Bedulu Tampilkan Legong Versi Lengkap di PKB
Tari Legong selama ini dikenal sebagai tarian dengan durasi yang cukup lama.
DENPASAR, NusaBali
Biasanya berkisar antara 20 menit hingga setengah jam. Namun, jika ditelusuri, ada durasi yang lebih panjang dari itu. Legong tersebut adalah Legong klasik Kupu-kupu Tarum dan Legong Lasem versi asli Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar.
Dua Tari Legong masing-masing ditarikan hampir selama satu jam, oleh Sekaa Bali Ganda Sari, dari Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar mengisi panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX di Kalangan Angsoka Taman Budaya Bali, Rabu (21/6) sore. Kedua tari ini merupakan hasil rekonstruksi setelah sempat di ambang kepunahan.
“Kami mementaskan dua tarian legong klasik, yaitu Legong Kupu-kupu Tarum dan Legong Lasem yang merupakan kesenian asli di desa kami. Di desa lain mungkin ada, tapi kesenian ini asli dari desa kami yang berhasil kami rekonstruksi,” ujar pembina sekaa, Gusti Made Sudiarsa.
Sudiarsa menambahkan, untuk Legong Lasem klasik bahkan ditarikan dengan struktur lengkap berdurasi satu jam lebih. Dia menjelaskan, ada beberapa babak atau bagian dalam tari ini, diawali dari pepeson condong, diikuti selanjutnya dengan penari legong dua orang, bapang durga, bapang gede, pengawak, pengecet, pengikuk. Bahkan sebelum berperang ada yang namanya pangkat, garuda, dan terakhir pekaad.
“Tari Legong Klasik Bedulu sempat berjaya pada tahun 1920-an, bahkan hingga ke Eropa. Dalam PKB tahun ini, kami coba bangkitkan lagi dengan menampilkannya pada pengunjung PKB,” imbuhnya.
Dikatakan, upaya rekonstruksi yang dilakukan Sekaa Bali Ganda Sari berhasil merekonstruksi sejumlah tari Legong dan tabuh, diantaranya Tari Legong Kupu-kupu Tarun, Legong Klasik, Tabuh Dang, dan Solo Bandung. Keempatnya ditampilkan dalam PKB kemarin. Pihaknya berharap, hal ini menjadi motivasi bagi tari-tari lainnya untuk direkonstruksi sehingga menambah kekayaan warisan budaya Bali.
“Harapan kami daerah asal-asal tari Legong yang sekarang belum bangkit agar bangkit kembali. Seperti di Kelandis ada gamelan dan gelungan yang tertinggal tapi belum bisa direkonstruksi,” katanya.
Meski tarian Legong ditarikan dengan durasi cukup lama, tidak lantas membuat penonton kabur. Sebaliknya banyak yang mendekat karena penasaran. Penonton bahkan setia hingga pementasan berakhir. *in
Biasanya berkisar antara 20 menit hingga setengah jam. Namun, jika ditelusuri, ada durasi yang lebih panjang dari itu. Legong tersebut adalah Legong klasik Kupu-kupu Tarum dan Legong Lasem versi asli Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar.
Dua Tari Legong masing-masing ditarikan hampir selama satu jam, oleh Sekaa Bali Ganda Sari, dari Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar mengisi panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX di Kalangan Angsoka Taman Budaya Bali, Rabu (21/6) sore. Kedua tari ini merupakan hasil rekonstruksi setelah sempat di ambang kepunahan.
“Kami mementaskan dua tarian legong klasik, yaitu Legong Kupu-kupu Tarum dan Legong Lasem yang merupakan kesenian asli di desa kami. Di desa lain mungkin ada, tapi kesenian ini asli dari desa kami yang berhasil kami rekonstruksi,” ujar pembina sekaa, Gusti Made Sudiarsa.
Sudiarsa menambahkan, untuk Legong Lasem klasik bahkan ditarikan dengan struktur lengkap berdurasi satu jam lebih. Dia menjelaskan, ada beberapa babak atau bagian dalam tari ini, diawali dari pepeson condong, diikuti selanjutnya dengan penari legong dua orang, bapang durga, bapang gede, pengawak, pengecet, pengikuk. Bahkan sebelum berperang ada yang namanya pangkat, garuda, dan terakhir pekaad.
“Tari Legong Klasik Bedulu sempat berjaya pada tahun 1920-an, bahkan hingga ke Eropa. Dalam PKB tahun ini, kami coba bangkitkan lagi dengan menampilkannya pada pengunjung PKB,” imbuhnya.
Dikatakan, upaya rekonstruksi yang dilakukan Sekaa Bali Ganda Sari berhasil merekonstruksi sejumlah tari Legong dan tabuh, diantaranya Tari Legong Kupu-kupu Tarun, Legong Klasik, Tabuh Dang, dan Solo Bandung. Keempatnya ditampilkan dalam PKB kemarin. Pihaknya berharap, hal ini menjadi motivasi bagi tari-tari lainnya untuk direkonstruksi sehingga menambah kekayaan warisan budaya Bali.
“Harapan kami daerah asal-asal tari Legong yang sekarang belum bangkit agar bangkit kembali. Seperti di Kelandis ada gamelan dan gelungan yang tertinggal tapi belum bisa direkonstruksi,” katanya.
Meski tarian Legong ditarikan dengan durasi cukup lama, tidak lantas membuat penonton kabur. Sebaliknya banyak yang mendekat karena penasaran. Penonton bahkan setia hingga pementasan berakhir. *in
Komentar