Tiga Kecamatan Rawan Kebakaran Lahan
Peta potensi rawan kebakaran lahan ini menjadi atensi khusus Dinas Pemadam Kebakaran dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng untuk menekan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material.
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Buleleng memetakan tiga kecamatan yang paling rawan menjadi dampak kebakaran lahan. Tiga kawasan itu meliputi Kecamatan Gerokgak, Tejakula dan Kubutambahan.
Kepala Dinas Damkar dan Penyelamatan Buleleng, I Made Subur Senin (14/8) kemarin menjelaskan kebakaran lahan memang tidak bisa dihindari pada musim kemarau. Cuaca panas terik matahari memudahkan terjadinya bencana apalagi ditambah dengan unsur kelalaian manusia.
Subur menyebut kebakaran lahan yang dilaporkan dan ditangani sejauh ini berjumlah 7 titik. Kebanyakan kebakaran lahan kosong itu dipicu karena faktor alam dan juga kelalaian manusia. “Memang kebanyakan yang terbakar adalah lahan-lahan kering yang ada tanaman bambu saat musim kemarau karena angin daun keringnya bergesekan. Kemudian di bawah ada daun-daun kering, ini yang cepat sekali memicu kebakaran lahan menyebar luas,” ucap mantan Kalak BPBD Buleleng ini.
Selain itu faktor kelalaian manusia juga menjadi penyebab. Subur menyebut banyak kejadian kebakaran lahan atau hutan terjadi karena masyarakat yang sedang mencari rumput membuang puntung rokok sembarangan. Ada juga yang mencari madu di hutan menggunakan api, saat selesai digunakan tidak dipadamkan dengan benar.
“Untuk mempercepat penanganan pemadaman kebakaran yang SOP-nya tidak boleh dari 15 menit, kami sudah membentuk Kepala Pos Pemadam di sembilan kecamatan dan relawan juga. Sehingga begitu ada kejadian harapannya informasi cepat sampai dan penanganan segera dilakukan,” kata Subur.
Dia yang juga pernah menjabat Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Buleleng ini juga telah mengajak pengusaha-pengusaha yang ada di Buleleng untuk bekerjasama dan bertanggung jawab mengantisipasi bencana kebakaran. Selain itu peran relawan dan pemerintah desa juga diharapkan berperan aktif, terutama dalam penanganan kebakaran skala kecil, untuk mencegah perluasan area kebakaran, jatuhnya korban jiwa dan kerugian material.
Menurutnya Pemerintah Desa melalui Dana Desa (DD) bisa mengalokasikan pengadaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Sedangkan Desa Adat juga dapat berpartisipasi dalam pencegahan kebakaran yang disebabkan keteledoran masyarakat dan mengaturnya melalui awig-awig. Hal ini terkait kasus kebakaran yang sering terjadi di pura. 7k23
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Buleleng memetakan tiga kecamatan yang paling rawan menjadi dampak kebakaran lahan. Tiga kawasan itu meliputi Kecamatan Gerokgak, Tejakula dan Kubutambahan.
Kepala Dinas Damkar dan Penyelamatan Buleleng, I Made Subur Senin (14/8) kemarin menjelaskan kebakaran lahan memang tidak bisa dihindari pada musim kemarau. Cuaca panas terik matahari memudahkan terjadinya bencana apalagi ditambah dengan unsur kelalaian manusia.
Subur menyebut kebakaran lahan yang dilaporkan dan ditangani sejauh ini berjumlah 7 titik. Kebanyakan kebakaran lahan kosong itu dipicu karena faktor alam dan juga kelalaian manusia. “Memang kebanyakan yang terbakar adalah lahan-lahan kering yang ada tanaman bambu saat musim kemarau karena angin daun keringnya bergesekan. Kemudian di bawah ada daun-daun kering, ini yang cepat sekali memicu kebakaran lahan menyebar luas,” ucap mantan Kalak BPBD Buleleng ini.
Selain itu faktor kelalaian manusia juga menjadi penyebab. Subur menyebut banyak kejadian kebakaran lahan atau hutan terjadi karena masyarakat yang sedang mencari rumput membuang puntung rokok sembarangan. Ada juga yang mencari madu di hutan menggunakan api, saat selesai digunakan tidak dipadamkan dengan benar.
“Untuk mempercepat penanganan pemadaman kebakaran yang SOP-nya tidak boleh dari 15 menit, kami sudah membentuk Kepala Pos Pemadam di sembilan kecamatan dan relawan juga. Sehingga begitu ada kejadian harapannya informasi cepat sampai dan penanganan segera dilakukan,” kata Subur.
Dia yang juga pernah menjabat Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Buleleng ini juga telah mengajak pengusaha-pengusaha yang ada di Buleleng untuk bekerjasama dan bertanggung jawab mengantisipasi bencana kebakaran. Selain itu peran relawan dan pemerintah desa juga diharapkan berperan aktif, terutama dalam penanganan kebakaran skala kecil, untuk mencegah perluasan area kebakaran, jatuhnya korban jiwa dan kerugian material.
Menurutnya Pemerintah Desa melalui Dana Desa (DD) bisa mengalokasikan pengadaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Sedangkan Desa Adat juga dapat berpartisipasi dalam pencegahan kebakaran yang disebabkan keteledoran masyarakat dan mengaturnya melalui awig-awig. Hal ini terkait kasus kebakaran yang sering terjadi di pura. 7k23
1
Komentar