DPP Demokrat Sebut AHY Siap 2019
Demokrat tak hanya melihat 2019 saja, secara konsep dan strategi AHY baru diprediksi matang dan siap menjadi capres pada tahun 2024.
Jika Dukungan Rakyat Kuat, Tepis Kesan AHY Dipaksakan
DENPASAR, NusaBali
DPP Demokrat gerah dengan pernyataan Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti yang menyarankan Demokrat tak memaksakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Capres 2019. Wasekjen DPP Demokrat, Putu Supadma Rudana, Rabu (28/6) mengatakan kemunculan AHY yang digadang-gadang sebagai capres bukan dari elite Demokrat sendiri. Tetapi kemunculannya di akar rumput (rakyat) yang tidak bisa diprediksi dan mengalir begitu saja.
Kata Supadma Rudana, Demokrat sendiri tak hanya melihat pada 2019 saja. Secara konsep dan strategi AHY baru diprediksi matang dan siap menjadi capres pada tahun 2024.
"Tetapi kalau hanya melihat 2019 itu terlalu sempit berpikirnya. AHY secara konsep dan prediksi baru berpeluang dicalonkan pada tahun 2024 sebagai capres. Namun kalau masyarakat menginginkan dan aspirasi bawah itu terus menguat ya nggak perlu menunggu waktu 2024. Tahun 2019 langsung tampil bukanlah persoalan. Tergantung sokongan masyarakat. Kami di Demokrat sudah menghitung itu," ujar Supadma Rudana. Dia mengatakan AHY muncul di Pilkada DKI Jakarta 2017 memang memberikan warna tersendiri.
Dia mewakili anak muda, figur muda yang relatif masih bersih. Kalau soal kepemimpinan, AHY sudah 16 tahun pengalaman ditempa menjadi pemimpin."AHY ini mewakili sosok muda calon pemimpin yang berpeluang tampil di negeri ini. Bukan hanya AHY saja. AHY mewakili tokoh muda. Rakyat ada pilihan bahkan tak menutup kemungkinan berharap banyak kepada tokoh muda untuk tampil memimpin negeri ini. Di negara luar tokoh muda justru muncul sukses. Rakyat inginkan mereka,” tegas politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini.
Pernyataan Ray Rangkuti menurut Supadma sah-sah saja yang menyarankan AHY tidak dipaksakan tampil pada 2019. "Tetapi itulah politik. Saya lihat ada pesan yang bisa ditangkap dari saran dan pernyataan. Kenapa tidak boleh 2019? Apakah karena incumbent maju lagi atau ada pesan lain. Itu internal kami di Demokrat akan melakukan kajian,” kata pria yang juga Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini.
Supadma Rudana mengatakan Demokrat dengan AHY mengedepankan berpolitik secara santun dan dewasa. Yang jelas kedewasaan berpolitik itu anak-anak muda harus terdepan. Misi AHY salah satunya mengajak pada kedewasaan berpolitik. Tidak perlu ada kekhawatiran ketika muncul pesaing yang kuat.
"Apakah itu lebih awal atau tidak. Moment berkompetisi dengan sehat dan fair itulah yang akan menunjukkan kita dewasa berdemokrasi," ujar putra senator Nyoman Rudana periode 2004-2009.
Ketika ditanya AHY silaturahmi ke Presiden Jokowi, menurut Supadma Rudana mengatakan adalah agenda biasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. "Ketika era Presiden SBY juga sama. Tokoh bangsa baik mereka yang berbeda bendera partai juga bergabung dalam silaturahmi di moment Lebaran. Kedatangan AHY ke Jokowi adalah kedewasaan dan hal mulia untuk membangun bangsa dan negara ini," ungkap Supadma Rudana.
Menurutnya, semua pemimpin itu punya kelebihan dan kekurangan. Dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi punya kelebihan dan kekurangan. "Tugas masyarakat untuk turut berkontribusi mengisi kekurangan itu ke arah lebih baik. Itu ada tatanan dan mekanismenya dalam ketatanegaraan kita. AHY datang walaupun berbeda napas dan garis politiknya tetap datang ke Presiden Jolowi. Itu sikap negarawan," pungkas alumni Universitas Webster Amerika Serikat ini.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menyarankan agar Partai Demokrat tak memaksakan mengusung calon presiden (Capres) yang belum memenuhi sejumlah kriteria penilaian. "Sebaiknya dipikirkan dengan matang, penuh perhitungan dan dengan target yang dapat dijelaskan. Sebab, dari aspek popularitas dan elektabilitas (AHY) masih jauh dari yang diharapkan," kata Ray, Selasa (27/6). *nat
Komentar