Calon Pengantin Jadi Barikade Turunkan Stunting
SINGARAJA, NusaBali - Sebanyak 9.000 calon pengantin dari pemuda usia 20-24 tahun di Buleleng kini dibentuk sebagai barikade upaya menurunkan angka stunting di Buleleng. Mereka diberikan edukasi dini untuk melahirkan dan membesarkan anak yang sehat serta menghindari terjadinya kasus stunting.
Sosialisasi dan edukasi itu dimulai dengan 100 orang calon pengantin di lapangan Ngurah Rai Buleleng, Minggu (27/8) malam. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Buleleng I Nyoman Riang Pustaka, mengatakan dari hasil kajian pakar, gangguan tumbuh kembang anak diakibatkan oleh banyak faktor. Tidak hanya karena kekurangan gizi, sanitasi tidak sehat dan lingkungan yang buruk, tetapi juga banyak dipengaruhi faktor internal. Mulai dari pernikahan di usia muda, ketidaksiapan mental dan fisik remaja sebagai calon pengantin dan pola asuh yang salah.
Pengaruh faktor internal ini jika tidak diberikan intervensi akan semakin mengancam masa depan generasi penerus bangsa. Beberapa kasus stunting ditemukan karena ketimpangan pola asuh anak yang terdampak dari orangtua yang berpisah dan ketidaksiapan mental dan fisik orangtuanya.
“Dengan sosialisasi melalui Gerakan Penurunan Stunting (Genting) kepada remaja dan juga pemuda calon pengantin lebih dini, mereka dapat mempersiapkan lebih matang sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Bagaimana menyiapkan diri agar tidak terjadi kasus stunting,” ucap Riang Pustaka.
Mantan Camat Buleleng ini pun berharap dengan kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga serta masyarakat. Terutama untuk mewujudkan keluarga berencana dan berkualitas dalam rangka percepatan penurunan stunting.
Sementara itu Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng Ni Made Rousmini mewakili Penjabat (Pj) Bupati Buleleng mengatakan penanganan kasus stunting di Buleleng harus dilakukan secara holistik. Sasaran prioritas penanganan stunting adalah sosialisasi calon pengantin, kesehatan ibu hamil dan bayi dengan kecukupan gizinya.
Rousmini mengatakan target Buleleng di tahun 2023 diharapkan bisa menurunkan angka prevalensi stunting sesuai target Rencana Pembangunan Daerah (RPD) di angka 8 persen. Sehingga diperlukan kerja keras semua pihak secara kolaboratif untuk mengejar penurunan dari 11 persen di tahun 2022 lalu. 7k23
Pengaruh faktor internal ini jika tidak diberikan intervensi akan semakin mengancam masa depan generasi penerus bangsa. Beberapa kasus stunting ditemukan karena ketimpangan pola asuh anak yang terdampak dari orangtua yang berpisah dan ketidaksiapan mental dan fisik orangtuanya.
“Dengan sosialisasi melalui Gerakan Penurunan Stunting (Genting) kepada remaja dan juga pemuda calon pengantin lebih dini, mereka dapat mempersiapkan lebih matang sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Bagaimana menyiapkan diri agar tidak terjadi kasus stunting,” ucap Riang Pustaka.
Mantan Camat Buleleng ini pun berharap dengan kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga serta masyarakat. Terutama untuk mewujudkan keluarga berencana dan berkualitas dalam rangka percepatan penurunan stunting.
Sementara itu Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng Ni Made Rousmini mewakili Penjabat (Pj) Bupati Buleleng mengatakan penanganan kasus stunting di Buleleng harus dilakukan secara holistik. Sasaran prioritas penanganan stunting adalah sosialisasi calon pengantin, kesehatan ibu hamil dan bayi dengan kecukupan gizinya.
Rousmini mengatakan target Buleleng di tahun 2023 diharapkan bisa menurunkan angka prevalensi stunting sesuai target Rencana Pembangunan Daerah (RPD) di angka 8 persen. Sehingga diperlukan kerja keras semua pihak secara kolaboratif untuk mengejar penurunan dari 11 persen di tahun 2022 lalu. 7k23
Komentar