Pelaku Wisata Minta Bank Perbanyak ATM
Transaksi Digital Belum Familiar
DENPASAR, NusaBali - Kalangan pelaku desa wisata meminta perbankan membantu pengembangan desa wisata. Salah satunya memperluas layanan mesin anjungan tunai mandiri (ATM).
Keberadaan ATM akan bermanfaat bagi wisatawan maupun warga setempat, dalam transaksi secara manual atau cash. I Ketut Edy Astana, pelaku pariwisata dari desa wisata Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng mengatakan Kamis(20/7).
Pengalaman selama ini, lanjut Edy Astana ketiadaan mesin ATM sering mengundang keluhan dari wisatawan. Terutama ketika wisatawan hendak membeli produk setempat seperti buah, makanan dan minuman maupun cindera mata.
“Karena belanja secara cash, tentu perlu uang tunai,” ungkap Edy Astana.
Dari situlah kerap muncul keluhan. Terutama ketika wisatawan hendak transaksi, namun mereka tidak membawa uang tunai yang cukup. Di pihak lain, transaksi secara digital belum familiar.
“Juga tidak semua pelaku pariwisata memiliki mesin EDC (electronic data capture),” ungkap Edy Astana yang juga Ketua Ikatan Akomodasi Munduk (IAM).
Karenanya untuk mendapatkan uang tunai yang memadai tidak jarang wisatawan, baik secara mandiri atau diantar pemandu, mencari mesin ATM ke tempat lain, untuk mendapatkan uang tunai. “Misalnya ke Banyuatis yang jaraknya 4 kilometer,” lanjut Edy Astana.
Sedikit tidak, keadaan tersebut tentu merepotkan. Bahkan tak jarang transaksi yang seharusnya sudah sepakat, berakhir batal akibat tidak ada ATM untuk menarik uang cash.
Kata Edy Astana, hal itu jelas tidak menguntungkan. Wisatawan mengeluh, sedang warga yang hendak berjual beli dengan wisatawan, gagal memerperoleh pendapatan.
“Secara umum desa wisata juga terimbas,” ucapnya.
Karena itulah, diharapkan perbankan membantu perluasan layanan jaringan mesin ATM ke desa-desa wisata. “Ini untuk mendukung desa wisata,” ucap Edy Astana.
Sementara tingkat hunian kamar di Desa Wisata Munduk, pada bulan Juli ini mencapai 80 persen. Pemandangan alam desa pegunungan menjadi daya tarik utama wisatawan, terutama wisman datang ke Munduk.
“Terutama sore hari bisa menikmati sunset,” terangnya. Selain itu daya tarik lain adalah air terjun Munduk, Danau Tamblingan, perkebunan kopi dan cengkeh, kakao dan vanila.
Wisatawan Eropa, dari Prancis, Spanyol, Italia, Belgia, Belanda dan Australia adalah diantara wisman yang sering datang ke Munduk. Dalam sepekan ini, jumlahnya bisa sampai 50 orang. K17.
Pengalaman selama ini, lanjut Edy Astana ketiadaan mesin ATM sering mengundang keluhan dari wisatawan. Terutama ketika wisatawan hendak membeli produk setempat seperti buah, makanan dan minuman maupun cindera mata.
“Karena belanja secara cash, tentu perlu uang tunai,” ungkap Edy Astana.
Dari situlah kerap muncul keluhan. Terutama ketika wisatawan hendak transaksi, namun mereka tidak membawa uang tunai yang cukup. Di pihak lain, transaksi secara digital belum familiar.
“Juga tidak semua pelaku pariwisata memiliki mesin EDC (electronic data capture),” ungkap Edy Astana yang juga Ketua Ikatan Akomodasi Munduk (IAM).
Karenanya untuk mendapatkan uang tunai yang memadai tidak jarang wisatawan, baik secara mandiri atau diantar pemandu, mencari mesin ATM ke tempat lain, untuk mendapatkan uang tunai. “Misalnya ke Banyuatis yang jaraknya 4 kilometer,” lanjut Edy Astana.
Sedikit tidak, keadaan tersebut tentu merepotkan. Bahkan tak jarang transaksi yang seharusnya sudah sepakat, berakhir batal akibat tidak ada ATM untuk menarik uang cash.
Kata Edy Astana, hal itu jelas tidak menguntungkan. Wisatawan mengeluh, sedang warga yang hendak berjual beli dengan wisatawan, gagal memerperoleh pendapatan.
“Secara umum desa wisata juga terimbas,” ucapnya.
Karena itulah, diharapkan perbankan membantu perluasan layanan jaringan mesin ATM ke desa-desa wisata. “Ini untuk mendukung desa wisata,” ucap Edy Astana.
Sementara tingkat hunian kamar di Desa Wisata Munduk, pada bulan Juli ini mencapai 80 persen. Pemandangan alam desa pegunungan menjadi daya tarik utama wisatawan, terutama wisman datang ke Munduk.
“Terutama sore hari bisa menikmati sunset,” terangnya. Selain itu daya tarik lain adalah air terjun Munduk, Danau Tamblingan, perkebunan kopi dan cengkeh, kakao dan vanila.
Wisatawan Eropa, dari Prancis, Spanyol, Italia, Belgia, Belanda dan Australia adalah diantara wisman yang sering datang ke Munduk. Dalam sepekan ini, jumlahnya bisa sampai 50 orang. K17.
1
Komentar