646 Warga Matatah Libatkan 32 Sangging
AMLAPURA, NusaBali - PSAK (Prestisentana Sira Arya Kanuruhan) Pusat menggelar upacara Matatah massal. 646 warga ikut upacara Matatah (potong gigi) melibatkan 32 sangging, di Tempek Bangkak, Banjar Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Senin (21/8).
Wakil Ketua Panitia I Nengah Sumardi memaparkan, mengingat banyaknya warga yang ikut upacara Matatah, maka agenda Matatah selama 21 - 29 Agustus, terakhir Anggara Paing Pujut, Selasa (29/8). Seluruh warga Matatah melakukan upacara Natab Banten diantar dengan puja sulinggih.
Matatah massal itu serangkaian upacara Ngeroras massal, puncaknya pada Anggara Paing, Pujut, Selasa (29/8). 646 warga yang ikut matatah massal itu dari 72 dadia se-Karangasem. “Ini merupakan jumlah warga terbanyak ikut upacara Matatah yang kami laksanakan sejak tahun 2000,” jelas I Nengah Sumardi, yang juga Wakil Ketua DPRD Karangasem, dari Fraksi Golkar.
Matatah massal tersebut dengan jadwal setiap hari, selama 21 - 29 Agustus, berlangsung pukul 03.00 Wita - 06.00 Wita. Sebelum matahari terbit agar Matatah telah tuntas, lanjut pacara pemujaan oleh sulinggih, Selasa (29/8).
Warga Matatah juga ikut upacara Ngaben dan Ngeroras massal. Masing-masing dengan biaya Rp 2,5 juta, tuntas melaksanakan Ngaben dan Ngeroras massal, hingga upacara Nuntun. Upacara Matatah massal merupakan rangkaian Ngeroras massal, lanjut Sumadi, untuk meringankan biaya warga yang kurang mampu.
Upacara Matatah menurut Sumardi merupakan bagian dari upacara Manusia Yadnya. Upacara ini bertujuan untuk menemukan hakikat manusia dan terlepas dari pengaruh Sad Ripu (enam musuh dalam diri), yakni kama (keinginan), lobha (sifat serakah), krodha (marah dan dendam), mada (mabuk), moha (bingung dan angkuh), dan matsarya (dengki dan iri hati). "Secara fisik, dengan mengikir empat gigi seri dan dua giri taring di rahang atas,” katanya.
Seksi upakara dan upacara, Jro Mangku Nyoman Jati juga mengungkapkan karena Matatah ada 646 warga dari 72 dadia hingga membutuhkan 32 sangging. "Matatah ini selama sembilan hari,” jelasnya.
Pangrajeg Karya I Wayan Geredeg mengapresiasi antusias warga ikut Matatah massal. “Memang sejak tahun 2000, kami rancang menggelar upacara ngaben, dan ngeroras massal, kemudian sinkrun dengan matatah massal. Sehingga banyak warga menikmati upacara itu, tanpa harus mengeluarkan biaya mahal,” jelas mantan Bupati Karangasem 2005-2010, 2010-2015.7k16
Komentar