Galungan, Pura Kereban Langit Jadi Tujuan Tirtayatra Keluarga
Panglukatan
Pura Kereban Langit
Pura Taman Beji
Taman Beji
Campuhan
Niskala
Magis
Hari Raya Galungan
Galungan dan Kuningan
MANGUPURA, NusaBali.com - Pura Kereban Langit di Desa Adat Sading, Kelurahan Sading, Kecamatan Mengwi Badung ramai dikunjungi keluarga yang malukat dan matirtayatra pada Umanis Galungan, Kamis (3/8/2023).
Pura yang dikenal unik berada di dalam gua berlubang memperlihatkan langit ini sangat mudah diakses. Hanya sekitar 450 meter dari jalan utama, Jalan Raya Sading, dengan akses gang yang sudah mulus diaspal.
Kemudahan akses ini menjadi salah satu faktor Pura Kereban Langit dituju keluarga untuk 'membersihkan' diri. Di samping itu, juga untuk memohon berbagai petunjuk mulai dari kesehatan, bisnis, keturunan, dan taksu.
Seperti rombongan Koming Ariata, 44, yang mengajak dua keluarga lainnya untuk mengisi momen Umanis Galungan. Seniman asal Blahbatuh, Gianyar ini mengaku datang untuk memohon kesehatan.
"Kami tangkil (datang) untuk berekreasi sambil maaturan (memberikan persembahan)," kata Koming ketika dijumpai di Pura Kereban Langit pada Kamis siang bersama 17 orang rombongannya.
Ia mengaku tangkil tanpa keinginan yang neko-neko. Baginya memohon keselamatan dan kesehatan adalah yang terpenting. Sebagai seniman, taksu akan datang sendiri ketika kondisi sehat dan selamat, kata Koming.
Sementara itu, Jero Mangku Pura Kereban Langit I Ketut Witera, 68, menjelaskan bahwa ia menerima siapa saja untuk tangkil. Sebagai pamangku, ia hanya sebagai perantara saja, sisanya berserah pada Ida Bhatara-Bhatari yang berstana.
"Paling ramai itu justru pada saat Purnama dan Tilem," jelas Jero Mangku Witera ketika dijumpai pada Kamis siang.
Untuk memulai perjalanan spiritual di pura yang memiliki taman beji dan campuhan ini, pamedek (umat) diharapkan meminta petunjuk lebih dulu ke pamangku. Biasanya yang ingin malukat, diharapkan membawa kelungah nyuh gading selain banten pejati yang dibawa.
Langkah pertama, membersihkan diri di taman beji yang memiliki Pancakatirta atau lima mata air. Lima mata air itu adalah pangleburan, panglukatan, prascita, pawintenan, dan kemakmuran.
Setelah bersih, dilanjutkan dengan malukat di madya mandala dengan kelapa gading. Pasca dua langkah panglukatan ini, pamedek sudah dalam kondisi bersih dan siap atau boleh memasuki uttama mandala yang ada di dalam gua.
Di uttama mandala inilah berstana manifestasi Tuhan dengan berbagai fungsinya: Ratu Gede Nyeneng, Ratu Niang, Ratu Made, Ratu Ayu, dan Kanjeng Ratu Segara Batubolong. Pamedek diperkenankan bersembahyang sembari memberitahukan maksud dan tujuan untuk tangkil.
"Tujuannya bermacam-macam, mulai dari urusan tamba (obat), bisnis, masalah keluarga, taksu, bahkan terkait jabatan," tutur Jero Mangku Witera.
Apabila ingin memohon tamba, diharapkan membawa kelungah nyuh gadang. Dalam beberapa kasus, proses memohon tamba di Pura Kereban Langit bahkan membocorkan pihak yang menyakiti melalui pemohon tamba yang kerauhan.
Akan tetapi, Jero Mangku Witera berharap pihak yang memohon tamba tidak berfokus kepada pihak yang menyakiti itu. Sebab, tidak akan ada nilai baiknya selain menambah luka. Jauh lebih baik fokus pada sanak keluarga yang sedang memerlukan kesembuhan.
Selain pamedek dari kalangan keluarga dari krama Bali. Ada pula sepasang suami-istri dari Kroasia yang tampak tangkil ke Pura Kereban Langit dengan bawaan sarana yang lengkap. *rat
Kemudahan akses ini menjadi salah satu faktor Pura Kereban Langit dituju keluarga untuk 'membersihkan' diri. Di samping itu, juga untuk memohon berbagai petunjuk mulai dari kesehatan, bisnis, keturunan, dan taksu.
Seperti rombongan Koming Ariata, 44, yang mengajak dua keluarga lainnya untuk mengisi momen Umanis Galungan. Seniman asal Blahbatuh, Gianyar ini mengaku datang untuk memohon kesehatan.
"Kami tangkil (datang) untuk berekreasi sambil maaturan (memberikan persembahan)," kata Koming ketika dijumpai di Pura Kereban Langit pada Kamis siang bersama 17 orang rombongannya.
Ia mengaku tangkil tanpa keinginan yang neko-neko. Baginya memohon keselamatan dan kesehatan adalah yang terpenting. Sebagai seniman, taksu akan datang sendiri ketika kondisi sehat dan selamat, kata Koming.
Sementara itu, Jero Mangku Pura Kereban Langit I Ketut Witera, 68, menjelaskan bahwa ia menerima siapa saja untuk tangkil. Sebagai pamangku, ia hanya sebagai perantara saja, sisanya berserah pada Ida Bhatara-Bhatari yang berstana.
"Paling ramai itu justru pada saat Purnama dan Tilem," jelas Jero Mangku Witera ketika dijumpai pada Kamis siang.
Untuk memulai perjalanan spiritual di pura yang memiliki taman beji dan campuhan ini, pamedek (umat) diharapkan meminta petunjuk lebih dulu ke pamangku. Biasanya yang ingin malukat, diharapkan membawa kelungah nyuh gading selain banten pejati yang dibawa.
Langkah pertama, membersihkan diri di taman beji yang memiliki Pancakatirta atau lima mata air. Lima mata air itu adalah pangleburan, panglukatan, prascita, pawintenan, dan kemakmuran.
Setelah bersih, dilanjutkan dengan malukat di madya mandala dengan kelapa gading. Pasca dua langkah panglukatan ini, pamedek sudah dalam kondisi bersih dan siap atau boleh memasuki uttama mandala yang ada di dalam gua.
Di uttama mandala inilah berstana manifestasi Tuhan dengan berbagai fungsinya: Ratu Gede Nyeneng, Ratu Niang, Ratu Made, Ratu Ayu, dan Kanjeng Ratu Segara Batubolong. Pamedek diperkenankan bersembahyang sembari memberitahukan maksud dan tujuan untuk tangkil.
"Tujuannya bermacam-macam, mulai dari urusan tamba (obat), bisnis, masalah keluarga, taksu, bahkan terkait jabatan," tutur Jero Mangku Witera.
Apabila ingin memohon tamba, diharapkan membawa kelungah nyuh gadang. Dalam beberapa kasus, proses memohon tamba di Pura Kereban Langit bahkan membocorkan pihak yang menyakiti melalui pemohon tamba yang kerauhan.
Akan tetapi, Jero Mangku Witera berharap pihak yang memohon tamba tidak berfokus kepada pihak yang menyakiti itu. Sebab, tidak akan ada nilai baiknya selain menambah luka. Jauh lebih baik fokus pada sanak keluarga yang sedang memerlukan kesembuhan.
Selain pamedek dari kalangan keluarga dari krama Bali. Ada pula sepasang suami-istri dari Kroasia yang tampak tangkil ke Pura Kereban Langit dengan bawaan sarana yang lengkap. *rat
Komentar