Peternak Berharap Galungan Bisa Dongkrak Harga Babi
DENPASAR, NusaBali - Menjelang Hari Raya Galungan, peternak babi di Kota Denpasar masih berharap bisa mendapatkan harga yang bisa mendongkrak penjualan daging babi.
Sebab, selama ini harga babi maupun daging babi cenderung menurun akibat dari isu Meningitis Streptococcus Suis (MSS).
Setidaknya, harga babi diharapkan peternak bisa mencapai minimal Rp40.000 per kilogram hingga Rp45.000 per kilogram. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) I Ketut Hari Suyasa saat diwawancarai, Senin (17/7).
Menurutnya, permintaan tersebut sulit mengingat hingga saat ini belum terjadi pergerakan harga babi. Diapun memprediksi pergerakan tidak begitu besar mengingat saat ini harga babi di peternak masih Rp 35.000 per kilogram.
Bahkan kata dia, sudah 3 bulan terakhir ini peternak merugi. Harga Proses Produksi (HPP) peternak baru saat ini mencapai Rp 40.000 per kilogram, sementara harga jual jauh di bawah itu. "Kita sesalkan harga babi di bawah HPP," jelasnya.
Disinggung terkait ketersediaan saat ini, Hari Suyasa mengatakan, sangat aman. Ketersediaan mampu memenuhi kebutuhan Galungan dan Kuningan. Hanya saja nilai jual yang belum bisa memberi keuntungan bagi peternak.
Selain harga jual yang rendah, Hari Suyasa juga mengatakan, peternak dihadapi dengan HPP tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh harga pakan yang terus melonjak. Dia mengatakan 75 persen nilai produksi babi dipengaruhi oleh harga pakan. "Mirisnya 90 persen bahan baku pakan babi adalah produk dalam negeri. Namun dengan itu juga belum mampu memberikan nilai yang layak untuk para peternak," terangnya.
Jika harga pakan tidak bisa dikendalikan, dia berharap pemerintah bisa memberikan subsidi untuk menekan nilai produksi. Demikian pula pemerintah daerah diharapkan bisa memberikan perhatian bagi peternak babi. Setidaknya bisa mengintervensi harga babi.
Menurutnya, yang terjadi saat ini, babi di Bali dibeli murah, namun dijual malah di luar Bali. "Fakta di lapangan, kita tidak tertolong di bahan baku, tidak ada subsidi. Diharga juga kita dipukul habis," imbuhnya.7 mis
Setidaknya, harga babi diharapkan peternak bisa mencapai minimal Rp40.000 per kilogram hingga Rp45.000 per kilogram. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) I Ketut Hari Suyasa saat diwawancarai, Senin (17/7).
Menurutnya, permintaan tersebut sulit mengingat hingga saat ini belum terjadi pergerakan harga babi. Diapun memprediksi pergerakan tidak begitu besar mengingat saat ini harga babi di peternak masih Rp 35.000 per kilogram.
Bahkan kata dia, sudah 3 bulan terakhir ini peternak merugi. Harga Proses Produksi (HPP) peternak baru saat ini mencapai Rp 40.000 per kilogram, sementara harga jual jauh di bawah itu. "Kita sesalkan harga babi di bawah HPP," jelasnya.
Disinggung terkait ketersediaan saat ini, Hari Suyasa mengatakan, sangat aman. Ketersediaan mampu memenuhi kebutuhan Galungan dan Kuningan. Hanya saja nilai jual yang belum bisa memberi keuntungan bagi peternak.
Selain harga jual yang rendah, Hari Suyasa juga mengatakan, peternak dihadapi dengan HPP tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh harga pakan yang terus melonjak. Dia mengatakan 75 persen nilai produksi babi dipengaruhi oleh harga pakan. "Mirisnya 90 persen bahan baku pakan babi adalah produk dalam negeri. Namun dengan itu juga belum mampu memberikan nilai yang layak untuk para peternak," terangnya.
Jika harga pakan tidak bisa dikendalikan, dia berharap pemerintah bisa memberikan subsidi untuk menekan nilai produksi. Demikian pula pemerintah daerah diharapkan bisa memberikan perhatian bagi peternak babi. Setidaknya bisa mengintervensi harga babi.
Menurutnya, yang terjadi saat ini, babi di Bali dibeli murah, namun dijual malah di luar Bali. "Fakta di lapangan, kita tidak tertolong di bahan baku, tidak ada subsidi. Diharga juga kita dipukul habis," imbuhnya.7 mis
1
Komentar