Belasan Pemuda desa Ngaku Fans Berat Habib Rizieq
Saat mediasi kemarin, satu pemuda yang pasang spanduk FPI di Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng mengaku ngefans karena Habib Rizieq merupakan keturunan nabi
Mediasi Tahap II Heboh Pemasangan Spanduk FPI di Desa Tegallinggah
SINGARAJA, NusaBali
Mediasi tahap kedua heboh kasus pemasangan spanduk bergambar Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, di pagar Masjid Nurul Huda kawasan Dusun Munduk Kunci, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng kembali digelar, Jumat (30/6). Dalam mediasi kemarin, belasan pemuda Desa Teggallinggah mengakui perbuatannya memasang spanduk FPI, karena ngfans berat dengan Ha-bib Rizieq.
Mediasi tahap kedua, Jumat kemarin, digelar di Kantor Perbekel Tegallinggah, Kecamatan Sukasada. Seperti mediasi tahap pertama sehari sebelumnya, mediasi kemarin juga dihadiri Camat Sukasada I Made Dwi Adnyana, Kapolsek Sukasada Kompol Ketut Darmita, Perbekel Tegallinggah I Ketut Mudarna, tokoh agama setempat, tokoh masyarakat setempat, dan aliansi peduli kerukunan umat.
Selain mengaku sebagai fans berat Habib Rizieq, belasan pemuda desa ini juga memaparkan dari mana asal mula spanduk FPI yang dipasang di pagar Masjid Nurul Huda, Rabu (28/6) lalu. Juru bicara belasan pemuda fans Habib Rizieq, Imam Akbar, 23, spanduk FPI tersebut merupakan miliknya.
Menurut Imam Akbar, spanduk FPI bergambar Habib Rizieq tersebut didapatkannya ketika dia mengenyam pendidikan di pesantren kawasan Purworejo, Jawa Tengah. Nah, ketika pulang dari pesantren ke kampung halamannya di Desa Tegallinggah, 3 tahun silam, Imam Akbar tanpa sengaja membawa spanduk FPI tersebut untuk membungkus barang bawaannya.
Setibanya di rumah, kata Imam Akbar, spanduk tersebut disimpannya saja. Barulah pada malam takbiran, Sabtu (25/6) malam, spanduk FPI tersebut dikeluarkan, lalu diarak dan dipajang di bagian depan mobil. Setelah itu, 11 pemuda termasuk Imam Akbar memasang spanduk tersebut di depan Masjid Nurul Huda yang berlokasi di Dusun Munduk Kunci, Desa Tegallinggah.
Imam Akbar berdalih tidak ada maksud apa di balik pemasangan spanduk FPI yang kemudian bikin heboh tersebut. “Tidak maksud apa-apa, kami hanya ngefans berat saja sama Habib Rizieq yang merupakan keturunan nabi. Di ajaran kami, nabi itu kan harus dihormati,” papar Imam Akbar.
Meski demikian, Imam Akbar mengaku tidak pernah bergabung di ormas FPI. Dia mengaku hanya merasa bersimpati dengan tokoh Islam terkenal di Indonesia yang kini sedang berkasus hukum, Habib Rizieq.
Dalam kesempatan yang sama, pemuda Desa Tegallinggah lainnya, Malik Abdul Azis, juga sempat berbicara saat mediasi tahap kedua kemarin. Malik Abdul Azis yang sejak awal namanya tersorot dalam kasus ini, menyatakan mereka tidak memiliki maksud lebih jauh atas pemasangan spanduk FPI.
Menurut Malik, pihaknya hanya sekadar pasang spanduk karena jadi penggemar Habib Rizieq. “Saya memang orang terpelajar, tapi terkait radikalisme, jujur saja saya memang tidak begitu tahu soal itu,” kilah Malik.
Dari hasil mediasi tahap kedua kemarin, belasan pemuda desa pemasang spanduk Habib Rizieq mengakui kesalahannya. Mereka pun meminta maaf karena sempat membuat masyarakat resah. Mereka juga sepakat dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Kesepakatan dan janji itu dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani pula Perbekel Tegallinggah, Kapolsek Sukasada, dan Camat Sukasada.
Sementara itu, Perbekel Ketut Mudarna mengaku sudah plong, setelah menghadirkan belasan pemuda yang mengakui perbuatannya sbagai pemasang spanduk FPI bergambar Habib Rizieq. Menurut Ketut Mudarna, kasus spanduk tersebut sudah berakhir dengan aman dan nyaman, tanpa gesekan, seperti halnya kerukunan antar umat beragama yang sudah lama terjalin di Desa Tegallinggah.
Hanya saja, sebagai langkah antisipasi, Mudarna selaku Perbekel berjanji akan terus mengontrol pemuda-pemuda yang nantinya diberikan pembinaan oleh tokoh agama setempat. “Intinya, masalah sudah clear dan saya lega karena Desa Tegallinggah tetap aman,” tandas Mudarna seusai pertemuan mediasi kemarin.
“Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah peduli dengan kami. Tapi, kami akan terus mengontrol dan pantau, bila perlu sidak setiap bulan untuk tidak kecolongan seperti ini lagi,” lanjut Mudarna sembari menegaskan, pihaknya menolak seluruh ormas yang berbau radikal di desanya.
Sehari sebelumnya, Kamis (29/8), juga telah digelar mediasi tahap pertama. Bedanya, kala itu belasan pemuda pemasang spanduk FPI bergambar Habib Rizieq tidak dihadirkan. Dalam mediasi pertama, tokoh agama setempat, Haji Munir, tandatangani pernyataan sikap berisi empat poin, yang juga diteken Perbekel Tegallinggah Ketut Mudarna, Camat Sukasada Made Dwi Adnyana, dan Kapolsek Sukasada Kompol Ketut Darmita.
Pojn pertama, permohonan maaf atas terpasangnya spanduk FPI. Poin kedua, menolak setiap faham radikalisme dan faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI. Poin ketiga, siap memberikan pembinaan kepada generasi muda untuk tetap teguh menjunjung tinggi Pancasila, NKRI, dan tidak terjerumus dalam faham-faham radikalisme. Poin keempat, siap menelusuri dan member sanksi hukum kepada oknum yang ingin memecah belah NKRI. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Mediasi tahap kedua heboh kasus pemasangan spanduk bergambar Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, di pagar Masjid Nurul Huda kawasan Dusun Munduk Kunci, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng kembali digelar, Jumat (30/6). Dalam mediasi kemarin, belasan pemuda Desa Teggallinggah mengakui perbuatannya memasang spanduk FPI, karena ngfans berat dengan Ha-bib Rizieq.
Mediasi tahap kedua, Jumat kemarin, digelar di Kantor Perbekel Tegallinggah, Kecamatan Sukasada. Seperti mediasi tahap pertama sehari sebelumnya, mediasi kemarin juga dihadiri Camat Sukasada I Made Dwi Adnyana, Kapolsek Sukasada Kompol Ketut Darmita, Perbekel Tegallinggah I Ketut Mudarna, tokoh agama setempat, tokoh masyarakat setempat, dan aliansi peduli kerukunan umat.
Selain mengaku sebagai fans berat Habib Rizieq, belasan pemuda desa ini juga memaparkan dari mana asal mula spanduk FPI yang dipasang di pagar Masjid Nurul Huda, Rabu (28/6) lalu. Juru bicara belasan pemuda fans Habib Rizieq, Imam Akbar, 23, spanduk FPI tersebut merupakan miliknya.
Menurut Imam Akbar, spanduk FPI bergambar Habib Rizieq tersebut didapatkannya ketika dia mengenyam pendidikan di pesantren kawasan Purworejo, Jawa Tengah. Nah, ketika pulang dari pesantren ke kampung halamannya di Desa Tegallinggah, 3 tahun silam, Imam Akbar tanpa sengaja membawa spanduk FPI tersebut untuk membungkus barang bawaannya.
Setibanya di rumah, kata Imam Akbar, spanduk tersebut disimpannya saja. Barulah pada malam takbiran, Sabtu (25/6) malam, spanduk FPI tersebut dikeluarkan, lalu diarak dan dipajang di bagian depan mobil. Setelah itu, 11 pemuda termasuk Imam Akbar memasang spanduk tersebut di depan Masjid Nurul Huda yang berlokasi di Dusun Munduk Kunci, Desa Tegallinggah.
Imam Akbar berdalih tidak ada maksud apa di balik pemasangan spanduk FPI yang kemudian bikin heboh tersebut. “Tidak maksud apa-apa, kami hanya ngefans berat saja sama Habib Rizieq yang merupakan keturunan nabi. Di ajaran kami, nabi itu kan harus dihormati,” papar Imam Akbar.
Meski demikian, Imam Akbar mengaku tidak pernah bergabung di ormas FPI. Dia mengaku hanya merasa bersimpati dengan tokoh Islam terkenal di Indonesia yang kini sedang berkasus hukum, Habib Rizieq.
Dalam kesempatan yang sama, pemuda Desa Tegallinggah lainnya, Malik Abdul Azis, juga sempat berbicara saat mediasi tahap kedua kemarin. Malik Abdul Azis yang sejak awal namanya tersorot dalam kasus ini, menyatakan mereka tidak memiliki maksud lebih jauh atas pemasangan spanduk FPI.
Menurut Malik, pihaknya hanya sekadar pasang spanduk karena jadi penggemar Habib Rizieq. “Saya memang orang terpelajar, tapi terkait radikalisme, jujur saja saya memang tidak begitu tahu soal itu,” kilah Malik.
Dari hasil mediasi tahap kedua kemarin, belasan pemuda desa pemasang spanduk Habib Rizieq mengakui kesalahannya. Mereka pun meminta maaf karena sempat membuat masyarakat resah. Mereka juga sepakat dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Kesepakatan dan janji itu dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani pula Perbekel Tegallinggah, Kapolsek Sukasada, dan Camat Sukasada.
Sementara itu, Perbekel Ketut Mudarna mengaku sudah plong, setelah menghadirkan belasan pemuda yang mengakui perbuatannya sbagai pemasang spanduk FPI bergambar Habib Rizieq. Menurut Ketut Mudarna, kasus spanduk tersebut sudah berakhir dengan aman dan nyaman, tanpa gesekan, seperti halnya kerukunan antar umat beragama yang sudah lama terjalin di Desa Tegallinggah.
Hanya saja, sebagai langkah antisipasi, Mudarna selaku Perbekel berjanji akan terus mengontrol pemuda-pemuda yang nantinya diberikan pembinaan oleh tokoh agama setempat. “Intinya, masalah sudah clear dan saya lega karena Desa Tegallinggah tetap aman,” tandas Mudarna seusai pertemuan mediasi kemarin.
“Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah peduli dengan kami. Tapi, kami akan terus mengontrol dan pantau, bila perlu sidak setiap bulan untuk tidak kecolongan seperti ini lagi,” lanjut Mudarna sembari menegaskan, pihaknya menolak seluruh ormas yang berbau radikal di desanya.
Sehari sebelumnya, Kamis (29/8), juga telah digelar mediasi tahap pertama. Bedanya, kala itu belasan pemuda pemasang spanduk FPI bergambar Habib Rizieq tidak dihadirkan. Dalam mediasi pertama, tokoh agama setempat, Haji Munir, tandatangani pernyataan sikap berisi empat poin, yang juga diteken Perbekel Tegallinggah Ketut Mudarna, Camat Sukasada Made Dwi Adnyana, dan Kapolsek Sukasada Kompol Ketut Darmita.
Pojn pertama, permohonan maaf atas terpasangnya spanduk FPI. Poin kedua, menolak setiap faham radikalisme dan faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI. Poin ketiga, siap memberikan pembinaan kepada generasi muda untuk tetap teguh menjunjung tinggi Pancasila, NKRI, dan tidak terjerumus dalam faham-faham radikalisme. Poin keempat, siap menelusuri dan member sanksi hukum kepada oknum yang ingin memecah belah NKRI. *k23
1
Komentar