu, Gubernur Koster meluapkan kebahagiaannya karena apa yang telah dipikirkannya sejak menjadi Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, akhirnya bisa terwujud melaksanakan pengembangan varietas bunga gemitir sebagai upaya nyata Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali mensejahterakan para petani di Bali dengan menekan arus impor bunga gemitir yang sudah terjadi bertahun-tahun di Pulau Bali.
Mengapa ini dilakukan, karena bunga gemitir memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dan menghasilkan perputaran uang yang sangat besar, sehingga hal ini membuat para petani di Bali harus membeli benih bunga gemitir per tahunnya ke luar, masing-masing ada yang mencapai 20-30 kilogram. “Di Bali terdapat 15 penyemai bunga gemitir. Kalau masing-masing penyemai membeli jumlah yang sama, maka ditafsirkan mereka membeli benih bunga gemitir dari 300 sampai 450 kilogram per tahunnya, dan ini belum termasuk individu-individu yang melakukan transaksi pembelian benih secara impor,” jelas Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Harus diketahui, transaksi harga pembelian benih secara impor nilainya sudah mencapai Rp 20 miliar hingga Rp 30 miliar per tahun ke luar negeri. Uang senilai Rp 30 miliar sangat besar, namun bukan itu saja yang dipikirkan Gubernur Koster, tetapi itu berarti petani di luar negeri yang memperoleh penghidupan sebesar Rp 30 miliar. “Untuk itu kita harus berpikir, bagaimana kalau Rp 30 miliar itu kita pakai untuk menghidupi para petani di Bali, kan lebih bagus, para petani menjadi sejahtera,” ujar Gubernur Bali yang dikenal berjiwa ideologis dalam memikirkan nasib para marhaen (petani, red) di Bali, seraya mengajak mulai sekarang harus berhenti melakukan impor.
Kebutuhan masyarakat Bali terhadap bunga gemitir sangat tinggi, karena dimanfaatkan sebagai bahan upakara hingga taman hiasan dengan peredaran jualan secara terorganisir pertahun telah mendekati Rp 100 miliar. Namun siapa yang mendapat manfaat ini? Sekali lagi paling banyak manfaatnya dinikmati oleh luar. Benih yang diproduksinya pun terus menjadi incaran para petani di Bali, karena sekali panen, tanaman bunga gemitir akan mati. Sehingga pembelian benih bunga gemitir ke luar Bali (impor) akan terus berputar. “Sudah berapa tahun kegiatan impor ini berjalan? Kalau kita bayangkan pembelian benih bunga gemitir terjadi selama 10 tahun dengan transaksi pertahunnya mencapai Rp 30 miliar, maka kalau ditotalkan nilainya bisa mencapai Rp 300 miliar dan secara tidak langsung kita sudah menghidupkan petani di luar Bali,” ungkapnya.
Karena itu, dia tidak mau melihat hal ini terus terjadi. Melihat permasalahan tersebut, Gubernur Koster dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, langsung memberikan perhatian serius terhadap petani bunga gemitir dengan menghadirkan Profesor dan akademisi pertanian dari Universitas Udayana (Unud) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian untuk mengembangkan benih, bibit, dan stek terhadap bunga marigold atau gemitir dengan hasil mampu mewujudkan bunga Gemitir Bali Sudamala yang memiliki warna merah, putih, emas, kuning dan orange. Dengan adanya pengembangan benih, bibit, dan stek bunga Gemitir Bali Sudamala Gubernur Koster berharap agar petani mulai menanam di lahannya dan menjual bunga ini ke pasar dari harga Rp 15.000 per kg sampai ada yang menjual di kisaran Rp 40.000 per kg. Gubernur Koster menugaskan Kepala Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Bali untuk segera memperluas pengembangan varietas bunga Gemitir Bali Sudamala melalui pola benih dan stek ke seluruh Bali dengan melakukan uji coba di dataran tinggi dan di dataran rendah. Selanjutnya, bunga Gemitir Bali Sudamala yang sudah mendapat pengakuan dari Kementerian Pertanian sebagai bunga khas endemik Bali, agar segera dipatenkan sebagai tanaman milik Pemerintah Provinsi Bali.
GM Bali Gemitir Group, Agus Ervani Sjoekoer yang didampingi Tim Peneliti Gemitir Bali Sudamala dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melaporkan dalam kurun waktu 70 hari terakhir berusaha untuk menjadikan bunga Gemitir Bali Sudamala dikembangkan menjadi benih, bibit, dan stek yang diolah dengan memanfaatkan pupuk organik dari kotoran sapi, sebagai upaya dalam mengurangi bahan kimia. “Kami telah mengundang para penyemai bunga gemitir di Bali untuk melihat langsung hasil dari pengembangan bunga Gemitir Bali Sudamala dan mereka langsung memberikan penilaian terhadap kontur bunga yang dinilai hasilnya bagus, memiliki nilai ekonomi, serta telah memenuhi syarat untuk dipasarkan,” ujar Agus Ervani. Jadi output dari pengembangan Gemitir Bali Sudamala ini sudah sangat siap untuk mengurangi dan menyetop impor pembenihan.
Para penyemai sampai mencari-cari di mana mendapat bibit unggul Gemitir Bali Sudamala. Namun sampai saat ini belum melepas bibit bunga Gemitir Bali Sudamala ke pasaran, karena harus menjalani tahapan uji coba lagi di beberapa ketinggian termasuk akan di uji coba di wilayah dataran rendah dengan harapan pada 8 Agustus 2023 mendatang, Gubernur Koster bersama Tim Peneliti Gemitir Bali Sudamala dari IPB secara resmi sudah bisa mendistribusikan bibit ini kepada petani-petani di Bali, karena secara umum fisik tanaman Gemitir Bali Sudamala sudah bisa menghasilkan bunga yang indah dengan cara pembenihan dan perbanyakan dari stek. @ nat
1
Komentar