Belasan Kakek-nenek Ikut Potong Gigi Massal
Belasan kakek dan nenek ikut upacara Matatah (potong gigi) massal di Sekretariat Pasraman Sri Jagat Mukthi, Banjar Belatung, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem, Soma Paing Menail, Senin (26/6) pukul 09.00 -16.00 Wita.
AMLAPURA, NusaBali
Kebanyakan nenek-nenek yang tidak matatah ini tak lagi punya gigi, atau gigi atasnya tidak utuh. Matatah massal gratis ini diikuti 164 krama.
Upacara itu ketiga kali digelar di Pasraman Sri Jagat Mukthi, setelah tahun 2011 dan 2015. Matatah ini dirangkai juga dengan upacara Pawintenan 13 krama jadi pamangku, dan pawintenan Sraswati 37 krama.
Selama upacara potong gigi berlangsung, diguyur hujan lebat. Matatah melibatkan delapan sangging (tukang potong gigi), yakni Jro Mangku Pasek Made Budiana, Jro Mangku Pasek Giri Naya, Jro Mangku Subrata, Jro Mangku Wayan Darma, Jro Mangku Pasek Ketut Tika, Jro Mangku Wayan Subrata, I Ketut Purnawan dan Ida Bawati Tangkas Arimbawa.
Matatah dipuput tiga sulinggih, Ida Mahaguru Sri Begawan Nehwa Jagat Karana dari Griya Anyar Tapak Karang, Desa Apuan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Ida Pandita Mpu Nabe Meitria Para Darma dari Griya Metro, Bangli dan Ida Pandita Mpu Siwa Agni Daksa Natha dari Griya Agung, Desa Mas, Ubud, Gianyar.
Saat Matatah, banyak nenek-kakek matatah sambil mengajak anak dan cucunya. Di antara sederatan nenek yang ikut potong gigi, Ni Nengah Resi,65, dari Banjar Batang, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Ni Nengah Drani, 52, dari Banjar Sanggem, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, Ni Made Sudani,70, dari Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Ni Wayan Drani,72, dari Banjar Sanggem, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, dan yang lainnya. Nenek Ni Nengah Resi misalnya, potong gigi bersama 7 anak dan 5 cucu. "Saya tidak lagi punya gigi bawah, gigi atas tinggal dua. Ini gigi palsu," ucap Ni Nengah Resi Sembari menunjukkan dua gigi atasnya yang palsu.
Nenek Ni Made Sudani juga mengaku potong gigi bersama, tiga anak dan 4 cucunya. "Selama ini belum pernah mengenal Matatah, kali ini baru dapat kesempatan dan gratis," jelas nenek Ni Made Sudani,
Ketua Panitia Jro Mangku Sudarma mengatakan, sejak awal berkomitmen memberikan kesempatan krama ikut potong gigi gratis. Biayanya berasal dari para donatur, terutama dari tiga yayasan yakni Sri Jagat Mukthi Banjar Belatung, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Sri Jagat Amertham Gianyar dan Sri Mahuna Dantha Tabanan.
Mangku Sudarma mengatakan, Matatah bermakna simbolis melenyapkan enam musuh dalam diri, yang disebut Sad Ripu yakni kama (nafsu, keinginan), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk), dan matsarya (dengki, iri hati). "Bagi nenek-nenek yang giginya tidak utuh lagi, kami memaklumi. Kami bersyukur, semangat para nenek tetap antusias ambil bagian potong gigi," jelasnya.
Hadir pada acara itu, Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, anggota DPD RI I Gede Pasek Suardika, Anggota DPRD Bali Ni Putu Yuli Artini, anggota DPRD Karangasem I Nyoman Rena, Ketua DPD II Partai Golkar I Made Sukerana, Camat Rendang I Wayan Mastra dan undangan lainnya. *k16
Upacara itu ketiga kali digelar di Pasraman Sri Jagat Mukthi, setelah tahun 2011 dan 2015. Matatah ini dirangkai juga dengan upacara Pawintenan 13 krama jadi pamangku, dan pawintenan Sraswati 37 krama.
Selama upacara potong gigi berlangsung, diguyur hujan lebat. Matatah melibatkan delapan sangging (tukang potong gigi), yakni Jro Mangku Pasek Made Budiana, Jro Mangku Pasek Giri Naya, Jro Mangku Subrata, Jro Mangku Wayan Darma, Jro Mangku Pasek Ketut Tika, Jro Mangku Wayan Subrata, I Ketut Purnawan dan Ida Bawati Tangkas Arimbawa.
Matatah dipuput tiga sulinggih, Ida Mahaguru Sri Begawan Nehwa Jagat Karana dari Griya Anyar Tapak Karang, Desa Apuan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Ida Pandita Mpu Nabe Meitria Para Darma dari Griya Metro, Bangli dan Ida Pandita Mpu Siwa Agni Daksa Natha dari Griya Agung, Desa Mas, Ubud, Gianyar.
Saat Matatah, banyak nenek-kakek matatah sambil mengajak anak dan cucunya. Di antara sederatan nenek yang ikut potong gigi, Ni Nengah Resi,65, dari Banjar Batang, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Ni Nengah Drani, 52, dari Banjar Sanggem, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, Ni Made Sudani,70, dari Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Ni Wayan Drani,72, dari Banjar Sanggem, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, dan yang lainnya. Nenek Ni Nengah Resi misalnya, potong gigi bersama 7 anak dan 5 cucu. "Saya tidak lagi punya gigi bawah, gigi atas tinggal dua. Ini gigi palsu," ucap Ni Nengah Resi Sembari menunjukkan dua gigi atasnya yang palsu.
Nenek Ni Made Sudani juga mengaku potong gigi bersama, tiga anak dan 4 cucunya. "Selama ini belum pernah mengenal Matatah, kali ini baru dapat kesempatan dan gratis," jelas nenek Ni Made Sudani,
Ketua Panitia Jro Mangku Sudarma mengatakan, sejak awal berkomitmen memberikan kesempatan krama ikut potong gigi gratis. Biayanya berasal dari para donatur, terutama dari tiga yayasan yakni Sri Jagat Mukthi Banjar Belatung, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Sri Jagat Amertham Gianyar dan Sri Mahuna Dantha Tabanan.
Mangku Sudarma mengatakan, Matatah bermakna simbolis melenyapkan enam musuh dalam diri, yang disebut Sad Ripu yakni kama (nafsu, keinginan), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk), dan matsarya (dengki, iri hati). "Bagi nenek-nenek yang giginya tidak utuh lagi, kami memaklumi. Kami bersyukur, semangat para nenek tetap antusias ambil bagian potong gigi," jelasnya.
Hadir pada acara itu, Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, anggota DPD RI I Gede Pasek Suardika, Anggota DPRD Bali Ni Putu Yuli Artini, anggota DPRD Karangasem I Nyoman Rena, Ketua DPD II Partai Golkar I Made Sukerana, Camat Rendang I Wayan Mastra dan undangan lainnya. *k16
1
Komentar