Rektor IPB: Berikan Harapan Baru Dunia Pertanian
Terobosan Gubernur Koster Hasilkan Bunga Gemitir Bali Sudamala
TABANAN, NusaBali - Revolusi pertanian baru yang dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster dengan mengembangkan Sistem Pertanian Organik membuat Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Arif Satria terkagum-kagum.
Bagi Prof Arif Satria capaian Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini sekaligus memberikan harapan baru terhadap dunia pertanian di Indonesia yang lahir dari Bali.
Rektor IPB yang ikut me-launching varietas Gemitir Bali Sudamala bersama Gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya di Kebun Percobaan Bali Gemitir, Desa Antapan, Baturiti Tabanan pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (8/8) menilai Wayan Koster adalah sosok Gubernur Bali yang memiliki visi begitu dashyat dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, dan visinya yang diwujudkan dengan mendorong Sistem Pertanian Organik di Bali. Menurutnya hal ini tidak dimiliki oleh Gubernur lain di Indonesia.
Sistem Pertanian Organik melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 adalah upaya nyata Gubernur Koster untuk mengembalikan ekosistem alam dan langkah yang luar biasa ini merupakan sebuah komitmen yang sangat penting untuk di dukung. “Karena perjuangan yang dilakukan Bapak Wayan Koster membuat saya teringat oleh sebuah novel berjudul ‘The Silent Spring’ yang menceritakan tentang bagaimana di Amerika ada musim semi yang semu akibat masuknya pestisida dan bahan-bahan kimia hingga membuat serangga-serangga sudah tidak ada lagi, hingga menyebabkan daerah dataran sawah yang dulunya riuh dengan suara serangga, burung, dan binatang alam lainnya yang sangat indah, tiba-tiba sepi atau tidak ada. Karena semua ekosistem alam itu dirusak oleh pestisida dan bahan kimia tersebut,” ujar Prof Arif Satria.
Oleh sebab itu, pelaksanaan Sistem Pertanian Organik melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2019 menjadikan Gubernur Koster adalah pemimpin yang telah melakukan revolusi pertanian baru di Indonesia yang berangkat dari Bali. “Jadi, apa yang dilakukan Bapak Gubernur Bali, membuat Kita memang harus belajar dari alam, sebelum alam memberi pelajaran (marah) kepada kita. Walaupun sejatinya, alam itu sudah mengajarkan kepada kita tentang kehidupan,” ungkap Prof Arif Satria.
Karena itulah, Prof Arif Satria mengapresiasi terobosan Gubernur Koster yang telah menciptakan benih bunga Gemitir Bali Sudamala terdiri dari 5 warna, yaitu warna merah, putih, kuning, emas, dan oranye sebagai varietas lokal untuk dijadikan sebagai kemandirian produk-produk hortikultura yang telah dimanfaatkan untuk upacara keagamaan dan hiasan dekorasi. Selain itu Gemitir Bali Sudamala mampu diversifikasi menjadi produk teh, kue, skin care untuk merawat kulit wajah, hingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan. “Inilah harapan baru pertanian di Indonesia yang lahir dari Bali,” imbuh Prof Arif Satria.
Rektor IPB yang ikut me-launching varietas Gemitir Bali Sudamala bersama Gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya di Kebun Percobaan Bali Gemitir, Desa Antapan, Baturiti Tabanan pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (8/8) menilai Wayan Koster adalah sosok Gubernur Bali yang memiliki visi begitu dashyat dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, dan visinya yang diwujudkan dengan mendorong Sistem Pertanian Organik di Bali. Menurutnya hal ini tidak dimiliki oleh Gubernur lain di Indonesia.
Sistem Pertanian Organik melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 adalah upaya nyata Gubernur Koster untuk mengembalikan ekosistem alam dan langkah yang luar biasa ini merupakan sebuah komitmen yang sangat penting untuk di dukung. “Karena perjuangan yang dilakukan Bapak Wayan Koster membuat saya teringat oleh sebuah novel berjudul ‘The Silent Spring’ yang menceritakan tentang bagaimana di Amerika ada musim semi yang semu akibat masuknya pestisida dan bahan-bahan kimia hingga membuat serangga-serangga sudah tidak ada lagi, hingga menyebabkan daerah dataran sawah yang dulunya riuh dengan suara serangga, burung, dan binatang alam lainnya yang sangat indah, tiba-tiba sepi atau tidak ada. Karena semua ekosistem alam itu dirusak oleh pestisida dan bahan kimia tersebut,” ujar Prof Arif Satria.
Oleh sebab itu, pelaksanaan Sistem Pertanian Organik melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2019 menjadikan Gubernur Koster adalah pemimpin yang telah melakukan revolusi pertanian baru di Indonesia yang berangkat dari Bali. “Jadi, apa yang dilakukan Bapak Gubernur Bali, membuat Kita memang harus belajar dari alam, sebelum alam memberi pelajaran (marah) kepada kita. Walaupun sejatinya, alam itu sudah mengajarkan kepada kita tentang kehidupan,” ungkap Prof Arif Satria.
Karena itulah, Prof Arif Satria mengapresiasi terobosan Gubernur Koster yang telah menciptakan benih bunga Gemitir Bali Sudamala terdiri dari 5 warna, yaitu warna merah, putih, kuning, emas, dan oranye sebagai varietas lokal untuk dijadikan sebagai kemandirian produk-produk hortikultura yang telah dimanfaatkan untuk upacara keagamaan dan hiasan dekorasi. Selain itu Gemitir Bali Sudamala mampu diversifikasi menjadi produk teh, kue, skin care untuk merawat kulit wajah, hingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan. “Inilah harapan baru pertanian di Indonesia yang lahir dari Bali,” imbuh Prof Arif Satria.
Foto: (Dari kanan) Rektor IPB Prof Dr Arif Satria, Gubernur Koster dan Bupati Sanjaya cek Bunga Gemitir Bali Sudamala di Kebun Percobaan Bali Gemitir, Desa Antapan, Baturiti, Tabanan, Selasa (8/8). -DESAK SUMBERWATI
Sementara Gubernur Bali Wayan Koster menjelaskan pengembangan benih bunga Gemitir Bali Sudamala dilakukannya diawali pada 2 Agustus 2019 dengan menugaskan Tim Peneliti, yaitu bernama Prof Dr M Syukur (IPB), Dr Syarifah Iis Aisyah (IPB), Prof Dr Dewi Sukma (IPB), dan Prof Dr Dewa Suprapta (Unud). Penelitian dilaksanakan mulai tahun 2020, dan pada akhir tahun 2022 sudah mampu menghasilkan benih yang bisa ditanam.
Benih bunga Gemitir Bali Sudamala yang dihasilkan mulai ditanam oleh Gubernur Koster pada Buda Paing Landep, Rabu 31 Mei 2023 lalu, dan secara perdana berhasil dipanen pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu 19 Juli 2023 dengan menghasilkan 5 warna, yaitu warna merah, putih, kuning, emas, serta oranye. Pengembangan benih bunga Gemitir Bali Sudamala yang dilakukan Murdaning Jagat Bali asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini sebagai langkah nyata untuk memberikan kesejahteraan kepada para petani di Bali sesuai prinsip Trisakti Bung Karno yang salah satunya mewujudkan Berdikari secara Ekonomi, sekaligus menghentikan laju impor benih bunga gemitir melalui Transformasi Perekonomian Bali dengan Ekonomi Kerthi Bali.
Penghentian laju impor benih bunga gemitir yang dilakukan Gubernur Koster dengan mengajak peneliti di Perguruan Tinggi mengembangkan benih bunga Gemitir Bali Sudamala juga sebagai penegas bahwa Indonesia sebagai negara agraris, bisa berdaulat di bidang pangan. Perlu diketahui, selama ini petani menanam benih bunga gemitir impor senilai Rp 30 miliar per tahun. Kebutuhan Bali terhadap bunga gemitir sangatlah tinggi dengan jumlah yang besar untuk upacara adat dan keagamaan hingga dekorasi. Sehingga perdagangan bunga gemitir di pasar-pasar setidaknya mencapai diangka Rp 200 miliar per tahun. Dalam 2-3 tahun ke depan, Petani Bali sudah menanam benih bunga Gemitir Bali Sudamala yang dikembangkan sendiri di Bali, sekaligus tidak ada lagi yang namanya impor.
Dalam kegiatan launching varietas Gemitir Bali Sudamala kemarin, Gubernur Koster yang didampingi Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada secara langsung membagikan benih bunga Gemitir Bali Sudamala kepada Kelompok Petani di Kabupaten/Kota se-Bali, dan Di akhir acara Gubernur Bali melakukan penandatanganan kesepakatan bersama pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Provinsi Bali dengan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB).
Sementara itu Prof Dr Ir Muhammad Syukur, peneliti dari IPB mengatakan pengembangan benih Gemitir untuk warna baru dilaksanakan selama tiga tahun dan menghasilkan varietas warna merah hingga putih. Saat ini dia masih memiliki pekerjaan rumah untuk membuat varietas gemitir Sudamala berwarna hitam. "Varietas berwarna merah masih belum stabil perlu dimatangkan lagi dan penyempurnaan genetik. Dan ini varietas pertama di Indonesia yang dihasilkan dan dirakit di dalam negeri. Karena selama ini 9 varietas semuanya impor," terangnya.
Dia menambahkan selama melakukan penelitian memang ada kendala terutama dalam sistem pengawinan. Proses ini dirasa tidak mudah dan harus dipelajari secara matang sehingga menghasilkan bibit gemitir berwarna merah, putih, kuning dan oranye.
"Nantinya dengan bibit ini petani juga bisa mengembangkan dengan sistem stek. Dalam proses stek ini petani akan kita bina sehingga petani tidak harus tergantung dengan bibit," tandasnya. Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya menyampaikan rasa syukur dan bangganya karena Tabanan dijadikan sebagai pusat pengembangan Gemitir Bali Sudamala. Hal ini diyakini Bupati Sanjaya akan mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat dengan adanya lapangan kerja baru serta mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. @ des
1
Komentar