Penyair Satrio Welang, Luncurkan Parfum Puisi 'The Poetry'
Parfum ini adalah sebuah penggabungan antara aroma dan kata-kata puitik yang menjelma dalam bentuk seni kolaboratif.
DENPASAR, NusaBali
Penyair Moch Satrio Welang meluncurkan parfum puisi pertamanya yang diberi nama ‘The Poetry by Satrio Welang’ melalui akun instagramnya @satriowelang pada Rabu (23/8). Tidak hanya sekadar parfum, The Poetry juga merupakan seni kolaborasi dalam bentuk aroma dan sastra.
Di dalam kotak kemasannya, Satrio Welang menyertakan lima puisi cinta karyanya dalam bentuk layaknya surat cinta. Cinta yang tersirat bersifat universal, beberapa berangkat dari luka dan trauma, sebuah upaya menyerap pesan-pesan alam raya.
Kelima puisi pilihan yang ditulis dalam rentang waktu tahun 2013 hingga 2021 tersebut berjudul ‘Di Tangkai Mawar Mana’, ‘Sajak Toya’, ‘Dengan Apa Kutulis Sajak Ini?’, ‘Ia Yang Datang Tiap Malam’, dan puisi ‘Jatuhnya Sepotong Bulan’.
The Poetry merupakan salah satu aksi seni Satrio Welang yang terbilang kreatif.
Dengan aroma bunga oriental dan perpaduan elegan dari melati, rempah kunyit dan kayu cedar, parfum ini menciptakan pengalaman tersendiri bagi setiap orang yang menciumnya. Wewangian yang dikemas dalam botol kristal yang memiliki tutup berwarna perak ini merupakan parfum yang menyasar untuk dapat digunakan oleh pria maupun wanita.
Menurut Satrio, parfum ini adalah sebuah penggabungan antara aroma dan kata-kata puitik yang menjelma dalam bentuk seni kolaboratif. "Saya ingin mengajak orang merasakan cinta dan emosi dalam beberapa bentuk seni sekaligus. Puisi dan aroma memiliki kemampuan untuk menghadirkan kenangan dan perasaan yang mendalam, dan saya berharap The Poetry dapat menjadi medium untuk itu," ujar Satrio, Rabu (23/8).
Puisi-puisi cinta yang diselipkan di dalam kemasan menjadi eksplorasi dari karakter artistik Satrio Welang. Dengan barisan puitik yang menyirat makna dan emosi, puisi-puisi ini membawa nuansa romantisme dan keindahan dalam aroma parfum. Satrio Welang kini berusaha merebut perhatian generasi muda melalui aroma dan sastra.
"Melalui The Poetry, saya ingin mengilhami generasi muda untuk menghargai dan mencintai sastra. Sastra adalah bentuk seni yang tak hanya indah, tetapi juga mampu menyentuh hati dan merubah cara kita melihat dunia," tambah Satrio.
Art work video The Poetry sendiri digarap oleh sutradara muda Legu Adi Wiguna dan Eka Widya Putra dari Quito Art, didukung materi fotografi karya fotografer Raymond Boleng dan juga Dedi Kristian. Di video berikutnya ia berencana menyertakan cuplikan video tari teater Satrio Welang berjudul 'Shri' besutan sutradara Jakarta Dadi Reza Pujiadi yang telah dirilis 2016 silam.
Penyair Satrio Welang memang kerap terkesan eksentrik, pada tahun 2019, ia pernah meluncurkan Kalender Puisi, berupa 12 karya seni fotografi dan 12 puisi. Di tahun 2020 lalu ia meluncurkan album musikalisasi berjudul ‘Danumaya’ yang diaransemen oleh musisi teater Heri Windi Anggara, Wendra Wijaya, Risma Putri, Legu Adi Wiguna, Yoga Anugraha, Adiprana Kusuma dan lain-lain.
Saat ini ia tengah disibukkan persiapan program Teater Sastra Welang terbaru yakni Anugerah Sastra Siwa Nataraja 2024. Peluncuran The Poetry secara simbolis akan diadakan dalam rangkaian Kuta Art Fashion 2023 di bulan September mendatang. 7 cr78
Komentar