Konsumen dan Penunggu Stand Transaksi dengan Bahasa Isyarat
Warung Tuna Rungu harus menunggu selama sebulan, sebelum dapat kepastian dari panitia boleh buka stand kuliner Denfest 2015. Itu pun, setelah mereka ubah daftar menu masakan khas Bali yang disajikan.
Keberadaan Warung Tuna Rungu di Arena Denfest 2015 Bikin Pengunjung Terkaget
DENPASAR, NusaBali
Sekitar 90 stand kuliner dibuka di sepanjang Jalan Gajah Mada Denpasar dalam event tutup tahun Denpasar Festival (Denfest) 2015, yang dilaksanakan sejak Senin (28/12). Salah satunya, Warung Tuna Rungu yang buka stand di pojok barat laut Traffic Light Jalan Gajah Mada Denpasar. Konsumen yang belanja di Warung Tuna Rungu ini bertransaksi dengan bahasa isyarat.
Stand kuliner mencapai sekitar 90 unit yang beroperasi dalam Denfest 2015 bertema 'Demi Denpasar' ini menjajakan beragam jenis makanan dan minuman khas Bali, mulai dari tipat cantok, jukut plecing, babi guling, ayam betutu, es daluman, cendol, hingga kuliner kreatif lainnya. Warung Tuna Rungu juga tak ketinggalan menjajakan beragam menu masakan khas Bali, seperti nasi jinggo, tipat kuah, loloh cemcem, aneka jus, dan jaja Bali.
Namanya juga Warung Tuna Rungu, yang menjaga stand kuliner ini semuanya penyandang disabilitas tuna rungu alias tuli bisu (tidak bisa mendengar dan bicara). Mere-ka merupakan para penyandang disabilitas tuna rungu yang tergabung dalam komunitas pesepeda 'Denpa CC'---singkatan dari Deaf N Partner Cycle Club. Komunitas Denpa CC ini bermarkas di Banjar Tengah, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan.
Pantauan NusaBali, sama seperti stand kuliner lainnya, Warung Tuna Rungu ini pun cukup ramai dikunjungi masyarakat yang ingin memanjakan lidahnya dengan aneka masakan khas Bali. Selain karena cukup menarik dari sisi nama, menu yang ditawarkan di Warung Tuna Rungu juga menantang selera, seperti tipat kuah dan loloh cemcem.
Kendati pengunjung cukup ramai, namun Warung Tuna Rungu ini terbilang sunyi dan senyap. Tak ada riuh rendah tawar menawar atau tanya ini-itu dalam transaksi. Ini berbeda dengan stand kuliner lainnya yang riuh dengan tanya jawab antara pembeli dan pedagang. Maklum, orang-orang yang menunggui stand Warung Tuna Rungu rata-rata tak bisa bicara dan pendengarannya terganggu.
Nah, masyarakat yang membeli makanan dan minuman di Warung Tuna Rungu ini bertransaksi menggunakan bahasa isyarat. Bahkan, bagi pengunjung yang tak sengaja berbelanja, dibuat terkaget-kaget karena penjaga stand tidak bersuara menawarkan produk makanan yang disajikan, layaknya penjaga stand kuliner lainnya yang sengaja memanggil-manggil pengunjung yang melintas untuk sekadar mampir.
Menurut Koordinator Denpa CC, I Made Pundra, melayani pengunjung Denfest 2015 sama halnya dengan melayani bule. Artinya, sama-sama terkendala masalah bahasa. Meski demikian, dengan aneka menu dan harga yang sudah terpajang, pembeli tidak terlalu kesulitan dalam berbelanja di Warung Tuna Rungu.
"Pembeli banyak singgah karena rasa ingin tahu. Mungkin mereka peduli, sehingga memilih berbelanja di sini (stand kuliner Warung Tuna Rungu). Ada juga pembeli yang asal masuk tanpa lihat papan nama. Nah, mereka inilah yang terkaget-kaget ketika rekan-rekan kami melayani," jelas Made Pundra kepada NusaBali yang berkunjung ke Warung Tuna Rungu, Selasa (29/12).
Untuk meminimalkan kesulitan komunikasi dengan pembeli, Made Pundra pun mengajak serta sang istri, Ni Luh Karyawati. "Kalau pembeli ah uh, nggak bisa bahasa isyarat dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dia ingin beli, istri saya yang bantu bicara," jelas Pundra.
Pundra sendiri bukan penyandang disabilitas tuna rungu, demikian pula sang istri yang dijadikan pemandu, Luh Karyawati. Meski begitu, Pundra terbiasa berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu menggunakan bahasa isyarat dan bahasa tubuh, sejak 4 rahun terakhir.
Selanjutnya...
1
2
Komentar