Calonarang Dikemas Dalam Pegambuhan
Belakangan ini kesenian Calonarang sangat diminati masyarakat Bali.
Angkat Wirada Sungsang
DENPASAR, NusaBali
Kendati menyeramkan bagi sebagian orang, namun tetap saja Calonarang menjadi primadona. Kesenian inipun menjadi salah satu bagian pementasan yang dihadirkan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX. Kesenian ini ditampilkan Komunitas Seni SMKN 4 Bangli di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Art Center, Selasa (4/7) sore.
Kesenian ini tidak hanya dikemas seperti kesenian Calonarang pada umumnya. Namun, kesenian ini dikemas dalam cerita Pegambuhan. Seperti diketahui, gambuh merupakan kesenian yang paling klasik dan unik, maka Calonarang sore itu menjadi sajian yang berbeda.
Komunitas Seni SMK N 4 Bangli membawakan Kesenian Gambuh Calonarang. Kordinator Pementasan, Putu Dedi Puspantara mengatakan, keputusan untuk menggunakan cerita Calonarang adalah untuk menopang daya tarik masyarakat terhadap gambuh.
“Kesenian klasik gambuh ini mulai minim peminat. Nah jika gambuh dimasukkan ke dalam Calonarang, tentu masyarakat secara tidak langsung juga melihat. Apalagi Calonarang sedang digandrungi, dan masyarakat ingin mencari sensasi baru,” ungkapnya.
Dalam pementasan ini pihaknya mengangkat judul Wiraga Sungsang. Wiraga Sungsang sendiri adalah salah satu murid Walunateng Dirah yang sangat berbakti kepadanya. Kemarahan Wiraga Sungsang bermula dari terbunuhnya Walunateng Dirah dikarenakan tipu muslihat yang dilakukan oleh Mpu Baradah dan Prabu Erlangga. Dimana, akhirnya Wiraga Sungsang memutuskan untuk mengirim anak buahnya guna menculik anak dari Prabu Erlangga yang bernama Jayabaya. Atas kejadian tersebut, keduanya terlibat peperangan yang sengit.
Dalam pementasan gambuh calonarang, peran Matah Gede, Codong, Rangda, dan taskara Meguna tetap dugunakan. Hanya saja, sebagian gerakanya diadopsi dari kesenian gambuh. Namun, gambelan pengiringnya tidak menggunakan gambelan pegambuhan, melainkan menggunakan Gambelan Semara Pegulingan saih pitu. “Hal ini untuk mempermudah jalannya pementasan, kalau pakai suling gambuh sulit mempelajarinya,” ujarnya. Selain itu, pementasan ini juga cenderung menampilkan tetabuhan semarepegulingan yang sangat sering digunakan. *in
DENPASAR, NusaBali
Kendati menyeramkan bagi sebagian orang, namun tetap saja Calonarang menjadi primadona. Kesenian inipun menjadi salah satu bagian pementasan yang dihadirkan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX. Kesenian ini ditampilkan Komunitas Seni SMKN 4 Bangli di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Art Center, Selasa (4/7) sore.
Kesenian ini tidak hanya dikemas seperti kesenian Calonarang pada umumnya. Namun, kesenian ini dikemas dalam cerita Pegambuhan. Seperti diketahui, gambuh merupakan kesenian yang paling klasik dan unik, maka Calonarang sore itu menjadi sajian yang berbeda.
Komunitas Seni SMK N 4 Bangli membawakan Kesenian Gambuh Calonarang. Kordinator Pementasan, Putu Dedi Puspantara mengatakan, keputusan untuk menggunakan cerita Calonarang adalah untuk menopang daya tarik masyarakat terhadap gambuh.
“Kesenian klasik gambuh ini mulai minim peminat. Nah jika gambuh dimasukkan ke dalam Calonarang, tentu masyarakat secara tidak langsung juga melihat. Apalagi Calonarang sedang digandrungi, dan masyarakat ingin mencari sensasi baru,” ungkapnya.
Dalam pementasan ini pihaknya mengangkat judul Wiraga Sungsang. Wiraga Sungsang sendiri adalah salah satu murid Walunateng Dirah yang sangat berbakti kepadanya. Kemarahan Wiraga Sungsang bermula dari terbunuhnya Walunateng Dirah dikarenakan tipu muslihat yang dilakukan oleh Mpu Baradah dan Prabu Erlangga. Dimana, akhirnya Wiraga Sungsang memutuskan untuk mengirim anak buahnya guna menculik anak dari Prabu Erlangga yang bernama Jayabaya. Atas kejadian tersebut, keduanya terlibat peperangan yang sengit.
Dalam pementasan gambuh calonarang, peran Matah Gede, Codong, Rangda, dan taskara Meguna tetap dugunakan. Hanya saja, sebagian gerakanya diadopsi dari kesenian gambuh. Namun, gambelan pengiringnya tidak menggunakan gambelan pegambuhan, melainkan menggunakan Gambelan Semara Pegulingan saih pitu. “Hal ini untuk mempermudah jalannya pementasan, kalau pakai suling gambuh sulit mempelajarinya,” ujarnya. Selain itu, pementasan ini juga cenderung menampilkan tetabuhan semarepegulingan yang sangat sering digunakan. *in
Komentar