Air Tanah Bakal Distop, Badung Siap asalkan Bendungan Sidan Rampung
MANGUPURA, NusaBali.com - Rencana Pemprov Bali untuk membatasi penggunaan air tanah sebagai sumber air baku bikin industri pariwisata was-was. Sebab, pasokan air dari PDAM dinilai masih belum siap.
Meskipun Pemprov Bali sudah mengonfirmasi bahwa eksekusi rencana ini tidak akan dalam waktu dekat, banyak pihak mulai mempertanyakan kesiapan pasokan air permukaan.
Lantaran selama ini, citra PDAM sebagai monopoli pasokan air bersih di berbagai daerah cukup buruk. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala dan gangguan yang berakibat pasokan juga debit air tidak konsisten, bahkan terputus.
Sebagai kawasan pariwisata yang memiliki ribuan hotel, Badung menyebut berbagai persiapan dan kajian memang perlu dilakukan. Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa pun yakin Pemprov Bali tidak akan mengeksekusi program kebijakan dalam semalam.
"Analisisnya di Badung itu melihat kebutuhan dan ketersediaan air permukaan menyusul segera rampungnya Bendungan Sidan. Ini bisa jadi bentuk penanganannya (solusi)," tutur Suiasa, dijumpai pada Kamis (10/8/2023) siang di Puspem Badung.
Wakil Bupati Badung asal Desa Pecatu, Kuta Selatan ini percaya bendungan dengan kapasitas 3,82 juta meter kubik itu cukup untuk kebutuhan air baku di Badung. Di mana, BPS Provinsi Bali mencatat 20.306 meter kubik konsumsi air bersih di Badung pada 2021 silam.
"Pemanfaatan air tanah ke depan memang harus mulai dikurangi. Dengan catatan, antisipasinya penyiapan air bersih dan penyiapan sumber-sumber air permukaan ada. Bahkan ke depan (mesti) ada upaya mengolah air laut," beber Suiasa.
Sementara itu, Bendungan Sidan yang dibangun di atas lahan perbatasan Kabupaten Badung, Bangli, dan Gianyar ini diprediksi menghasil 1,73 meter kubik per detik. Dan diharapkan mampu mengimbangi kebutuhan air baku untuk kawasan Sarbagita.
Berdasarkan hasil kunjungan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Helson Siagian ke Bendungan Sidan pada Sabtu (24/6/2023), finalisasi bendungan di atas lahan 82,73 hektare itu dinilai bakal mundur hingga April 2024. *rat
Lantaran selama ini, citra PDAM sebagai monopoli pasokan air bersih di berbagai daerah cukup buruk. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala dan gangguan yang berakibat pasokan juga debit air tidak konsisten, bahkan terputus.
Sebagai kawasan pariwisata yang memiliki ribuan hotel, Badung menyebut berbagai persiapan dan kajian memang perlu dilakukan. Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa pun yakin Pemprov Bali tidak akan mengeksekusi program kebijakan dalam semalam.
"Analisisnya di Badung itu melihat kebutuhan dan ketersediaan air permukaan menyusul segera rampungnya Bendungan Sidan. Ini bisa jadi bentuk penanganannya (solusi)," tutur Suiasa, dijumpai pada Kamis (10/8/2023) siang di Puspem Badung.
Wakil Bupati Badung asal Desa Pecatu, Kuta Selatan ini percaya bendungan dengan kapasitas 3,82 juta meter kubik itu cukup untuk kebutuhan air baku di Badung. Di mana, BPS Provinsi Bali mencatat 20.306 meter kubik konsumsi air bersih di Badung pada 2021 silam.
"Pemanfaatan air tanah ke depan memang harus mulai dikurangi. Dengan catatan, antisipasinya penyiapan air bersih dan penyiapan sumber-sumber air permukaan ada. Bahkan ke depan (mesti) ada upaya mengolah air laut," beber Suiasa.
Sementara itu, Bendungan Sidan yang dibangun di atas lahan perbatasan Kabupaten Badung, Bangli, dan Gianyar ini diprediksi menghasil 1,73 meter kubik per detik. Dan diharapkan mampu mengimbangi kebutuhan air baku untuk kawasan Sarbagita.
Berdasarkan hasil kunjungan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Helson Siagian ke Bendungan Sidan pada Sabtu (24/6/2023), finalisasi bendungan di atas lahan 82,73 hektare itu dinilai bakal mundur hingga April 2024. *rat
Komentar