Antusias Anak-Anak Ngelawang Barong, Sehari Bisa Raup Rp 1,5 Juta
SEMARAPURA, NusaBali.com – Puluhan kelompok anak-anak di Klungkung masih melestarikan tradisi ngelawang Barong. Selain bisa berkumpul dan bermain bersama , kelompok yang didominasi bocah lelaki ini bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Pengurus Sekaa Barong Bawi Sakti, Komang Candra Adi Winata mengungkapkan sekaa yang diberi nama Sekaa Barong Bawi Sakti ini tercetus sejak pertengahan tahun 2022.
Pembentukan kelompok itu, atas inisiatif dari rekan-rekannya yang ingin mengisi hari libur di Hari Raya Galungan dan Kuningan.
"Kami buat sekaa ini karena kesukaan sendiri serta sembari bisa menambah uang bekal dan juga agar hari liburnya tidak terbuang sia-sia. Semangat teman-teman juga tinggi untuk ngelawang,” ujar Adi Winata saat ditemui di sela-sela Ngelawang di Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan Alun-Alun Ida Dewa Agung Jambe, Rabu (2/8/2023) malam.
Lebih lanjut dijelaskan, Adi Winata dan seluruh rekannya akan berangkat ngelawang pada pukul 16.00 Wita dengan rute yang tidak menentu.
Kata dia, rute yang biasa diambil yakni berjalan ke Desa Besang, kemudian ke Desa Dawan, dan ditutup di Perempatan Catus Pata atau Monumen Ida Dewa Agung Jambe sekitar pukul 21.00 Wita atau 21.30 Wita.
Dari kelompok tersebut, pembagian tugas pun dilakukan. Sebanyak dua orang bertugas sebagai penari yang memakai seperangkat pakaian barong bangkal perwujudan babi, 10 orang sebagai penabuh gamelan untuk mengiring sang barong menari, dua orang memegang sok kasi yakni tempat untuk menaruh uang, dan yang lainnya akan bertugas sebagai pengatur jalan.
Walaupun Ngelawang menjadi sebuah tradisi, mereka menggunakan kesempatan ini untuk mendapat pundi-pundi rupiah.
Apalagi saat mereka melakukan atraksi di tempat umum membuat para anak-anak hingga orang tua pun tertarik untuk menontonnya.
Dilihat dari pantauan NusaBali.com di lapangan, meski sudah memasuki pukul 19.30 Wita, mereka masih sangat antusias ngelawang barong di Monumen Ida Dewa Agung Jambe dan Alun-Alun Ida Dewa Agung Jambe. Masyarakat pun masih berbondong-bondong menyaksikan tradisi ngelawang ini.
Suasana pun tampak lebih seru ketika gamelan dimainkan lebih keras dan barong bangkal mengejar anak-anak yang memanggilnya. Bukannya malah membuat anak-anak menjadi ketakutan, anak-anak pun tampak gembira saat barong bangkal mendekati mereka dan tak jarang memasukkan uang ke dalam mulut barong bangkal tersebut.
“Upahnya tidak menentu ada yang ngasih Rp 10 ribu, ada yang ngasih Rp 100 ribu dengan durasinya 5 sampai 10 menit. Paling ramai kira-kira dapat Rp 1,5 juta lebih dalam sehari. Paling sedikit dapat Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu.
Uang ini pun nantinya akan kita langsung bagi pukul rata. Kalau ada sisa sedikit kita masukkan ke kas,” jelas Adi Winata.
Ditemui secara terpisah, Ketua Sekaa Semeton Besang Kangin (Sebengin), I Gede Agung Ari Putra mengatakan rute Ngelawang yang mereka gunakan pun berbeda setiap harinya sesuai kesepakatan.
Beranggotakan 17 orang, kata Agung Ari pihaknya terlebih akan berkumpul pada pukul 14.00 Wita untuk mengecek segala perlengkapannya. Ketika pukul 15.00 Wita mereka akan siap Ngelawang sampai pukul 21.00 Wita atau 22.00 Wita.
“Di dalam 17 orang itu kita membagi perannya agar semuanya mendapatkan porsi yang sama. Ada yang sebagai penari 2 orang ataupun 4 orang, kalau misal penarinya sudah capek untuk menarikan barong nanti akan digantikan begitu pula sebaliknya untuk gamelan,” ujar Agung Ari.
Memang, saat ini tujuan ngelawang dari masing-masing Sekaa tidak sama. Ada yang murni ingin melampiaskan hobi berkeseniannya, ada yang hanya ingin mendapatkan keuntungan atau memanfaatkan sebagai ajang untuk penggalian dana. Ada pula yang sengaja ngelawang untuk ekonomis, sehingga sehabis ngelawang hasilnya dibagikan.
“Rata-rata penghasilannya bisa dapat Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta per hari. Untuk pendapatan dari hasil yang kami dapat, tentunya ada tiga pembagian. Pertama kami masukkan ke kas sebesar 30 persen, lalu 20 persen untuk kami dana punia di desa dan 50 persen kami bagikan pada personil secara rata,” ujarnya.
“Di dalam 17 orang itu kita membagi perannya agar semuanya mendapatkan porsi yang sama. Ada yang sebagai penari 2 orang ataupun 4 orang, kalau misal penarinya sudah capek untuk menarikan barong nanti akan digantikan begitu pula sebaliknya untuk gamelan,” ujar Agung Ari.
Memang, saat ini tujuan ngelawang dari masing-masing Sekaa tidak sama. Ada yang murni ingin melampiaskan hobi berkeseniannya, ada yang hanya ingin mendapatkan keuntungan atau memanfaatkan sebagai ajang untuk penggalian dana. Ada pula yang sengaja ngelawang untuk ekonomis, sehingga sehabis ngelawang hasilnya dibagikan.
“Rata-rata penghasilannya bisa dapat Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta per hari. Untuk pendapatan dari hasil yang kami dapat, tentunya ada tiga pembagian. Pertama kami masukkan ke kas sebesar 30 persen, lalu 20 persen untuk kami dana punia di desa dan 50 persen kami bagikan pada personil secara rata,” ujarnya.
Sebagai seorang ketua, Agung Ari mengungkapkan semangat dari rekan-rekannya sangat lah tinggi.
Sekaa barong yang mulainya hanya wacana belaka, kemudian bisa terealisasi pada tahun 2021 karena mereka memiliki semangat yang tinggi.
“Harapan saya sebagai pemuda yang tetap melestarikan tradisi ngelawang ini, tetap lah mempunyai semangat yang tinggi dan ingat konsisten juga. Apapun hasil yang kami dapatkan pada saat ngelawang itu dijadikan pertimbangan untuk ke depan. Intinya fokus sama tujuan kami untuk tetap melestarikan tradisi ini,” harapnya. *ris
1
Komentar