Gangguan Pendengaran pada Anak, Penyebab Terhambatnya Proses Bicara
UMUMNYA gangguan pendengaran pada anak lebih dahulu diketahui orangtua sebagai anak yang mengalami gangguan berbicara (delayed speech).
Perkembangan pendengaran sangat erat hubungannya dengan perkembangan otak yang berkembang pesat pada masa 0-12 bulan pertama. Sejak usia 20 minggu masa kehamilan, fungsi pendengaran sudah mencapai fungsi normal seperti orang dewasa dan dapat merespons suara yang ada di sekitarnya.
Proses pendengaran berjalan beriringan dengan proses bicara. Kemahiran anak untuk berbicara dan berbahasa dapat dicapai dengan baik bila input auditorik (pendengaran) dalam keadaan normal.
Gangguan pendengaran atau biasa disebut tuli bukanlah suatu penyakit yang berbahaya, namun dapat menyebabkan kesulitan beraktivitas dan menjadi permasalahan mental bagi penderitanya.
Terdapat beberapa jenis tuli, salah satunya adalah tuli kongenital. Tuli congenital adalah tuli yang terjadi pada seorang bayi yang disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan maupun saat lahir.
Tuli kongenital menjadi salah satu faktor terhambatnya proses berbicara, kemampuan berbahasa, komunikasi, serta kesulitan untuk belajar sehingga mempengaruhi kepandaiannya. Hal tersebut akan memberat jika terlambat untuk mendeteksi dan menangani tuli pada anak.
Proses pendengaran berjalan beriringan dengan proses bicara. Kemahiran anak untuk berbicara dan berbahasa dapat dicapai dengan baik bila input auditorik (pendengaran) dalam keadaan normal.
Gangguan pendengaran atau biasa disebut tuli bukanlah suatu penyakit yang berbahaya, namun dapat menyebabkan kesulitan beraktivitas dan menjadi permasalahan mental bagi penderitanya.
Terdapat beberapa jenis tuli, salah satunya adalah tuli kongenital. Tuli congenital adalah tuli yang terjadi pada seorang bayi yang disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan maupun saat lahir.
Tuli kongenital menjadi salah satu faktor terhambatnya proses berbicara, kemampuan berbahasa, komunikasi, serta kesulitan untuk belajar sehingga mempengaruhi kepandaiannya. Hal tersebut akan memberat jika terlambat untuk mendeteksi dan menangani tuli pada anak.
Beberapa penyebab tuli kongenital adalah infeksi bakteri/virus TORCHS (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegavirus, Herpes, dan Sifilis) saat kehamilan, berat badan lahir rendah, penggunaan obat yang merusak sistem pendengaran, dan riwayat keluarga dengan tuli.
Pencegahan tuli kongenital dapat dilakukan sejak masa kehamilan dengan skrining TORCHS pada trimester awal, melakukan ANC (Antenatal care) atau kontrol kehamilan untuk melihat perkembangan janin, serta menghindari obat yang dapat merusak sistem pendengaran.
Untuk mencegah terhambatnya proses berbicara dan komunikasi pada anak sejak dini, saat ini orangtua wajib mengetahui proses perkembangan pendengaran sesuai usia anak.
Jika reaksi anak terhadap bunyi tidak menunjukkan reaksi sesuai usia (lihat tabel, Red), maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki sarana tes fungsi pendengaran.
Upaya habilitasi dilakukan sedini mungkin setelah terdeteksi mengalami gangguan pendengaran agar anak tidak mengalami gangguan wicara, berbahasa, dan mengganggu fungsi kognitif anak.
Hal pertama yang dapat digunakan adalah pemberian ABD (alat bantu dengar) sebelum usia 6 bulan, jika dimulai di usia yang optimal maka perkembangan wicara anak yang mengalami ketulian dapat mendekati kemampuan wicara anak normal.
Bila gangguan pendengaran anak sangat berat di kedua telinga, perlu diatasi dengan pemasangan implan koklea. 7
Oleh : dr AA Gede Indra Pramana Putra
Pencegahan tuli kongenital dapat dilakukan sejak masa kehamilan dengan skrining TORCHS pada trimester awal, melakukan ANC (Antenatal care) atau kontrol kehamilan untuk melihat perkembangan janin, serta menghindari obat yang dapat merusak sistem pendengaran.
Untuk mencegah terhambatnya proses berbicara dan komunikasi pada anak sejak dini, saat ini orangtua wajib mengetahui proses perkembangan pendengaran sesuai usia anak.
Jika reaksi anak terhadap bunyi tidak menunjukkan reaksi sesuai usia (lihat tabel, Red), maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki sarana tes fungsi pendengaran.
Upaya habilitasi dilakukan sedini mungkin setelah terdeteksi mengalami gangguan pendengaran agar anak tidak mengalami gangguan wicara, berbahasa, dan mengganggu fungsi kognitif anak.
Hal pertama yang dapat digunakan adalah pemberian ABD (alat bantu dengar) sebelum usia 6 bulan, jika dimulai di usia yang optimal maka perkembangan wicara anak yang mengalami ketulian dapat mendekati kemampuan wicara anak normal.
Bila gangguan pendengaran anak sangat berat di kedua telinga, perlu diatasi dengan pemasangan implan koklea. 7
Oleh : dr AA Gede Indra Pramana Putra
Komentar