Inovasi Kesehatan Antar Anis dan Anggit Raih Golden Tiket ke Boston
MANGUPURA, NusaBali.com - Anis Rohmasari dan Anggit Wignya Adi Prasasti berhasil memenangkan kompetisi Internasional Bio Farma x MIT Hacking Medicine di Discovery Kartika Plaza Hotel, Badung, Bali pada Minggu (27/8/2023) siang.
Mereka dinyatakan lolos setelah berhasil mengalahkan 200 pesaingnya dari 11 negara dan berhak melaju ke tahap Grand Final ke Hackathon di Baston, Amerika Serikat.
Anis Rohmasari bersama timnya menciptakan sebuah aplikasi inovasi berjudul CERVA atau Chemotherapy Virtual Assistant.
Dokter Muda berusia 22 tahun ini mengungkap ide tersebut berangkat dari pengalaman pribadi yang pernah ia alami. Ia bercerita jika Ibunya sempat mengalami kanker dan harus menjalani kemoterapi.
“Karena selama ini kita tahu kemoterapi itu ada efek samping yang tidak enak seperti muntah-muntah. Kami suka bingung orang yang sedang menjalani kemoterapi harus makan apa. Karena ada interaksi dengan obat jadi tim saya mengumpulkan riset nutrisi dan lainnya sehingga dibuatlah sebuah inovasi untuk orang-orang kanker agar mereka tahu makanan apa yang harus dimakan untuk mengurangi efek itu dan membuat lapar kanker selnya biar tidak gampang tumbuh dan tidak menambah imun mereka,” ungkap Dokter Muda lulusan Universitas Padjajaran.
Pemenang lainnya gadis berusia 19 tahun, Anggit Wignya Adi Prasasti menuturkan jika pihaknya merancang sebuah inovasi berjudul BioBot yang berisikan data tren kesehatan di masyarakat.
“Karena kami dari awal memiliki ide permasalahan yang berbeda, jadi aplikasi ini adalah aplikasi untuk data tren atau obat apa yang lagi tren di masyarakat dan nantinya akan kami jual kepda perusahaan yang membutuhkan ini,” ungkap mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada ini.
Deputy CEO PT Bio Farma, Soleh Udin Al Ayubi menjelaskan bahwa Biofarma Group masih memiliki beberapa permasalahan yang harus diselesaikan, diantaranya di bidang manufaktur, distribusi, Litbang sampai dengan retail. Sehingga pihaknya mengundang para partisipan dari 11 negara untuk dapat berkompetisi bersama dalam rangka menghasilkan inovasi yang solutif dan long lasting.
“Acara ini bukan hanya sebagai upaya mencari solusi namun juga sebagai sarana untuk screening talent masa depan BUMN dan menjadi sarana untuk menjalin networking baru,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia terangkan, proses penjurian dilakukan terhadap 200 peserta yang tidak hanya berasal dari dalam negeri namun juga luar negeri diantaranya Singapura, Australia, Nigeria, Thailand, Vietnam, Korea Selatan, India dan Malaysia.
Para peserta telah dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 2 kelompok besar yaitu kelompok upstream dan downstream. Setiap kelompok mempresentasikan rancangan inovasi beserta solusinya di hadapan para juri yang merupakan pakar healthcare ecosystem berasal dari dalam maupun luar negeri. Sehingga terpilih 3 tim pemenang dari kelompok upstream dan 3 tim pemenang dari kelompok downstream serta 2 peserta terbaik.
Sementara, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan harapannya agar lebih banyak lagi diadakan kegiatan seperti Bio Farma x MIT Hacking Medicine di Indonesia ke depannya.
Ia juga tak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Bio Farma karena telah menyelenggarakan kegiatan kompetisi Bio Farma x MIT Hacking Medicine.
Ia menilai kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk untuk mendorong kemajuan industri kesehatan di Indonesia.
“Indonesia membutuhkan lebih banyak entrepreneur dan inovator. Saya harap kegiatan seperti ini bisa lebih sering diadakan di Indonesia. Peluang berkembang bagi industri kesehatan di Indonesia sangat besar karena healthcare merupakan prioritas dan pemerintah memiliki alokasi dan perhatian yang besar untuk peningkatan bidang kesehatan,” ujarnya.
Selaras dengan hal tersebut, Deputi SDM dan IT Kementerian BUMN, Tedi Bharata juga menyampaikan bahwa Kementerian BUMN sangat mengapresiasi diselenggarakannya kegiatan kompetisi ini.
“Kami sangat menghargai terselenggaranya kompetisi ini dan mengapresiasi 200 peserta yang telah berpartisipasi dan memberikan solusi yang terbaik. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam rangka menangani adanya innovation gap yang terjadi di institusi BUMN. Upaya ini tidak dapat dilakukan dengan kerja sendiri, namun juga diperlukan adanya pendekatan yang bersifat sinergi dan kolaboratif,” tutupnya. *ris
1
Komentar