Pengamat: Harga Tiket Pesawat Tidak Akan Turun
Tiga Maskapai BUMN Bakal Merger
JAKARTA, NusaBali - Tiga maskapai penerbangan milik negara, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air, berencana untuk digabung oleh pemerintah.
Lantas, apakah hal ini bisa berpotensi menurunkan harga tiket pesawat? Adapun Garuda sebagai maskapai full service memiliki harga tiket yang jauh di atas harga tiket Citilink dan Pelita Air yang merupakan maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC).
Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, penggabungan tiga maskapai pelat merah ini tidak dapat menurunkan harga tiket pesawat.
"Tarif tiket tidak akan turun," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (22/8).
Ketiga maskapai tersebut memiliki kelas pelayanan yang berbeda dengan besaran tarif dan target pasar yang berbeda pula. Selama ini, Garuda Indonesia menyasar konsumen kalangan atas dengan layanan full service, Citilink menyasar konsumen kalangan menengah, dan Pelita Air menyasar konsumen kalangan menengah ke bawah.
Oleh karenanya, menurut dia, penentuan tarif tiketnya akan menjadi rancu lantaran ketentuan tarif batas atas untuk maskapai full service dengan LCC berbeda. Padahal, ketentuan tarif batas dari pemerintah ini akan menentukan besaran harga tiket pesawat.
"Izinnya kan juga beda karena untuk penerbangan domestik itu dibedakan tarif batas atas untuk full service, untuk medium, dan untuk LCC itu tarif batas atasnya berbeda-beda. Ini nanti jadinya seperti apa?" jelasnya.
Selain itu, dari sisi konsumen juga menjadi rancu dalam memilih kelas penerbangan jika ketiga maskapai ini digabungkan. "Apa yang dapat menjadi ekspektasinya (konsumen) kalau mereknya sama?" kata dia.
Salah satu alasan pemerintah ingin menggabungkan maskapai Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air ialah agar dapat menurunkan biaya logistik sehingga semakin meringankan dunia bisnis di Indonesia.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong agar efisiensi terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan pelat merah. Maka, setelah merger dilakukan pada Pelindo tahun 2021, akan dilanjutkan ke BUMN klaster lainnya, yakni maskapai penerbangan.
"BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari empat (perusahaan) menjadi satu. Sebelumnya, logistic cost mencapai 23 persen, sekarang jadi 11 persen. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ungkapnya, dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (22/8).
Namun, menurut Alvin, rencana penggabungan maskapai BUMN ini tidak serta-merta menurunkan biaya logistik. "Apakah bisa membuat tarif penerbangan lebih terjangkau? Tidak. Tidak, justru saya khawatir menjadi tidak efisien," tegas Alvin.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, ada banyak faktor yang memengaruhi biaya logistik sedangkan tarif pengangkutan di pesawat hanya sebagian kecilnya.
"Biaya logistik tidak hanya biaya pengangkutan. Biaya pergudangan, terminal kargo, biaya bongkar muat, biaya jasa agent kargo, EMKL/EMKU dan sebagainya bagaimana?" ucapnya. "Percuma harga tiket pesawat dikendalikan tapi biaya bandara naik terus, tidak terkendali," sambungnya. 7
Komentar