Sekaa Teruna Beradu Pintar Mebat
Sekaa Teruna (ST) di Desa Akah, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, beradu kompetisi kepintaran dalam lomba mebat, Sabtu (1/7) pagi.
SEMARAPURA, NusaBali
Lomba ini serangkaian Porsenides, Desa Akah 2017. Dengan lomba ini pihak desa setempat ingin membekali generasi muda tentang pelestarian budaya berupa mebat.
Kepiawaian mebat sangat dibutuhkan warga saat upacara kegamaan dan adat. Lomba mebat ini digelar di Balai Banjar Pekandelan, Desa Akah, pukul 09.00 Wita. Setiap ST dari enam banjar ini, wajib membawa 10 perwakilan baik pemuda maupun pemudi. Saat lomba dimulai, para peserta nampak sudah lihai dalam mebat. Mereka diberikan waktu selama 4 jam untuk mengolah daging dan bumbu yang sudah disiapkan.
Sekretaris Desa Akah Ni Wayan Muliani mengatakan lomba untuk generasi muda ini karena mereka akan menjadi generasi penerus di masyarakat. “Kalau tidak dilestarikan tentu bisa punah, terlebih di tengah era globalisasi,” ujarnya.
Kreteria penilaian lomba meliputi cara pengolahan, rasa, dan lainnya. Seorang peserta lomba mebat, Made Setiawan menyatakan berterimaskah kepada panitia Porsenides. Karena panitia memberikan ruang untuk berkreasi dalam bentuk lomba ini. Dengan kemampuan mebat ini, lanjut dia, para pemuda akan bisa diandalkan mebat baik saat acara adat di rumah maupun upacara keagamaan di pura. “Jangan sampai kita hanya bisa melut (mengupas) bawang saja,” katanya.
Pemuda yang Ketua ST Eka Yowana Dharma ini menjelaskan, kendala yang masih dihadapi saat mebat meracik bumbu supaya rasanya enak. Bagitupula saat membuat kalas berupa santen agar beraroma. “Kalau mebat saat upacara memang belum pernah. Tapi pas acara adat di rumah maupun saat HUT ST sudah sering mebat,” katanya. *wa
Kepiawaian mebat sangat dibutuhkan warga saat upacara kegamaan dan adat. Lomba mebat ini digelar di Balai Banjar Pekandelan, Desa Akah, pukul 09.00 Wita. Setiap ST dari enam banjar ini, wajib membawa 10 perwakilan baik pemuda maupun pemudi. Saat lomba dimulai, para peserta nampak sudah lihai dalam mebat. Mereka diberikan waktu selama 4 jam untuk mengolah daging dan bumbu yang sudah disiapkan.
Sekretaris Desa Akah Ni Wayan Muliani mengatakan lomba untuk generasi muda ini karena mereka akan menjadi generasi penerus di masyarakat. “Kalau tidak dilestarikan tentu bisa punah, terlebih di tengah era globalisasi,” ujarnya.
Kreteria penilaian lomba meliputi cara pengolahan, rasa, dan lainnya. Seorang peserta lomba mebat, Made Setiawan menyatakan berterimaskah kepada panitia Porsenides. Karena panitia memberikan ruang untuk berkreasi dalam bentuk lomba ini. Dengan kemampuan mebat ini, lanjut dia, para pemuda akan bisa diandalkan mebat baik saat acara adat di rumah maupun upacara keagamaan di pura. “Jangan sampai kita hanya bisa melut (mengupas) bawang saja,” katanya.
Pemuda yang Ketua ST Eka Yowana Dharma ini menjelaskan, kendala yang masih dihadapi saat mebat meracik bumbu supaya rasanya enak. Bagitupula saat membuat kalas berupa santen agar beraroma. “Kalau mebat saat upacara memang belum pernah. Tapi pas acara adat di rumah maupun saat HUT ST sudah sering mebat,” katanya. *wa
1
Komentar