Sampah dan Kemacetan Jadi Momok Pariwisata
Forkom Dewi Waswas
DENPASAR, NusaBali - Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali mengaku waswas dan khawatir dengan dampak tak menguntungkan dari dua persoalan yang kerap jadi sorotan dalam dunia pariwisata Bali yakni masalah sampah dan kemacetan.
Dikhawatirkan sampah dan kemacetan, bisa mengurangi antusias kedatangan wisatawan ke Bali. Jika itu terjadi, desa wisata sebagai bagian dari komunitas pariwisata Bali, akan terimbas juga.
“Kalau wisatawan ke Bali berkurang, tentunya kunjungan ke desa wisata juga terancam berkurang,” kata Ketua Forkom Dewi Bali, I Made Mendra Astawa, Minggu(6/8).
Padahal desa wisata merupakan salah satu destinasi yang rencananya akan terus dikembangkan seiring tren wisata yang mengarah ke wisata ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Wisatawan dan kita secara umum, tentu suka dengan lingkungan tercemar dan yang membuat tidak nyaman,” lanjut Mendra Astawa.
Sederhananya, lanjut Mendra Astawa, berkurangnya antusias wisatawan ke Bali, sudah pasti berdampak pada geliat perekonomian masyarakat Bali. Secara khusus lagi di sektor pariwisata, termasuk di dalamnya ekonomi masyarakat di desa wisata.
“Logikanya, apabila jumlah wisatawan berkurang, pendapatan dari pariwisata tentu menurun pula,” terangnya.
Sebagai bagian dari industri pariwisata Bali, desa wisata jelas tak bisa menghindar dari dampak berkurangnya kunjungan wisatawan. Padahal, desa wisata diharapkan bisa berkontribusi ikut meningkatkan pendapatan masyarakat. Walau tidak spontan, tetapi secara bertahap semakin besar.
Dia mengaku, wisatawan juga sudah sering mengeluhkan soal sampah maupun kemacetan.
“Di kalangan teman-teman pelaku pariwisata sudah sering masalah itu jadi pembicaraan, baik langsung maupun komunikasi via medsos,” ungkapnya.
Karena itulah Mendra Astawa, semua pihak berharap benar-benar serius menangani sampah dan kemacetan yang semakin menyeruak belakangan.
“Kalau di desa wisata, masalah kebersihan (sampah) yang urgen, karena salah satu dari sapta pesona,” ucapnya. K17.
“Kalau wisatawan ke Bali berkurang, tentunya kunjungan ke desa wisata juga terancam berkurang,” kata Ketua Forkom Dewi Bali, I Made Mendra Astawa, Minggu(6/8).
Padahal desa wisata merupakan salah satu destinasi yang rencananya akan terus dikembangkan seiring tren wisata yang mengarah ke wisata ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Wisatawan dan kita secara umum, tentu suka dengan lingkungan tercemar dan yang membuat tidak nyaman,” lanjut Mendra Astawa.
Sederhananya, lanjut Mendra Astawa, berkurangnya antusias wisatawan ke Bali, sudah pasti berdampak pada geliat perekonomian masyarakat Bali. Secara khusus lagi di sektor pariwisata, termasuk di dalamnya ekonomi masyarakat di desa wisata.
“Logikanya, apabila jumlah wisatawan berkurang, pendapatan dari pariwisata tentu menurun pula,” terangnya.
Sebagai bagian dari industri pariwisata Bali, desa wisata jelas tak bisa menghindar dari dampak berkurangnya kunjungan wisatawan. Padahal, desa wisata diharapkan bisa berkontribusi ikut meningkatkan pendapatan masyarakat. Walau tidak spontan, tetapi secara bertahap semakin besar.
Dia mengaku, wisatawan juga sudah sering mengeluhkan soal sampah maupun kemacetan.
“Di kalangan teman-teman pelaku pariwisata sudah sering masalah itu jadi pembicaraan, baik langsung maupun komunikasi via medsos,” ungkapnya.
Karena itulah Mendra Astawa, semua pihak berharap benar-benar serius menangani sampah dan kemacetan yang semakin menyeruak belakangan.
“Kalau di desa wisata, masalah kebersihan (sampah) yang urgen, karena salah satu dari sapta pesona,” ucapnya. K17.
Komentar