Izin Yayasan Terancam Dicabut
Kasus Eksploitasi Bocah untuk Penggalangan Dana
SINGARAJA, NusaBali - Narasi ‘bohong’ di akun penggalangan dana tentang bocah 8 tahun asal Banjar Dinas Bukit Sari, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng, disesalkan keluarga sang bocah.
Dinas Sosial Kabupaten Buleleng pun mengecek kondisi bocah bernama Putu Nita Satrini pada Kamis (27/7).
Kepala Dinas Sosial Buleleng Putu Kariaman mengungkapkan jika pihak keluarga Nita merasa keberatan dengan postingan yang dibuat oleh pihak Yayasan Sahabat Peduli Kasih. Sebab untuk menarik rasa iba para donatur, pihak yayasan membuat video maupun cerita yang tidak sesuai dengan keseharian Nita.
"Cerita yang dibuat semua tidak benar. Kondisi anak itu tidak seperti yang ada di cerita itu (telantar hingga jualan kerupuk). Sehingga dilaporkan (ke polisi) oleh pamannya. Pihak keluarga juga menyebut sempat dikasih uang Rp 250.000 oleh pihak yayasan. Sempat datang lagi mau kasih uang, namun ditolak keluarga yang sudah melapor," jelasnya.
Dinas Sosial menyerahkan sepenuhnya kepada polisi untuk menyelidiki adanya dugaan eksploitasi yang dilakukan oleh pihak yayasan. Hasil penyelidikan polisi nantinya akan digunakan sebagai dasar apakah izin yayasan akan dicabut atau tidak." Kami biarkan dulu ke ranah hukum. Bagaimana hasilnya, nanti akan kami tindak lanjuti," ucapnya.
Di sisi lain, keluarga Nita telah terdaftar dalam Program Keluarga Harapan (PKH), sehingga rutin mendapat program bantuan dari pemerintah.
Sementara Kanit IV Unit PPA Polres Buleleng, Ipda I Ketut Yulio Saputra mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan proses pengumpulan data sebagai langkah penyelidikan awal. "Laporannya baru dilimpahkan, kami masih proses pengumpulan data dulu. Mohon bersabar, pasti kami ungkap kebenarannya," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Yayasan Sahabat Peduli Kasih dilaporkan ke polisi, karena diduga mengeksploitasi Putu Nita Satrini. Dalam unggahan di laman pengumpul donasi kitabisa.com, yayasan tersebut menyebutkan jika Putu Nita harus mencari nafkah sendiri demi sesuap nasi, beli seragam sekolah dan membayar tunggakan sekolah. Hal ini terjadi lantaran ayah Putu Nita meninggal dunia karena sakit, sementara ibunya kabur meninggalkannya.
Yayasan tersebut juga mengunggah foto Nita membawa kerupuk dan makan di pinggir jalan. Disebutkan, jika Nita harus menahan kaki yang sakit dan lelah menyusuri jalanan sambil membawa beberapa bungkus kerupuk. Hasil jualan biasanya dibelikan beras dan sisanya untuk keperluan sekolah. Namun dagangannya sering tak laku dan Nita sering kelaparan.
Masih dalam unggahan tersebut, disebutkan Nita sering diusir saat jualan. Pernah suatu hari hujan deras, ia numpang berteduh di emperan toko. Namun, pemilik toko mengusirnya karena mengganggu pembeli yang datang. Dalam postingan itu juga disebutkan Nita makan di pinggir jalan yang jarang dilewati kendaraan. Nita menangis sambil memeluk foto almarhum ayah.
Perbekel Desa Tegallinggah, I Ketut Mudarna menegaskan ada beberapa poin dalam postingan tersebut yang tidak benar. Bocah kelas II SD itu kata Mudarna memang saat ini tinggal bersama neneknya bernama Luh Cinta Nadi. Sebab orangtuanya telah bercerai dan ayahnya beberapa waktu lalu telah meninggal dunia.
"Anak itu sekolah dengan baik, dirawat oleh keluarganya. Tidak ada jualan kerupuk sampai makan di jalan. Itu mengada-ada, tidak sesuai dengan fakta," sebutnya.
Ia juga menduga, yayasan tersebut sengaja mengatur sedemikian rupa menyuruh Nita seolah-olah berjualan kerupuk untuk keperluan foto. "Yayasan itu yang memberikan kerupuk kepada anak tersebut, lalu dibuatkan video dan foto. Makanya keluarganya keberatan, kami sebagai pemerintah desa pun terkejut dengan informasi itu karena tidak sesuai fakta," terangnya.
Ketua Yayasan Sahabat Peduli Kasih, Jro Mangku Made Wijaya Dangin menyebut, penggalangan dana tersebut dilakukan atas seizin pihak keluarga. Hanya saja terkait narasi yang menjelaskan terkait kondisi Nita diklaim Wijaya dibuat langsung oleh pihak kitabisa.com.
"Masalah narasi itu dibuat oleh kitabisa, bukan dari yayasan. Kami hanya memfasilitasi dan pendamping. Jadi caption itu dibuat kitabisa. Kami hanya memohonkan agar dibantu digalangkan dana," katanya, Rabu (26/7).
Ia juga membenarkan jika video dan foto anak itu jualan kerupuk memang dibuat oleh relawan. Hanya saja ia tak mengetahui apakah kesehariannya Nita merupakan seorang pedagag kerupuk. Sebab yang berhubungan langsung dengan Nita saat itu adalah salah satu relawan yayasan. 7mzk
Kepala Dinas Sosial Buleleng Putu Kariaman mengungkapkan jika pihak keluarga Nita merasa keberatan dengan postingan yang dibuat oleh pihak Yayasan Sahabat Peduli Kasih. Sebab untuk menarik rasa iba para donatur, pihak yayasan membuat video maupun cerita yang tidak sesuai dengan keseharian Nita.
"Cerita yang dibuat semua tidak benar. Kondisi anak itu tidak seperti yang ada di cerita itu (telantar hingga jualan kerupuk). Sehingga dilaporkan (ke polisi) oleh pamannya. Pihak keluarga juga menyebut sempat dikasih uang Rp 250.000 oleh pihak yayasan. Sempat datang lagi mau kasih uang, namun ditolak keluarga yang sudah melapor," jelasnya.
Dinas Sosial menyerahkan sepenuhnya kepada polisi untuk menyelidiki adanya dugaan eksploitasi yang dilakukan oleh pihak yayasan. Hasil penyelidikan polisi nantinya akan digunakan sebagai dasar apakah izin yayasan akan dicabut atau tidak." Kami biarkan dulu ke ranah hukum. Bagaimana hasilnya, nanti akan kami tindak lanjuti," ucapnya.
Di sisi lain, keluarga Nita telah terdaftar dalam Program Keluarga Harapan (PKH), sehingga rutin mendapat program bantuan dari pemerintah.
Sementara Kanit IV Unit PPA Polres Buleleng, Ipda I Ketut Yulio Saputra mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan proses pengumpulan data sebagai langkah penyelidikan awal. "Laporannya baru dilimpahkan, kami masih proses pengumpulan data dulu. Mohon bersabar, pasti kami ungkap kebenarannya," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Yayasan Sahabat Peduli Kasih dilaporkan ke polisi, karena diduga mengeksploitasi Putu Nita Satrini. Dalam unggahan di laman pengumpul donasi kitabisa.com, yayasan tersebut menyebutkan jika Putu Nita harus mencari nafkah sendiri demi sesuap nasi, beli seragam sekolah dan membayar tunggakan sekolah. Hal ini terjadi lantaran ayah Putu Nita meninggal dunia karena sakit, sementara ibunya kabur meninggalkannya.
Yayasan tersebut juga mengunggah foto Nita membawa kerupuk dan makan di pinggir jalan. Disebutkan, jika Nita harus menahan kaki yang sakit dan lelah menyusuri jalanan sambil membawa beberapa bungkus kerupuk. Hasil jualan biasanya dibelikan beras dan sisanya untuk keperluan sekolah. Namun dagangannya sering tak laku dan Nita sering kelaparan.
Masih dalam unggahan tersebut, disebutkan Nita sering diusir saat jualan. Pernah suatu hari hujan deras, ia numpang berteduh di emperan toko. Namun, pemilik toko mengusirnya karena mengganggu pembeli yang datang. Dalam postingan itu juga disebutkan Nita makan di pinggir jalan yang jarang dilewati kendaraan. Nita menangis sambil memeluk foto almarhum ayah.
Perbekel Desa Tegallinggah, I Ketut Mudarna menegaskan ada beberapa poin dalam postingan tersebut yang tidak benar. Bocah kelas II SD itu kata Mudarna memang saat ini tinggal bersama neneknya bernama Luh Cinta Nadi. Sebab orangtuanya telah bercerai dan ayahnya beberapa waktu lalu telah meninggal dunia.
"Anak itu sekolah dengan baik, dirawat oleh keluarganya. Tidak ada jualan kerupuk sampai makan di jalan. Itu mengada-ada, tidak sesuai dengan fakta," sebutnya.
Ia juga menduga, yayasan tersebut sengaja mengatur sedemikian rupa menyuruh Nita seolah-olah berjualan kerupuk untuk keperluan foto. "Yayasan itu yang memberikan kerupuk kepada anak tersebut, lalu dibuatkan video dan foto. Makanya keluarganya keberatan, kami sebagai pemerintah desa pun terkejut dengan informasi itu karena tidak sesuai fakta," terangnya.
Ketua Yayasan Sahabat Peduli Kasih, Jro Mangku Made Wijaya Dangin menyebut, penggalangan dana tersebut dilakukan atas seizin pihak keluarga. Hanya saja terkait narasi yang menjelaskan terkait kondisi Nita diklaim Wijaya dibuat langsung oleh pihak kitabisa.com.
"Masalah narasi itu dibuat oleh kitabisa, bukan dari yayasan. Kami hanya memfasilitasi dan pendamping. Jadi caption itu dibuat kitabisa. Kami hanya memohonkan agar dibantu digalangkan dana," katanya, Rabu (26/7).
Ia juga membenarkan jika video dan foto anak itu jualan kerupuk memang dibuat oleh relawan. Hanya saja ia tak mengetahui apakah kesehariannya Nita merupakan seorang pedagag kerupuk. Sebab yang berhubungan langsung dengan Nita saat itu adalah salah satu relawan yayasan. 7mzk
1
Komentar