nusabali

Harga Produk Mamin Kemasan akan Naik

  • www.nusabali.com-harga-produk-mamin-kemasan-akan-naik

Penyebabnya, kian mahalnya harga gula kristal rafinasi yang naik hingga 30%.

JAKARTA, NusaBali
Harga produk makanan serta minuman (mamin) bergula dalam kemasan seperti biskuit, sirup, Coca-Cola, Sprite, Fanta dan sejenisnya akan naik. Hal itu diprediksi terjadi pada akhir tahun ini karena harga gula kristal rafinasi semakin mahal.

Ketua Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan harga gula kristal rafinasi saat ini sudah naik 30%. Semakin mahalnya gula kristal rafinasi ini disebabkan oleh berbagai macam masalah internasional, karena pemenuhan kebutuhan berasal dari impor.

"Gula rafinasi naik 30%, jadi memang ini terjadi perubahan kondisi yang tidak diduga. Jadi, gula impor lebih mahal dari pada lokal," ujar Adhi di Hotel Pullman Central Park, Jakarta Barat, Senin (14/8) seperti dilansir detikcom.

Adhi mengatakan para pengusaha diperkirakan menaikkan harga produk pada akhir tahun atau awal 2024. Dia menerangkan kenaikan harga itu disebut harus didiskusikan juga dengan distributor dan pengusaha ritel.

"Industri itu menaikkan harga prosesnya panjang harus diskusi dengan distributor ritel. Biasanya kita akan me-review harga di akhir tahun atau awal tahun. Jadi perkiraan saya akhir tahun dan awal tahun para pengusaha akan me-review harganya, dan akan menegosiasi dengan riteler. Ini memang kita lakukan," jelas dia.

Adhi meyakini kenaikan harga minuman dan makanan berpemanis tidak akan lebih dari 5%. Meski menurutnya, jika mengikuti kenaikan gula saat ini, harga produk makanan minuman bisa naik lebih tinggi lagi.

"Cuma memang kenaikan harga produk jadi tidak bisa sebesar harga bahan baku. Kira mempertimbangkan bahan baku, kalau naiknya 5% sudah cukup tinggi, biasanya 3%-4%. Padahal kan bahan baku naiknya luar biasa, saya bilang gula naiknya 30% kalau katakan produsen sirup kan bahan bakunya 60% gula, kalau naik 30% dia 18% ke harga pokoknya," terangnya.

"Kalau naik terlalu tinggi, konsumennya lari. Makanya biasanya kami menggerus margin, inovasi, efisiensi dan lain sebagainya," jelas dia.

Adhi juga khawatir kenaikan harga gula rafinasi berlanjut hingga tahun depan mengingat adanya ancaman El Nino. Produsen-produsen gula rafinasi seperti Thailand dan India diperkirakan mengalami penurunan produksi.

"Tentunya produsen gula, yang besarkan Thailand, kita dari Thailand biasanya kemudian Inda itu akan masih kekeringan dan kita khawatirkan gula kan tebu 10 bulan. Kita khawatir panen tahun depan bisa berpengaruh, di samping itu juga berhasil merubah subsidinya sehingga sekarang banyak gula tebu dijadikan bioetanol. Nah h ini mempengaruhi pasokan gula dunia," pungkas dia.

Sebelumnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga pernah mengungkap kenaikan harga yang terjadi pada gula industri atau rafinasi. Bahkan disebut berpotensi lebih tinggi dari harga gula konsumsi.

Gula rafinasi ini merupakan bahan baku yang digunakan oleh industri makanan dan minuman. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan harga gula rafinasi naik menjadi 26 sen per pound dari sebelumnya 18 sen per pound.

"Kenaikannya cukup besar, dan ini berpotensi masalah. Karena apa? Kalau gula konsumsi di-regulate, gula rafinasi inib to b(business to business)," katanya dalam Musyawarah Kerja Nasional GAPGINDO di Hotel Kartika Chandra, Jakarta Selatan, Kamis (7/6). 7

Komentar