Sering Onar, ODGJ Dipasung Sejak 2 Tahun
Seorang ibu, Hasanah, 65, terpaksa memasung anaknya, Mustari, 18, yang mengalami gangguan kejiwaan.
NEGARA, NusaBali
Pemasungan dengan merantai tangan kanan terpaksa dilakukannya karena Mustari sering berbuat onar. Mustari dipasung sejak 2 tahun lalu. Derita perempuan tua ini kian bertambah setelah suaminya, Ridwan, menderita stroke.
Hasanah menuturkan, ia punya lima anak dan Mustari paling bungsu. Mustari mengalami gangguan jiwa sejak kecil. Selain sering mengamuk, anaknya juga kerap menggangu warga, dan suka keluyuran. “Saya terpaksa rantai dia sejak dua tahun lalu,” ungkap Hasanah saat ditemui di rumahnya, Banjar Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Senin (3/7).
Tangan kanan anaknya dirantai dan diikatkan pada bekas sumur dekat kamar mandi, di belakang rumahnya. Mustari dipasung di dekat kamar mandi agar mudah dimandikan. Apalagi anak bungsunya ini tidak suka kenakan pakaian. Pada malam hari, anaknya dipindahkan ke kamar dan dipasung di dalam kamar. Diakui, Mustari sempat dibawa berobat ke RSJ Bangli pada tahun 2015. Namun pihak RSJ Bangli mengatakan sakit anaknya tidak bisa sembuh. “Kami putuskan ajak pulang dan rawat di rumah. Saya urus sendiri sambil urus suami yang sakit,” ungkap Hasanah yang terdata sebagai KK miskin ini.
Hasanah menuturkan, keempat anaknya telah semuanya kawin. Ia hanya tinggal bersama suami dan Mustari di rumah. Kondisi perekonomian anak-anaknya yang telah berkeluarga juga pas-pasan sehingga tidak bisa membantu adiknya dari segi biaya. “Anak-anak kerja sebagai buruh nelayan. Kalau dapat rejeki, ya kadang bantu. Tetapi tidak enak terlalu sering merepotkan,” tuturnya. Sejak suaminya struk sekitar 20 tahun lalu, ia berperan sebagai tulang punggung keluarga. Terkadang ia jadi buruh serabutan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan. Hasanah juga sering memungut sisa-sisa ikan untuk dijual serta dijadikan lauk pauk. “Saya harus kerja sehingga terpaksa merantai anak saya. Ini karena terpaksa,” tegasnya.
Terpisah, Kelian Banjar Ketapang Muara, Jamal Asik mengaku baru mengetahui jika Hasanah memasung anaknya yang mengalami gangguan jiwa. Jamal membenarkan jika Mustari sering berusaha kabur dari rumah bahkan pernah panjat palfon. “Easkin, KIS (Kartu Indonesia Sehat), mereka sudah dapat. Kami harap ada perhatian khusus bagi penderita gangguan jiwa,” harapnya. Dikatakan, kondisi Hasanah memang memprihatikan, selain anak bungsunya mengalami gangguan jiwa, suaminya juga tak berdaya karena stroke. *ode
Pemasungan dengan merantai tangan kanan terpaksa dilakukannya karena Mustari sering berbuat onar. Mustari dipasung sejak 2 tahun lalu. Derita perempuan tua ini kian bertambah setelah suaminya, Ridwan, menderita stroke.
Hasanah menuturkan, ia punya lima anak dan Mustari paling bungsu. Mustari mengalami gangguan jiwa sejak kecil. Selain sering mengamuk, anaknya juga kerap menggangu warga, dan suka keluyuran. “Saya terpaksa rantai dia sejak dua tahun lalu,” ungkap Hasanah saat ditemui di rumahnya, Banjar Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Senin (3/7).
Tangan kanan anaknya dirantai dan diikatkan pada bekas sumur dekat kamar mandi, di belakang rumahnya. Mustari dipasung di dekat kamar mandi agar mudah dimandikan. Apalagi anak bungsunya ini tidak suka kenakan pakaian. Pada malam hari, anaknya dipindahkan ke kamar dan dipasung di dalam kamar. Diakui, Mustari sempat dibawa berobat ke RSJ Bangli pada tahun 2015. Namun pihak RSJ Bangli mengatakan sakit anaknya tidak bisa sembuh. “Kami putuskan ajak pulang dan rawat di rumah. Saya urus sendiri sambil urus suami yang sakit,” ungkap Hasanah yang terdata sebagai KK miskin ini.
Hasanah menuturkan, keempat anaknya telah semuanya kawin. Ia hanya tinggal bersama suami dan Mustari di rumah. Kondisi perekonomian anak-anaknya yang telah berkeluarga juga pas-pasan sehingga tidak bisa membantu adiknya dari segi biaya. “Anak-anak kerja sebagai buruh nelayan. Kalau dapat rejeki, ya kadang bantu. Tetapi tidak enak terlalu sering merepotkan,” tuturnya. Sejak suaminya struk sekitar 20 tahun lalu, ia berperan sebagai tulang punggung keluarga. Terkadang ia jadi buruh serabutan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan. Hasanah juga sering memungut sisa-sisa ikan untuk dijual serta dijadikan lauk pauk. “Saya harus kerja sehingga terpaksa merantai anak saya. Ini karena terpaksa,” tegasnya.
Terpisah, Kelian Banjar Ketapang Muara, Jamal Asik mengaku baru mengetahui jika Hasanah memasung anaknya yang mengalami gangguan jiwa. Jamal membenarkan jika Mustari sering berusaha kabur dari rumah bahkan pernah panjat palfon. “Easkin, KIS (Kartu Indonesia Sehat), mereka sudah dapat. Kami harap ada perhatian khusus bagi penderita gangguan jiwa,” harapnya. Dikatakan, kondisi Hasanah memang memprihatikan, selain anak bungsunya mengalami gangguan jiwa, suaminya juga tak berdaya karena stroke. *ode
1
Komentar