Anggaran Program Pengelolaan Permuseuman Jadi Sorotan
MANGUPURA, NusaBali - Beberapa program disorot oleh kalangan dewan saat Rapat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Badung bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kabupaten Badung terhadap Rancangan Perubahan KUA-PPAS APBD tahun anggaran 2023, Rabu (9/8).
Salah satunya terkait kenaikan anggaran Program Pengelolaan Permuseuman yang sebelumnya Rp 1,4 miliar menjadi Rp 84,5 miliar.
“Apakah ini salah ketik atau bagaimana? Ada kenaikan mencapai Rp 83,1 miliar. Museum apa dibuat? Mohon ini diluruskan,” ujar Wakil Ketua DPRD Badung I Wayan Suyasa.
Politisi Golkar asal Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi ini dalam rapat tersebut membeberkan dalam program bidang adat, agama, tradisi, seni, dan budaya, anggarannya mencapai Rp 172 miliar. Salah satu yang menonjol dan dinilai peningkatan anggarannya fantastis adalah Program Pengelolaan Permuseuman dengan alokasi anggaran mencapai Rp 84,5 miliar. Padahal sebelumnya hanya Rp 1,4 miliar.
Begitu pula, Ketua DPRD Badung Putu Parwata, menegaskan soal Program Pengelolaan Permuseuman itu mesti dievaluasi terlebih dahulu. “Kalau memang belum saatnya, ya dievaluasi untuk kepentingan masyarakat. Diskusi kami pimpinan dan anggota, masih ada barangkali kebijakan atau kepentingan-kepentingan yang lain yang bisa kita prioritaskan,” tegasnya.
“Soal permuseuman itu dikaji lebih lanjut. Karena ini adalah perubahan, kita akan diskusikan lebih lanjut strategis kebijakan lainnya di induk nanti,” kata Parwata.
Menanggapi hal itu, Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa yang juga selaku Ketua TAPD Badung, menjelaskan sesuai rancangan awal akan dibuat museum Bom Bali, lantaran lokasi Bom Bali disebutkan telah menjadi salah satu tujuan wisatawan. “Saya kira ini perlu dikemas sedemikian rupa untuk bagaimana kita membuat semacam monumen yang lebih representatif, sehingga itu akan menjadi bagian daripada destinasi,” jelas Adi Arnawa.
Namun, kata Adi Arnawa, rencana pembangunan museum ini akan dievaluasi terlebih dahulu, salah satunya mempertimbangkan waktu yang singkat di APBD Perubahan 2023. Pada prinsipnya Pemkab Badung ingin mendorong penambahan berbagai macam destinasi, salah satunya destinasi monumental.
“Memang menjadi suatu sejarah ya. Harapan kita nanti ini membuat orang akan berkunjung ke Bali untuk melihat, mengingatkan pada satu kejadian dan mudah-mudahan jangan sampai terulang lagi,” tegas birokrat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan.
Sementara itu, Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa saat Rapat Paripurna DPRD Badung, menjelaskan peningkatan Anggaran Pengelolaan Permuseuman ini terkait dua hal. Pertama, Dinas Kebudayaan diminta untuk memperhatikan museum. Sebab sebelumnya fokus Pemkab Badung dalam pembangunan sektor adat, agama, tradisi, seni, dan budaya. “Namun anggaran untuk itu lebih kecil daripada yang lainnya. Sedangkan sisi lainnya sudah besar anggarannya. Sekarang saatnya kita untuk melakukan itu,” kata Wabup Suiasa.
Kedua, kaitannya dengan bidang baru di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Badung yang menyangkut naskah-naskah kuno. Ini juga berkaitan dengan Permuseuman. Jadi, lanjut Wabup Suiasa, tidak ada pembangunan museum baru, yang ada adalah pengembangan dan pemeliharaan yang sudah ada.
“Berbicara tentang museum ini, kita tidak hanya berbicara tentang materi yang ada di dalamnya. Tetapi kita berbicara tentang apa yang bisa kita jaga dan yang ada di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak terjadi kepunahan,” tegasnya. 7 ind
“Apakah ini salah ketik atau bagaimana? Ada kenaikan mencapai Rp 83,1 miliar. Museum apa dibuat? Mohon ini diluruskan,” ujar Wakil Ketua DPRD Badung I Wayan Suyasa.
Politisi Golkar asal Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi ini dalam rapat tersebut membeberkan dalam program bidang adat, agama, tradisi, seni, dan budaya, anggarannya mencapai Rp 172 miliar. Salah satu yang menonjol dan dinilai peningkatan anggarannya fantastis adalah Program Pengelolaan Permuseuman dengan alokasi anggaran mencapai Rp 84,5 miliar. Padahal sebelumnya hanya Rp 1,4 miliar.
Begitu pula, Ketua DPRD Badung Putu Parwata, menegaskan soal Program Pengelolaan Permuseuman itu mesti dievaluasi terlebih dahulu. “Kalau memang belum saatnya, ya dievaluasi untuk kepentingan masyarakat. Diskusi kami pimpinan dan anggota, masih ada barangkali kebijakan atau kepentingan-kepentingan yang lain yang bisa kita prioritaskan,” tegasnya.
“Soal permuseuman itu dikaji lebih lanjut. Karena ini adalah perubahan, kita akan diskusikan lebih lanjut strategis kebijakan lainnya di induk nanti,” kata Parwata.
Menanggapi hal itu, Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa yang juga selaku Ketua TAPD Badung, menjelaskan sesuai rancangan awal akan dibuat museum Bom Bali, lantaran lokasi Bom Bali disebutkan telah menjadi salah satu tujuan wisatawan. “Saya kira ini perlu dikemas sedemikian rupa untuk bagaimana kita membuat semacam monumen yang lebih representatif, sehingga itu akan menjadi bagian daripada destinasi,” jelas Adi Arnawa.
Namun, kata Adi Arnawa, rencana pembangunan museum ini akan dievaluasi terlebih dahulu, salah satunya mempertimbangkan waktu yang singkat di APBD Perubahan 2023. Pada prinsipnya Pemkab Badung ingin mendorong penambahan berbagai macam destinasi, salah satunya destinasi monumental.
“Memang menjadi suatu sejarah ya. Harapan kita nanti ini membuat orang akan berkunjung ke Bali untuk melihat, mengingatkan pada satu kejadian dan mudah-mudahan jangan sampai terulang lagi,” tegas birokrat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan.
Sementara itu, Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa saat Rapat Paripurna DPRD Badung, menjelaskan peningkatan Anggaran Pengelolaan Permuseuman ini terkait dua hal. Pertama, Dinas Kebudayaan diminta untuk memperhatikan museum. Sebab sebelumnya fokus Pemkab Badung dalam pembangunan sektor adat, agama, tradisi, seni, dan budaya. “Namun anggaran untuk itu lebih kecil daripada yang lainnya. Sedangkan sisi lainnya sudah besar anggarannya. Sekarang saatnya kita untuk melakukan itu,” kata Wabup Suiasa.
Kedua, kaitannya dengan bidang baru di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Badung yang menyangkut naskah-naskah kuno. Ini juga berkaitan dengan Permuseuman. Jadi, lanjut Wabup Suiasa, tidak ada pembangunan museum baru, yang ada adalah pengembangan dan pemeliharaan yang sudah ada.
“Berbicara tentang museum ini, kita tidak hanya berbicara tentang materi yang ada di dalamnya. Tetapi kita berbicara tentang apa yang bisa kita jaga dan yang ada di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak terjadi kepunahan,” tegasnya. 7 ind
1
Komentar