Subak Terapkan Pengairan Bergilir
Dengan keterbatasan pasokan air untuk sawah mereka, sejumlah petani memundurkan masa tanam dari bulan Agustus menjadi September.
TABANAN, NusaBali
Sebagai dampak musim kemarau pada pertengahan tahun ini, sejumlah subak di Kabupaten Tabanan mulai menerapkan pola gilir air atau sistem sorong. Upaya tersebut dilakukan agar lahan pertanian bisa berproduksi.
Dampak dari sistem gilir pengairan ini membuat sejumlah petani menambah waktu penanaman padi dari biasanya. Penambahan waktu dilakukan sebulan sebagai bagian dari upaya mendapat giliran pengairan.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Tabanan, Ni Nyoman Ria Wati mengaku tidak mendata subak yang menerapkan pola sistem sorong itu.
Tetapi diakui dari hasil laporan ada sejumlah petani yang melaporkan sistem penambahan waktu menanam padi. "Harusnya menanam bulan Agustus, jadi September karena harus menunggu giliran," jelasnya, Senin (28/8).
Untuk itu jelas dia, karena adanya sistem gilir ini, belum adanya laporan petani di Tabanan tidak berproduksi untuk menanam padi. "Sejauh ini kita belum terima laporan. Mudah-mudahan bisa melewati," tambahnya.
Di sisi lain jelas Ria Wati, 10 subak yang sebelumnya sempat mengalami tunda tanam padi akibat proyek perbaikan irigasi, kini beberapa sudah mulai bersiap mengolah lahan untuk bisa ditanami padi pada awal bulan September nanti.
Rincian 10 subak yang mengalami tunda penanaman ini ada di dua kecamatan yakni Kecamatan Penebel dan Kecamatan Baturiti. Untuk Subak di Kecamatan Penebel diantaranya Subak Benana Desa Buruan, Subak Jegu, Desa Jegu, Subak Pesagi Desa Pesagi, Subak Tajen Desa Tajen, Subak Sigaran Desa Jegu, Subak Penebel Desa Pitra, Subak Wangaya Betan Desa Mangesta dan Subak Tingkih Kereb, Desa Tengkudak. Sementara Subak di Kecamatan Baturiti adalah Subak Luwus II Tempek Basang Be. 7des
1
Komentar